Sukses

Chapecoense Tumbal Ketamakan Pengusaha? Ini 4 Alasannya

Pesawat LaMia 2933, membawa 77 penumpang, termasuk skuat Chapecoense dan 21 wartawan.

Liputan6.com, Jakarta Akhir tahun 2016 diwarnai dengan tragedi yang menimpa klub asal Brasil, Chapecoense. Pesawat yang ditumpangi terjatuh di Kolombia.

Pesawat LaMia 2933, membawa 77 penumpang, termasuk skuat Chapecoense dan 21 wartawan. Saat itu Chapecoense tengah dalam perjalanan menuju Kolombia untuk menghadapi Atletico National pada laga final Copa Sudamericana.

Pesawat bertolak dari Santa Catarina, sebelah selatan Brasil. Namun naas, si burung besi jatuh menghantam gunung yang tak jauh dari Medelline, Kolombia, pada 28 November 2016.

Sepak bola berduka. Ucapan belasungkawa mengalir dari berbagai penjuru dunia. Dan untuk menghormati korban, gelar juara lalu diberikan kepada klub Chapecoense.

Namun ini tentu saja tidak seketika menghapus kesedihan dan rasa penasaran keluarga korban. Mereka juga perlu tahu apa yang menyebabkan tragedi itu. Apalagi belakangan desas-desus mengenai hal itu kian simpang-siur.

Pemerintah Bolivia langsung bekerja keras melakukan penyelidikan. Sejumlah pihak bahkan langsung ditangkap dan segera disidangkan.

Unsur kelalaian diduga kuat menjadi penyebab utama tragedi ini. Bahkan, ditengarai, ketamakan pemilik pesawat juga berada di balik kecelakaan 28 November 2016. Berikut ini indikasinya:

2 dari 5 halaman

1. Perusahaan Setop Beroperasi

1. Perusahaan Setop Beroperasi

Menteri Perhubungan Bolivia, Milton Cralos, dalam keterangannya kepada publik menyampaikan bahwa pihaknya sementara menghentikan operasi pesawat LaMia.

Dia juga menyatakan, pilot dan perusahaan bertanggung jawab atas musibah tersebut. "Kami telah melakukan proses administrasi dan tambahan tuntutan kiminal atas musibah tersebut," kata Cralos seperti dilansir Worldsoccer.com. Menurutnya, penyelidikan dilanjutkan kepada direktorat penerbangan sipil.

3 dari 5 halaman

2. Dokumen Terbang Dipertanyakan

2. Dokumen Terbang Dipertanyakan

Pilot pesawat LaMia,  Miguel Quiroga, ikut tewas dalam musibah ini. Dia juga dianggap ikut berperan atas musibah ini.

Pihak berwenang Bolivia sampai saat ini masih mencari tahu kenapa pilot yang juga sala hsatu pemilik saham perusahaan diizinkan lepas landas dari  Santa Catarina, meski rencana terbangnya sempat dipertanyakan.

Quiroga juga dianggap salah mengambil keputusan saat pesawat diketahui sedang bermasalah. Laporan terakhir dari kokpit melaporkan, bahwa pesawat telah mengalami masalah kelistrikan setelah kehabisan bahan bakar beberapa menit dari bandara Jose Maria Cordova di Rionegro.

Quiroga harusnya bisa mendaratkan pesawatnya di ibu kota Kolombia, Bogota. Namun dia justru menempatkan pesawatnya pada pola yang berbahaya. Pesawat lain telah lebih dulu meminta pendaran darurat.

4 dari 5 halaman

3. Ditangkap Polisi

3. Ditangkap Polisi

LaMia, pesawat naas yang ditumpangi skuat Chapecoense, milik perusahaan asal Bolovia. Pemerintah telah menghentikan operasional perusahaan dan memenjarakan CEO LaMia, Gustavo Vargas Gamboa. Dia ditahan atas beberapa tuduhan, termasuk pembunuhan. Proses pengadilan akan digelar bulan depan.

Putranya, Gustavo Vargas Villegas, yang pernah bekerja di otoritas pernerbangan Bolivia juga ikut ditahan. Dia dituduh ikut andil memanipulasi terbitnya izin terbang pesawat LaMia. Senada dengan ayahnya, Villegas juga membantah tuduhan yang dialamatkan padanya.

5 dari 5 halaman

4. Nyaris Bangkrut

4. Nyaris Bangkrut

LaMia awalnya merupakan maskapai milik pengusaha asal Venezuela, Ricardo Alberto. Perusahaan ini didirikan di Merida dengan dukungan dari pemerintah rezim Chavez untuk melayani rute dalam negeri.

Namun Alberto harus berjuang keras menjalankan bisnis ini. Krisis ekonomi dan bahan bakar yang melanda Venezuela memaksa Alberto untuk memangkas dana operasional. Akibatnya, dari 12 armada yang ada, hanya tiga pesawat yang mengudara.

Dia lalu memindahkan perusahaannya ke Bolovia. Calon kuat pemilik baru LaMia adalah pengusaha Rocha dan pilot Quiroga. Saat kecelakaan terjadi, dua pesawat LaMia lainnya sedang diperbaiki di Chocabamba. Dengan demikian, hanya LaMia 2933 satu-satunya pesawat yang bisa terbang.

Selain Chapecoense, sejumlah tim termasuk timnas Argetina Bolivia, hingga Venezuela dan klub-klub seperti Atletico Nacional (Brasil), The Strongest, Blooming, Oriente Petrolero dan Real Potosi (Bolivia) serta klub Olimpia (Paraguay) juga pernah menyewa pesawat ini.