Sukses

4 Laga Timnas Indonesia Vs Thailand yang Tak Terlupakan

Timnas Indonesia dan Thailand total sudah 74 kali bersua.

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia bakal menghadapi Thailand dalam partai puncak Piala AFF 2016. Laga pertama akan digelar di Stadion Pakansari, Rabu (14/12/2016). Sedangkan laga kedua akan dimainkan di Stadion Rajamangala, Bangkok.

Kedua timnas Indonesia dan Thailand punya sejarah panjang secara pertemuan. Kedua tim memang sering sekali bersua di babak penting. Tercatat, pertama kali duel timnas Indonesia vs Thailand pada 1957, kedua tim saling mengalahkan.

Timnas Indonesia dan Thailand tercatat sudah 74 kali bersua. Thailand unggul 36 pertemuan, Indonesia menang 24 kali dan 14 laga berakhir sama kuat.

Namun, dari banyaknya duel itu, setidaknya ada empat laga yang tak terlupakan dari pertemuan kedua tim ini. Berikut, Liputan6.com mencoba merangkumnya dan menyajikannya jelang laga sengit nanti.


2 dari 5 halaman

Kontroversial SEA Games 1977

Indonesia ternyata pernah melakukan aksi Walk-Out saat bersua Thailand. Ini terjadi pada ajang multicabang SEA Games 1977.

Skuat Timnas Thailand saat merebut medali emas SEA Games 1997 lewat kemenangan WO atas Timnas Indonesia. (Thai Football)

Kala itu, pemain Indonesia terlibat perkelahian dengan pemain Thailand dan wasit asal Malaysia, Othman Omar dianggap berat sebelah. Indonesia menuding tuan rumah Thailand sengaja memberikan jadwal padat.

Saat kedudukan 1-1 di menit ke-60, Indonesia akhirnya ogah lanjutkan pertandingan karena merasa dirugikan. Alhasil, Thailand kala itu menang WO.

3 dari 5 halaman

Piala Tiger 1998

Masih ingat dengan gol bunuh diri Mursyid Efendi? Ya kala itu sepak bola gajah merebak di Piala AFF 1998. Guna menghindari tuan rumah, Vietnam di semifinal,  Indonesia dan Thailand yang dipastikan sudah lolos seakan menolak menang.

Gol bunuh diri yang dicetak bek Timnas Indonesia, Mursyid Effendi, di Piala Tiger 1998. (Youtube)

Indonesia kala itu takluk 2-3 karena gol bunuh diri Mursyid pada menit ke-90. FIFA akhirnya angkat tangan dan menghukum Mursid seumur hidup larangan terlibat di sepak bola.

Bahkan, Ketua PSSI kala itu, Azwar Anas yang menjemput tak bisa menahan air matanya. Dia akhirnya juga mengundurkan diri karena peristiwa memalukan ini.

4 dari 5 halaman

Piala AFF 2000

Gelaran Piala AFF atau masih disebut Piala Tiger edisi ketiga yang bergulir tahun 2000 ini menghadirkan prestasi tertinggi pertama bagi Indonesia. Sebab, edisi tersebut adalah pertama kalinya Skuat Garuda menapaki partai final.

Beberapa pemain Timnas Indonesia yang tampil di final Piala Tiger 2000 melawan Thailand. (Youtube)

Melejit sejak awal turnamen, Indonesia malah melempem di partai puncak. Menghadapi Thailand, mereka tak berkutik sama sekali.

Pasukan The War Elephants kala itu sukses membombardir gawang Indonesia berkat hattrick bomber andalan mereka Worrawoot Srimaka dan dilengkapi dengan torehan Tanongsak Pajakkata. Indonesia ketika itu, yang dilatih Peter White hanya mampu membalas satu gol lewat Uston Nawawi.

5 dari 5 halaman

Piala AFF 2002

Balas dendam, begitu mungkin yang ada di pikiran Indonesia. Ini lantaran Skuat Garuda harus kembali dipertemukan oleh Thailand di babak final.

Optimisme-pun membumbung tinggi lantaran Indonesia bertindak sebagai tuan rumah. Namun, Skuat Garuda malah harus dikejutkan oleh dua gol Thailand pada babak pertama melalui Chukiat Noosarung dan Therdsak Chaiman.

Thailand tampil sebagai juara Piala Tiger 2002 setelah kembali menaklukkan Timnas Indonesia. (Football Channel Asia)

Namun, Indonesia tak menyerah. Semenit babak kedua berjalan, Yaris Riyadi sukses membuka harapan plus gol Gendut Doni pada menit ke-79. Alhasil laga harus dilanjutkan lewat babak tambahan.

Akan tetapi ketatnya laga membuat pemenang akhirnya ditentukan lewat adu penalti. Sayang, Pasukan Garuda harus takluk 2-4 di babak adu penalti setelah tendangan Bejo Sugiatoro dan Sandy Firmansyah gagal masuk. Namun, ada hadiah pelipur lara buat Indonesia, yakni ditetapkannya Bambang Pamungkas sebagai top skorer Piala Tiger 2000 lewat torehan 8 golnya.

(I. Eka Setiawan)