Sukses

Indonesia Tak Perlu Minder, Thailand Bukan Jagoan Asia Tenggara

Hingga saat ini kehebatan Thailand di Piala AFF sudah terkenal

Liputan6.com, Jakarta Sejak lama tim nasional Thailand dikenal sebagai jagoan sepak bola di Asia Tenggara lantaran mereka kerap mendominasi kompetisi bergengsi seperti Piala AFF dan lain-lainnya.

Namun, berbicara mengenai keikutsertaannya di kompetisi dua tahunan ini, Negeri Seribu Pagoda itu telah mengumpulkan empat gelar juara pada 1996, 2000, 2002, dan 2014.

Hingga saat ini kehebatan Thailand di Piala AFF sudah terkenal. Bahkan, tak sedikit media di Eropa mengikuti perjalanan sepak bola mereka.

Seiiring perkembangan zaman, The War Elephants mendapatkan tantangan yang lebih berat mengingat Singapura, Vietnam, dan Malaysia menjelma sebagai tim nasional yang kuat.

Tapi tetap saja, persaingan antar Thailand dan Indonesia disebut paling banyak menyedot perhatian. Yang lebih parahnya lagi kedua tim nasional saling menyebut pertemuan tersebut sebagai musuh bebuyutan di Asia Tenggara.

Hal ini masih berlaku ketika mereka bentrok di final Piala AFF 2016. Artinya, Thailand belum bisa dikatakan sebagai penguasa Asia Tenggara mengingat timnas Merah Putih mampu menandingi keperkasaan mereka pada laga leg pertama final Piala AFF di Stadion Pakansari Cibinong, Rabu (14/12) lalu, di mana Boaz Solossa dkk mampu menekuk juara bertahan dengan skor 2-1.

Kemenangan tersebut tak lepas dari kecerdikan Alfred Riedl dalam meracik strategi sewaktu berhadapan dengan Thailand. Itu yang ditulis oleh The Thao & Van Hoa, Jumat (16/12/2016), di mana pelatih Austria tersebut sukses mempersempit ruang gerak pemain tengah dan mengambil dominasi penguasaan bola dengan baik.

2 dari 2 halaman

Dibawah Tekanan

Sementara Thailand terpaksa berada di bawah tekanan dan lebih banyak mengalirkan bola ke bagian sisi kanan dan kiri. "Dalam 90 menit pertandingan di leg pertama, Indonesia telah melakukan apa yang tim nasional tidak lakukan selama berhadapan melawan Thailand sebelumnya. Itu yang memaksa anak asuh Kiatisuk Senamuang melakukan beberapa kesalahan dan menekan mereka sebelum turun minum," demikian analis pertandingan di leg pertama.

Yang lebih mencolok adalah permainan bola panjang yang dilakukan pemain Indonesia. Serangan udara inilah yang menjadi senjata utama timnas Merah Putih selama bentrok dengan Thailand, dan kemungkinan strategi itu akan tetap berlaku ketika tampil di Stadion Rajamangala.

"Kami membuat kesalahan dan kami harus lebih berhati-hati tentang serangan udara mereka yang sangat berbahaya," ungkap Kiatisak, dalam konferensi pers pra pertandingan.

(David Permana)