Liputan6.com, Jakarta- Kegagalan Indonesia meraih gelar di Denmark Terbuka Super Series Premier 2016 disesalkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi. Politis PKB itu menyoroti sistem regenerasi atlet bulu tangkis Indonesia.
"Saat Olimpiade kita gembira karena ada proses maju. Tapi saat Denmark Terbuka ada perubahan. Kita tidak boleh berubah dalam cara penanganan pemain lapis kedua maupun ketiga," kata Imam Nahrawi di Kantor Kemenpora, Jakarta, Senin.
Baca Juga
Seperti diketahui di Olimpiade 2016, bulu tangkis Indonesia sukses mengembalikan tradisi emas lewat pasangan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Walau hanya satu emas, pasangan ini mampu mengembalikan euforia kesuksesan bulu tangkis di Olimpiade.
Hanya saja, kesuksesan di Olimpiade tidak berlanjut pada Denmark Terbuka 2016. Tidak ada satupun wakil Indonesia yang mampu lolos ke final. Prestasi terbaik dicatat Greysia Polii/Nitya Khishinda dan Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi yang bertahan sampai semifinal.
Bahkan, pemain yang diharapkan mampu menjadi pendukung pemain unggulan seperti Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi, Anggia Shitta/Ni Ketut Mahadewi hingga Praveen Jordan/Deby Susanto belum mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya.
"Makanya kami mendorong untuk melakukan evaluasi ke dalam. Menyiapkan pemain lapis kedua dan ketiga harus diperhatikan dengan baik," kata pria yang akrab dipanggil Cak Imam itu.
Menpora mengharapkan Musyawarah Nasional (Munas) PBSI di Surabaya, 30 Oktober - 1 November menjadi media evaluasi termasuk bagaimana memaksimalkan sistem pembinaan.
"Dalam Munas harus dibicarakan bagaimana memaksimalkan klub. Klub merupakan tulang punggung pembinaan hingga melahirkan atlet-atlet potensial," kata pria kelahiran Bangkalan, Madura itu. (Ant)