Sukses

Kongres PSSI, Awalnya untuk Melawan Penjajah

PSSI akan menggelar kongres di Jakarta hari ini.

Liputan6.com, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menggelar kongres untuk mencari Ketua Umum hingga Anggota Komite Eksekutif periode 2016-2020, hari ini. Hotel Mercure di Ancol, Jakarta Utara ditunjuk sebagai tempat berlangsungnya kongres.

Keputusan menggelar kongres di Jakarta merupakan hasil kesepakatan antara PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Pada awalnya, kongres PSSI direncanakan digelar di Makassar. Namun hal itu menjadi polemik lantaran Kemenpora merekomendasikan Yogyakarta sebagai tempat digelarnya kongres.

Namun Jakarta akhirnya dipilih karena dianggap sebagai tempat yang netral. Pemilihan Jakarta sebagai lokasi kongres juga sudah mendapat rekomendasi dari FIFA.

Polemik tampaknya memang tidak bisa lepas dari induk organisasi sepak bola di Indonesia ini. Masih segar di ingatan ketika sepak bola Indonesia terpaksa vakum selama setahun karena sanksi dari FIFA. Hukuman itu dijatuhkan lantaran FIFA menganggap pemerintah (Kemenpora) telah mengintervensi PSSI.

Plt Ketua Umum PSSI, Hinca Panjaitan beri sambutan jelang membuka Kongres Biasa PSSI 2016 di Jakarta, Kamis (10/11). Kongres untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua serta Anggota Komite Eksekutif PSSI PSSI periode 2016-2020. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Uniknya, walau akrab dengan polemik ternyata awal mula berdirinya PSSI justru berangkat dari semangat nasionalis untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah. Adalah Soeratin Sosrosoegondo yang pertama kali mencetuskan berdirinya suatu organisasi sepak bola yang bertujuan memperkuat nasionalisme di kalangan pemuda.

Demi melaksanakan cita-citanya tersebut, Soeratin mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola seluruh Indonesia di tiga tempat, yakni Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Setelah itu puncak pertemuan digelar di Jakarta tepatnya di Hotel Beinnenho. Kala itu, Soeratin membicarakan sebuah konsep untuk dibentuknya sebuah organisasi sepak bola bersifat kebangsaan.

Ketua Komite Pemilihan PSSI, Agum Gumelar (tengah) bersiap memasuki ruang Kongres di Jakarta, Kamis (10/11). Kongres untuk memilih Ketua dan Wakil Ketua serta Anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2016-2020. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Setelah gagasan dianggap matang, pada 19 April 1930 terjadi pertemuan di Yogyakarta, dipelopori oleh berbagai organisasi sepak bola seperti VIJ diwakili Sjamsoedin - mahasiswa RHS, Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) diwakili Gatot; Persatuan Sepak bola Mataram (PSM) Yogyakarta diwakili Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M Amir Notopratomo, Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB) Solo diwakili Soekarno, Madioensche Voetbal Bond (MVB) diwakili Kartodarmoedjo, Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) diwakili E A Mangindaan, dan Soerabajashe Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diwakili Pamoedji.

Pertemuan di Yogyakarta tersebut selanjutnya dikenal dengan sebutan Kongres 1930 yang melahirkan nama PSSI, kepanjangan dari Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Istilah sepak raga ini dipilih oleh para anggota PSSI untuk mempertegas perlawanan terhadap Belanda.

Ketua KONI pusat, Tono Suratman (kelima kiri) berfoto bersama usai membuka Kongres Biasa PSSI 2016 di Jakarta, Kamis (10/11). Kongres memilih Ketua dan Wakil Ketua serta Anggota Komite Eksekutif PSSI periode 2016-2020. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Adapun nama PSSI sendiri baru secara resmi berubah menjadi Persatuan Sepak Bola Indonesia ketika menggelar kongres PSSI di Solo tahun 1950. Selain perubahan nama, kongres ini juga memilih kepengurusan PSSI yang pertama. Ir Soeratin terpilih sebagai Ketua PSSI yang pertama. Mulai tahun ini pula PSSI melakukan kompetisi secara rutin. (Yosef Deny Pamungkas)