Sukses

Indonesia Vs Thailand: Selangkah Lagi Riedl!

Indonesia akan berhadapan dengan Thailand pada leg pertama final Piala AFF 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tinggal selangkah lagi mengakhiri paceklik gelar di Piala AFF. Setelah empat kali gagal di final, tim Merah Putih kembali menatap gelar juara usai melaju ke partai puncak turnamen antarnegara Asia Tenggara tersebut. Dengan persiapan yang minim plus setahun lebih terkucil dari sepak bola internasional, tim Garuda di bawah besutan Alfred Riedl kini berjuang merebut trofi Piala AFF 2016.

Sejak turnamen ini digelar dan masih bernama Piala Tiger pada 1996 lalu, Indonesia menjadi negara yang paling sering finish sebagai runner up. Setidaknya sudah empat kali tim Merah Putih melaju ke babak final. Namun, tim Garuda selalu gagal mengangkat trofi.

Final pertama Indonesia pertama Indonesia diraih tahun 2000. Saat itu, tim Merah Putih berhasil melaju ke partai puncak sebelum akhirnya menyerah di tangan Thailand dengan skor 1-4. Dua tahun berikutnya, Indonesia kembali melangkah ke final. Namun, Thailand kembali memupus ambisi tim Merah Putih lewat adu penalti. Setelah bermain imbang 2-2, Indonesia kalah tos-tosan dengan skor 2-4.

Seperti kutukan, kesialan Garuda terus berlanjut. Di Piala AFF 2004, Indonesia kembali gagal juara setelah kalah agregat 2-5 dari Singapura.

Indonesia kembali membuka asa pada Piala AFF 2010. Saat itu, tim Merah Putih untuk pertama kali ditangani oleh Alfred Riedl. Sejak awal, timnas yang tampil dengan skuat terbaiknya tampil memukau, sehingga berhasil membangkitkan euforia timnas yang sempat meredup.

Puluhan ribu penonton selalu memadati arena laga setelah Indonesia berhasil mengalahkan Malaysia 5-1 di laga pertama. Sayang, satu kekalahan yang dialami Tim Garuda sudah cukup memupus harapan timnas mengakhiri paceklik gelar. Ya, di leg pertama final melawan Malaysia, Indonesia kalah telak dengan skor 0-3. Meski akhirnya menang 2-1 di leg kedua, Tim Merah Putih harus puas di posisi kedua.

Tahun ini, untuk kali kelima Indonesia berhasil melaju ke final. Perjuangan Timnas tidak mudah. Sebab, Indonesia akan bertemu Thailand, tim yang paling difavoritkan juara. Berstatus sebagai juara bertahan, The War Elephants--julukan timnas Thailand--telah membuktikan kekuatannya dengan memenangkan seluruh pertandingan sejak babak penyisihan hingga semifinal dan hanya dua kali kebobolan.

2 dari 3 halaman

Penuh Keyakinan

Leg pertama akan berlangsung di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Rabu (14/12/2016). Meski bukan penentu, hasil pertandingan ini sangat mempengaruhi peluang Indonesia meraih gelar juara. Sebab, di leg kedua, Indonesia akan tampil di markas Thailand, Stadion Rajamangala, Bangkok, Sabtu (17/12/2016). Di hadapan publiknya sendiri, kekuatan The War Elephants tentu akan berlipat ganda. 

"Kami pikir, kami cukup kuat untuk mengalahkan Thailand," kata Riedl dalam jumpa pers jelang pertandingan, Selasa (13/12/2016).

Di atas kertas, omongan Riedl memang tampak tidak masuk akal. Sebab, menilik perjalanan sejak babak penyisihan, penampilan Thailand jauh lebih mentereng. Sejauh ini, pasukan Kiatisuk Senamuang belum pernah kalah atau seri saat bertemu lawan-lawannya. Semua laga dilalui dengan kemenangan. Bahkan di babak semifinal, Thailand menghancurkan Myanmar dengan agregat yang tak kalah memukau, 6-0.

Berbeda dengan Thailand, penampilan timnas justru tidak meyakinkan. Di babak penyisihan, tim Merah Putih harus terseok-seok sebelum menggenggam tiket ke semifinal. Kalah 2-4 dari Thailand, Indonesia hanya mampu bermain imbang 2-2 melawan tuan rumah Filipina. Kepastian baru didapat setelah Indonesia berhasil mengalahkan Singapura dengan skor 2-1. Indonesia melaju sebagai runner up grup. 

