Liputan6.com, Jakarta Bicara persiapan menuju Piala AFF 2016, Timnas Indonesia jauh dari kata ideal. Bisa dibilang, Alfred Riedl hanya punya waktu singkat untuk membentuk Timnas Indonesia. Hebatnya, hal itu tak menghalangi Timnas Indonesia untuk menciptakan kejutan.
Awalnya, mungkin tak banyak yang menyangka Timnas Indonesia bakal melaju hingga final Piala AFF 2016. Namun, rasa pesimistis banyak orang dipatahkan dengan kesuksesan Boaz Solossa dan kawan-kawan usai menyingkirkan Vietnam usai menjalani leg kedua semifinal di My Dinh National Stadium, Rabu (7/12/2016) malam.
Baca Juga
Kembali ke belakang, sejatinya sepak bola Indonesia baru terlepas dari sanksi FIFA pada pertengahan Mei 2016. Sejak disanksi pada 30 Mei 2015, bukan hanya kompetisi yang berhenti, tapi juga Timnas Indonesia pun ikut vakum dari berbagai agenda.
Dengan keterbatasan waktu, PSSI akhirnya kembali menunjuk Riedl pada 10 Agustus 2016. Alasan mereka PSSi kembali menunjuknya karena Riedl sudah paham dengan kelebihan dan kekuarangan yang dimiliki sebagian besar pemain Indonesia. Setelah itu, Riedl baru menggelar seleksi tahap pertama pada Agustus 2016.
Advertisement
Ruang Gerak Riedl Terbatas
Untuk hal ini, hambatan besar harus diatasi pelatih asal Austria itu. Pasalnya, klub-klub Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo dan PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator sepakat untuk hanya melepas maksimal dua pemain untuk memenuhi panggilan Timnas Indonesia.
Tentu saja, kesepakatan itu membuat ruang gerak Riedl menjadi sangat terbatas. Berulang kali pula pelatih berusia 67 tahun tersebut mengeluhkan kebijakan itu. "Ternyata tak semua klub dan tak semua orang dukung timnas. Ini sangat menyedihkan bagi saya sebagai pelatih. Kami memulai timnas dengan halangan hanya dua pemain setiap klub," ujar Riedl dalam berbagai kesempatan.
Dalam kondisi itu, Riedl tetap mampu membentuk tim yang diidam-idamkan. Sialnya, hambatan kembali harus dihadapi Riedl. Jelang keberangkatan ke Filipina, tuan rumah Piala AFF 2016, Riedl terpaksa mencoret Irfan Bachdim yang didera cedera.
Kehilangan pemain sekaliber Irfan tentu sangat menyakitkan. Padahal, Irfan mampu menunjukkan kontribusi besar dalam tiga dari empat laga uji coba yang dijalani Timnas Indonesia. Sialnya lagi, Riedl juga tak mendapatkan persetujuan dari Persipura Jayapura saat memilih Ferinando Pahabol sebagai pengganti Irfan. Pada akhirnya, Riedl pun terpaksa memanggil Muchlis Hadi.
Advertisement
Perjuangan di Grup A
Dengan segala keterbatasan itu, Timnas Indonesia tetap berjuang maksimal meski harus bersaing dengan Thailand, tuan rumah Filipina, dan Singapura di Grup A. Hasilnya pun bisa ditebak. Meski lolos, perjuangan berat harus dilewati Timnas Indonesia.
Di laga perdana, tim Merah Putih dipaksa Thailand menyerah 2-4. Dalam laga yang digulir di Philippine Sports Stadium itu, Timnas Indonesia sempat menyamakan skor menjadi 2-2. Selanjutnya, Timnas Indonesia harus meladeni tantangan tuan rumah. Lagi-lagi Timnas Indonesia harus tersandung meski sempat unggul dua kali. Skor 2-2 menghiasi laga tersebut.
Di laga pamungkas, Timnas Indonesia nyaris terpaksa angkat koper. Itu karena Singapura sempat unggul 1-0 hingga menit ke-60-an. Untungnya, Timnas Indonesia bisa membalikkan keadaan lewat gol Andik Vermansyah dan Stefano Lilipaly. Kemenangan itu yang membuat Timnas Indonesia menyegel tiket semifinal sebagai runner-up Grup A.
Lolos dari kandang ulang, Timnas Indonesia seperti masuk kandang singa. Pasalnya, mereka harus menghadapi Vietnam, tim yang sedang mengalami perkembangan pesat di semifinal. Ibarat seorang tentara, Timnas Indonesia pun harus berjuang hingga tetes darah terakhir menghadapi determinasi Vietnam asuhan Nguyen Huu Thang.
Modal dari Pakansari
Sejatinya, Timnas Indonesia sudah mengantongi modal berupa kemenangan 2-1 pada leg pertama di Stadion Pakansari. Namun, keunggulan itu tak dimanfaatkan Timnas Indonesia dengan baik untuk bermain lebih tenang saat gantian bertandang ke My Dinh National Stadium pada leg kedua.
Di laga tersebut, skuat Garuda benar-benar dinaungi keberuntungan. Ditekan sejak awal, Timnas Indonesia justru unggul lebih dulu berkat gol unik Lilipaly di menit ke-54. Setelah itu, Timnas Indonesia juga diuntungkan dengan kartu merah yang didapat kiper Tran Nguyen Manh.
Ironisnya, saat itu Vietnam sudah menghabiskan jatah tiga pergantian pemain. Alhasil, Huu Thang meminta bek Que Ngoc Hai untuk menjadi kiper dadakan. Dalam kondisi itu, Vietnam mampu mencetak dua gol balasan yang memaksa laga dilanjut hingga perpanjangan waktu.
Sial buat Vietnam, pada akhirnya mereka tetap tersingkir akibat gol penalti Manahati Lestusen di menit ke-97. Gol Manahati membuat Timnas Indonesia unggul agregat 4-3 atas The Golden Stars.
"Perjuangan 120 menit? Selama pertandingan, Vietnam menjadi tim yang lebih baik. Kami baik dalam bertahan tapi tidak terlalu baik dalam menyerang," kata Riedl usai pertandingan.
"Kami akui tidak tampil terlalu baik, sebelumnya tidak ada yang memperhitungkan kami bisa lolos sampai sejauh ini. Kami berjuang untuk keberuntungan dan kami berhasil meraihnya.
Advertisement
Menanti Lawan Ideal
Meski sudah memastikan tiket final, Timnas Indonesia masih akan mendapatkan ujian berat. Itu karena besar kemungkinan Timnas Indonesia akan kembali bertemu dengan Thailand. Saat ini, Thailand sudah unggul agregat 2-0 atas Myanmar. Kamis (8/12/2016), Thailand akan menjamu Myanmar untuk melakoni leg kedua.
Jika benar-benar bertemu Thailand, sudah pasti Riedl harus mempersiapkan pasukannya dengan sangat baik. Itu karena tim Gajah Perang memiliki rekor bagus setiap kali bertemu Indonesia. Secara keseluruhan, kedua tim sudah 19 kali bertemu sejak 1990. Thailand membukukan 12 kemenangan, tiga hasil imbang, dan hanya empat kali menelan kekalahan.
Di sisi lain, Timnas Indonesia juga berharap bisa mengakhiri kutukan mereka di final Piala AFF. Sebelumnya, sudah empat kali Timnas Indonesia mencicipi laga final turnamen dua tahunan tersebut. Sayang, empat kesempatan itu hanya diakhiri Timnas Indonesia dengan status runner-up.