Liputan6.com, Manchester - Empat belas tahun lalu, Jose Mourinho adalah pelatih muda paling sukses di Eropa. Ini tak lepas dari keberhasilannya membawa FC Porto menjuarai sejumlah trofi bergengsi di Liga Europa (2002/2003), dan Liga Champions (2003/2004).
Metode parkir bus yang diterapkan Mourinho telah mendongkrak kariernya sebagai pelatih. Ia pun tak pernah bosan memainkan gaya permainan tersebut di beberapa klub berbeda, termasuk saat membela Manchester United (MU) di musim ini.
Baca Juga
Kursi empuk pelatih MU pun kembali panas. Pasalnya Mourinho cuma mampu mengantarkan MU meraup 15 poin dari 10 laga di Liga Inggris. Dengan rincian, empat menang, tiga imbang dan tiga kalah.
Ditambah dalam lima pertandingan terakhir di liga domestik, Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan baru mengemas satu kemenangan, tiga seri, dan satu kali kalah. Dan menempatkan klub yang bermarkas di Old Trafford tersebut di posisi kedelapan.
Sehingga pantas jika pelatih "bermulut besar" itu dianggap lebih buruk daripada David Moyes. Karena saat itu Moyes mampu mencetak 17 poin dari 10 laga pertamanya di Liga Inggris pada musim 2013/2014.
Melihat statistik tersebut wajar jika mantan pemain MU Johnny Giles berkata bahwa Mourinho seperti tidak bisa berbuat banyak ketika mengambil alih kursi kepelatihan dari Louis van Gaal. "Saya berpikir Mourinho tidak yakin tentang apa pun yang dia lakukan di Manchester United," kata Giles seperti dikutip ESPN, Senin (31/10/2016).
Terlalu Kaku
Wajar memang jika Mourinho tetap menganut ide permainan bertahannya, mengingat metode itulah yang mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Namun, seiring waktu, gaya permainan parkir bus tampaknya sudah terlalu kaku untuk digunakan dalam sepak bola di era modern seperti ini.
Apalagi jika berbicara tentang gaya permainan sepak bola Inggris yang terkenal cepat dengan memadukan skill individu pesepakbola. Akibatnya, Mourinho dianggap penggemar MU sudah tak lagi spesial lantaran ia gagal mengangkat pamor Setan Merah di kancah Eropa.
(David Permana)
Advertisement