Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tentu harus belajar banyak jelang melawan Thailand di partai puncak Piala AFF 2016. Berkaca dari pertemuan di fase grup, Skuat Garuda tentu sedikit banyak sudah paham dengan karakteristik permainan Thailand.
Baca Juga
Pada pertemuan lalu, sebenarnya Indonesia tak main buruk saat kalah 2-4 dari Thailand. Mereka bahkan bisa mengimbangi Thailand dalam segi permainan.
Dalam laga itu, Skuat Garuda memang hanya mendapatkan 39 persen penguasaan bola. Namun, soal agresivitas nyatanya tak kalah. Boaz Solossa dan kawan-kawan sukses melepaskan 10 tendangan, dengan empat di antaranya mencapai target.
Hanya saja, mental pemain Indonesia agak turun lantaran gol cepat Thailand pada menit keempat melalui Peerapat Notchaiya. Itu pun karena blunder bek.
Buktinya setelah tertinggal dua gol di babak pertama, Skuat Garuda menyengat di awal paruh kedua. Dua gol sukses dicetak dalam tempo tiga menit melalui Boaz Solossa dan Lerby Eliandry, sebelum akhirnya bobol dua gol lagi karena kehilangan konsentrasi.
Ragam Formasi
Melihat perkembangan pesat Pasukan Garuda sampai lolos ke final, tak berlebihan kalau kans itu masih besar. Apalagi Alfred Riedl kini sudah punya ragam formasi untuk diturunkan, mulai dari 4-4-2, 4-1-4-1, sampai 4-2-3-1.
Berkaca melawan Thailand di pertemuan perdana, Skuat Garuda mungkin hanya perlu memperbaiki pertahanan saja. Barisan bek Indonesia kala itu memang sangat lowong dan keropos sehingga dengan mudahnya ditembus oleh Thailand.
Namun kini, Riedl punya banyak pilihan di lini belakangnya. Terlebih, dalam dua laga semifinal, Manahati Lestusen dan Hansamu Yama menjadi sorotan karena aksi briliannya.
Riedl tampaknya bakal menduetkan Fachrudin Aryanto dengan salah satu dari keduanya. Hal ini tak berlebihan, melihat statistiknya, Manahati bahkan cukup tangguh sebagai palang pintu.
Kapten PS TNI itu sukses melakukan satu blok tembakan, 12 clearance, lima tekel sukses, dan lima kali memenangi duel area. Catatan wah itu membuatnya jadi kandidat terkuat menemani Fachrudin yang memang sudah matang di belakang.
I. Eka Setiawan
Advertisement