Liputan6.com, Jakarta Pembalap Movistar Yamaha, Valentino Rossi, boleh saja menyandang gelar sebagai pembalap dengan gelar MotoGP terbanyak di dunia. Namun bukan berarti, The Doctor bakal lenggang kangkung musim depan.
Seperti diketahui, MotoGP 2016 telah menghadirkan sejumlah rekor termasuk sembilan pembalap berbeda yang berhasil merebut podium pertama. Lantas bagaimana persaingan di musim depan mengingat ada banyak perubahan yang terjadi, mulai dari pergantian pembalap di tim peserta MotoGP hingga aturan teknis.
Advertisement
Baca Juga
Pada bagian kali ini tidak untuk membahas secara detail tentang persaingan di musim depan. Tapi mencoba untuk merunut masalah yang akan terjadi di tim Yamaha terutama setelah kedatangan Maverick Vinales.
Ada beberapa hal yang sangat keliru jika Valentino Rossi berpikir bahwa kepergian Jorge Lorenzo ke Ducati pada musim depan akan lebih tenang. Karena Vinales tentu bakal berperilaku sama seperti pendahulunya di mana dia memiliki ambisi merebut gelar juara dunia untuk pertama kalinya.
Efek ini memiliki interprestasi ganda. Di satu sisi, hal tersebut dapat menunjukkan bahwa jika Rossi memiliki mitra yang kompetitif, maka ia akan bekerja lebih kompetitif lagi.
Sebaliknya, The Doctor tidak akan termotivasi kalau tandemnya memiliki tingkat keamanan yang kurang. Ini bisa diibaratkan seperti pedang bermata dua buat pemeang sembilan kali juara dunia itu. Pasalnya Rossi harus memperlakukan Vinales sama seperti Lorenzo.
Berikut adalah empat masalah yang akan dihadapi Rossi dan Vinales di musim depan seperti dilansir Autobild, Jumat (23/12/2016).
1. Sepuh Vs Pendatang Baru
Maverick Vinales akan berjuang mati-matian untuk memberikan gelar pertama kepada tim Yamaha. Selama dua musim berada di tim Suzuki, pembalap Spanyol itu telah menampilkan performa luar biasa di atas aspal.
Padahal jika mengacu perjalanan tim Suzuki, mereka baru saja kembali ke kejuaraan grand prix balap motor bergengsi. Namun Vinales justru mampu memberikan perlawanan yang sengit kepada pembalap tim Pabrikan seperti Rossi, Marc Marquez serta Jorge Lorenzo.
Bahkan Vinales mampu merebut podium sebanyak empat kali. Satu diantaranya berdiri gagah di posisi pertama saat menaklukan GP Silverstone. Inilah yang harus diwaspadai Rossi jika ia ingin merebut gelar kesepuluh di musim depan. Pasalnya Rossi terkesan lebih puas berada sebagai runner up ketimbang merebut gelar juara dunia dan itu terlihat dalam tujuh musim terakhir ini.
Advertisement
2. Gaya Unik Vinales
Gaya berkendara Maverick Vinales terkesan unik. Dia mampu menggabungkan cara balap Marquez yang sangat agresif dengan kemahiran Lorenzo memacu kecepatan.
Empat kali naik podium dan satu kali menang di Silverstone sudah membuktikan bahwa Vinales bukan pembalap kacangan. Artinya, dia bakal menerapkan strategi itulah yang akan diperagakan Vinales saat bermitra dengan Rossi.
3. Tekanan Psikologis
Salah satu pertanyaan besar tentang Vinales adalah mencari tahu sandiwara apa yang akan dilakukannya saat berurusan dengan tekanan psikologis yang selalu dihadirkan Rossi kepada rekan setimnya. Di masa lalu, penikmat balap kuda besi tentu sudah mengenal bagaimana Vinales bermain dengan trik yang sangat kotor di Moto3.
Tapi sekarang situasinya berbeda. Pasalnya Vinales mempunyai rekan setim yang juga pandai dalam bersandiwara.
Advertisement
4. Vinales Mirip Marc Marquez?
Tim Honda diketahui tidak mengubah komposisi pembalapnya hingga dua musim ke depan. Marc Marqurz dan Dani Pedrosa tetap dipertahankan dengan alibi kedua pembalap itu mampu memerankan team order dengan sangat baik.
Tapi berbeda dengan tim Yamaha. Vinales telah membuktikan bahwa dirinya adalah ancaman serius Rossi karena dalam dua pengujian terakhir di Valencia dan Malaysia, pemilik nomor 25 itu mampu membukukan catatan waktu tercepat.
Dengan kata lain, Vinales bisa dianggap sebagai pesaing terberat Marquez di masa depan dan itu telah didengungkan beberapa kali oleh sejumlah pengamat MotoGP. Jadi tak seorang pun bisa menolak perkembangan yang akan terjadi pada gelaran balap kuda besi di masa depan, termasuk Rossi.