Sukses

PS Nunukan, Klub Perbatasan yang Lebih 'Dekat' ke Malaysia

PS Nunukan bangga bisa mewakili Kalimantan Utara di Piala Suratin 2016.

Liputan6.com, Jakarta PS Nunukan bangga bisa tampil di Piala Suratin 2016 yang berlangsung di Yogyakarta. Perjalanan jauh yang mereka tempuh menuju Kota Gudeg telah membangkitkan semangat para pemain untuk tampil maksimal selama turnamen ini.

PS Nunukan mewakili Kalimantan Utara. Seluruh pemainnya berasal dari Kecamatan Lumbis. Jidi (16), sang kapten berasal dari suku Dayak. Begitu juga empat pemain lainnya, Hendri Warandi, Engking, Diomar Wiranto, dan Juarin.

Perjalanan melelahkan harus ditempuh para pemain untuk sampai ke Jogya. Menurut Jidi, dari kampung halamannya di Lumbis, mereka lebih dulu perjalanan darat menuju Sebuku selama dua jam. Setelah itu, naik kapal cepat ke Nunukan selama tiga jam. Dari sana mereka kemudian melanjutkan perjalanan laut selama 2,5 jam menuju Kabupaten Tarakan.

"Dari pelabuhan baru dijemput ke Bandara Juwata, Tarakan, menuju Balikpapan. Sempat delay lima jam, baru sampai Yogya, Sabtu (19/11/2016) malam sekitar pukul 20.00. Tarakan ke Balikpapan 1 jam 45 menit dan ke Yogya 2 jam. Sampai di sini sudah malam. Besok sorenya sudah bertanding, capek di jalan," katanya di Yogya, Senin (21/11/2016). 

Jidi bercerita, Lumbis terletak tidak jauh dari negeri tetangga Malaysia. Hanya butuh sehari perjalanan. Itu sebabnya para pemain lebih sering membeli perlengkapan sepak bola ke Negeri Jiran. Selain harganya lebih murah, jaraknya juga lebih dekat. Warga Nunukan lainnya menurut Jidi juga lebih sering bepergian ke Malaysia untuk belanja sehari-hari.

"Semua beli di Malaysia sepatu, bola semua karena di sana lebih murah," katanya.

Jidi juga menceritakan kesulitan yang mereka hadapi saat latihan. Berbeda dengan lapangan di Yogya, rumput di daerah rumput di daerah asalnya sangat keras. Untuk berlatih di Nunukan, para pemain juga harus menginap sehari di rumah warga. Sebab perjalanan dari Desa Labang, Lumbis, sangat jauh. Pemain biasanya transit di Mansalong.

"Di sana teebatas tidak ada lampu jadi kalo mau nonton timnas harus pakai diesel nonton bareng. Di sana listrik mahal."

Minim Persiapan

Di Piala Suratin 2016, PS Nunukan mewakili Kalimantan Utara. Persiapan yang mereka jalani juga terbilang minim. Meski demikian, Jidi dan kawan-kawan mengaku senang bisa tampil di turnamen legendaris tersebut. Mereka lolos setelah berhasil mengalahkan tim Kota Tarakan 3-0, kemudian 2-1 melawan Kabupaten Malinau, dan Kabupaten Bulungan 1-0.

Hendi Wirandi, pemain depan PS Nunukan lainnya juga mengatakan hal yang sama. Di daerah tempat tinggalnya belum semaju seperti di Jawa. Untuk menonton pertandingan sepak bola juga sulit--sesulit mengakses sambungan listrik.

Listrik hanya mengandalkan tenaga surya atau mesin generator. "Kalau mau nonton sepakbola biasanya pakai layar tancap, yang sering itu kalau Timnas main. Pakai genset solar," kata Hendi menambahkan.

Meski banyak permasalahan yang mereka hadapi, para pemain PS Nunukan tidak patah semangat. Sebaliknya, kesulitan yang telah mereka lewati justru menjadi cambuk untuk bisa setidaknya melaju ke babak 16 besar Piala Suratin 2016.

Namun upaya ini terbilang sulit. Sebab di laga perdana, pasukan Rudi Saprani keok 1-13 dari Persab Brebes yang dihuni pemain jebolan sekolah olahraga Ragunan, Jakarta. Selanjutnya, PS Nunukan akan bertemu wakil Sulteng. "Menjadi laga hidup mati besok (nanti malam) harus menang. Kita tidak tahu kekuatan mereka, yang penting bisa menang," ujar Hendi.

"Kami baru sampai malam, besok sorenya sudah main. Sempat mengimbangi 2-1, tapi setelah itu fisik drop semua. Bagaimanapun kami bangga dan senang, karena baru pertama kali ini ikut. Sudah masuk seri nasional penyelenggaranya lebih bagus. Kami masih optimis bisa lolos," kata Hendi terkait kekalahan 1-13 dari Persab Brebes.