Di babak semifinal, Indonesia berhasil mengalahkan Vietnam 2-1 di leg pertama. Namun di leg kedua, pertahanan tim Merah Putih digempur habis-habisan. Permainan bertahan yang diterapkan anak asuh Alfred Riedl membuat tim lawan leluasa untuk menggempur sepanjang laga. Bahkan saat unggul 1-0 dan lawan bermain dengan 10 pemain, Indonesia juga masih mempertahankan pola permainannya. Akibatnya, tim tuan rumah berhasil memaksa babak perpanjangan waktu setelah menyeploskan dua gol pada 10 menit terakhir babak kedua.

Namun Dewi Fortuna masih berpihak kepada Indonesia. Pada babak tambahan, tim Merah Putih berhasil menambah satu gol dan memaksa skor 2-2 berakhir hingga peluit panjang. Dengan hasil ini, Indonesia berhak lolos ke final setelah unggul agregat 4-3 dari Vietnam.

Tidak sedikit yang menganggap lolosnya Indonesia ke final sebagai sebuah keajaiban. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Riedl.

"Kami kompeten. Kami berharap menjadi tim terbaik. Saat ini kami bangga dengan pencapaian kami," kata Riedl menjawab keraguan itu.

Riedl memang tidak sembarang bicara. Sejak awal, pelatih berusia 67 tahun itu sudah paham dengan tantangan yang bakal dihadapinya saat menerima tawaran menangani timnas pada Juni lalu. Minimnya waktu persiapan tidak membuatnya maju setengah hati. Sejak awal Riedl sangat yakin mampu membawa Garuda terbang tinggi di Piala AFF 2016. Dalam perbincangan dengan Liputan6.com, dua bulan setelah ditunjuk PSSI, Riedl mengaku pantas mendapat tanggung jawab itu. "Saya mengenal pemain Indonesia, jadi saya berkompeten dengan tugas ini."

Tekad ini juga disampaikan Riedl kepada wartawan pada jumpa pers sebelum laga final. "Sekarang kami memiliki kesempatan untuk membuat sejarah dalam sepak bola Indonesia, terutama para pemain," ungkap mantan pelatih timnas Vietnam tersebut penuh percaya diri.

3 dari 3 halaman

Panggung Riedl

Sejarah tak hanya bagi timnas, tapi bagi Riedl. Di usia yang sudah mencapai 67 tahun, bukan tidak mungkin Piala AFF 2016 ini menjadi panggung terakhir Riedl. Sepanjang menangani Indonesia (Piala AFF 2010, 2014, dan 2016), prestasi terbaik Riedl baru sebatas runner up.

Hasil ini diraih enam tahun lalu. Saat itu, Tim Merah Putih gagal juara setelah di final kalah dari Malaysia dengan agregat 2-4. Riedl sendiri menjadi pelatih terlama yang pernah menangani tim Garuda di pentas Piala AFF. Dia berhasil mengalahkan rekor pelatih Indonesia sebelumnya, Peter Withe. Tentu saja, keberhasilan mengangkat trofi Piala AFF akan menyempurnakan rekor yang disandang Riedl saat ini.

Bukan hal yang mustahil bagi Riedl dan timnya meraih gelar juara tahun ini. Sebab, sepak bola bukan matematika yang punya rumus pasti. Sepak bola selalu menghadirkan drama. Tim yang sejak awal dianggap sebagai underdog atau penggembira bukan tidak mungkin juara. Denmark pernah melakukannya pada Euro 1992 lalu. Begitu juga dengan Yunani, dan Portugal yang awalnya tidak diperhitungkan.

Menghadapi Thailand, Indonesia juga pantas berbangga. Sebab, tim Garuda merupakan satu-satunya lawan yang mampu menjebol gawang The War Elephants sepanjang Piala AFF 2016. Setidaknya, ini pengalaman yang bisa jadi senjata pada laga di Stadion Pakansari, malam ini.

Selain itu, dukungan penuh publik Tanah Air juga dapat membantu timnas dalam meruntuhkan mental lawan. Puluhan ribu fans Merah Putih akan hadir di Stadion Pakansari untuk memberi dukungan kepada tim kesayangannya, Indonesia. Semoga teriakan penonton mampu membangkitkan semangat Manahati Lestusen dan kawan-kawan dalam mengukir sejarah baru bagi sepak bola Indonesia malam ini.Â