Sukses

Pembangunan Sirkuit MotoGP di Palembang Tak Pakai Uang Negara

Alex memastikan sirkuit tersebut dibangun dengan 100 persen dana pihak swasta.

Liputan6.com, Sepang- Masyarakat Indonesia dibuat heboh dengan kedatangan Alex Noerdin di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, Sabtu (29/10/2016) kemarin. Kedatangan Gubernur Sumatera Selatan itu bukan untuk menyaksikan sesi latihan bebas dan kualifikasi melainkan undangan Carmelo Ezpeleta selaku bos Dorna Sports.

Alex yang didampingi Penasihat Ikatan motor Indonesia (IMI), Romy Winata menjelaskan bahwa kedatangannya untuk membicarakan perihal pembangunan Sirkuit Jakabaring, Palembang, yang rencananya akan dilakukan pada 2017 mendatang. Dalam pertemuan tertutup ini hadir pula Tilke selaku arsitektur yang membangun Sirkuit Internasional Sepang.

Seusai menggelar pertemuan tersebut, Alex sedikit mencurahkan isi hatinya terkait tanggapan miring masyarakat Indonesia mengenai biaya pembangunan Sirkuit Jakabaring. Menurutnya, tuduhan yang menyatakan bahwa pembangunan itu hanya menghabiskan uang negara adalah salah.

Dikatakan, pembangunan Sirkuit Jakabaring murni 100 persen investasi swasta. "Perlu saya tegaskan, pembangunan sirkuit Jakabaring, murni 100% investasi swasta. Manalah ada anggaran negara baik APBN apalagi APBD belakangan memgalami pemotongan beberapa kali dari pusat," tulis Alex, pada akun facebook pribadinya.

Berikut adalah pernyataan resmi Alex Noerdin usai bertemu dengan bos Dorna Sports:

Sirkuit dengan Investasi Murni Swasta

Begitu status saya bicara memastikan kita bangun sirkuit untuk MotoGP, beberapa ada menanggapi miring; menghabiskan uang negaralah, tak ada manfaatlah ...

Perlu saya tegaskan, pembangunan sirkuit Jakabaring, murni 100% investasi swasta. Manalah ada anggaran negara baik APBN apalagi APBD belakangan memgalami pemotongan beberapa kali dari pusat.

Sangatlah tidak mudah menggaet investor untuk apa saja. Upaya kami sangat serius beragam investasi masuk, meningkatkan perputaran uang, mengangkat ekonomi masyarakat. Jika saja mereka sinis itu mau sedikit rendah hati baca, pelajari, saya yakin yang bersangkutan ingin kilat sirkuit ini jadi.

Namun di dalam masyrakat kita beragam. Dalam kemajemukan tentu ada saja pandangan berbeda. Saya menghargai perbedaan selama ini. Asal saja perbedaan itu berguna bagi munculnya kreatifitas, terbangunnya inovasi, bukan sebaliknya kito berkubang pada pemikiran sempit bagaikan katak dalam tempurung.

Olahraga di alam kekinian juga bisa mendatangkan uang. Contoh ekstrem Argentina. Devisa kedua negara itu berasal dari olahraga Polo. Bacalah.

Singapura lebih dekat. Kendati ekonominya sudah tumbuh pesat, mereka berupaya maksimal penyelenggara F1. Pelajari apa nilai tambah yang ada. Karenanya saya pun percaya setelah sekali kita adakan Moto GP, 2018, akan kita tingkatkan sebagai penyelenggara F1, di tahun berikutnya, toh hanya tinggal menambah sarana dan prasarana.

Bila sudah di 2018 dan seterusnya kalian yang sinis itu tak juga berubah pandangan, di dalam hidup ini memang ada saja orang bebal, tertutup pintu hati melihat hal positif dan kemajuan.

Satu saja kalimat saya menutup status ini: saya bekerja untuk kemajuan dan peningkatan kesejahteraan warga Sumsel di tengah dominannya keterbatasan anggaran negara, berbagai terobosan akan maksimal saya lakukan, sembari berdoa kepada Tuhan, membukakan jalan. Aamiin.

(David Permana)