Sukses

Membedah Formasi 3-4-3 Milik Conte di Chelsea

Usai takluk dari Arsenal 24 September lalu, The Blues di bawah arahan Antonio Conte tampil brilian.

Liputan6.com, London - Chelsea saat ini memang tengah dalam performa terbaiknya dalam dua tahun terakhir. Betapa tidak, bersama Antonio Conte dengan ramuan 3-4-3 nya, The Blues melesat bak peluru dengan meraih 12 kemenangan secara beruntun di Premier League.

Usai takluk dari Arsenal 24 September lalu, The Blues di bawah arahan Antonio Conte memang tampil sangat menyengat. Usai memutuskan memakai formasi 3-4-3, Chelsea tak tersentuh kekalahan, bahkan hasil imbang pun.

Bahkan, formasi allenatore Italia ini sempat diikuti beberapa tim lain. Timnas Thailand menjadi yang sukses. Dengan formasi 3-4-3, Gajah Putih berhasil mengunci gelar Piala AFF 2016.

Kembali ke Chelsea bersama Antonio Conte. Memakai formasi tiga bek memang dianggap kuno dan identik dengan Italia. Sebab, semua tim raksasa masa kini umumnya selalu memakai formasi empat bek.

Akan tetapi, Chelsea dengan Conte menepis anggapan tersebut. Karena selain lebih kokoh bertahan, skema tiga bek ini juga menawarkan kelebihan yang jarang disadari, yakni sirkulasi bola lebih baik.
Pelatih Chelsea, Antonio Conte mengintruksikan para pemainnya saat berhadapan dengan Bournemouth pada pertandingan Liga Inggris di Stamford Bridge, London, (26/12). Chelsea menang atas Bournemouth dengan skro 3-0. (Reuters/Tony O'Brien)
Dengan tiga bek, otomatis lini tengah tim akan menumpuk. Bek akan membantu pemain tengah dalam fase ball possession, yang otomatis akan menambah jumlah pemain yang terlibat dalam sirkulasi bola menjadi lebih banyak.

Tidak heran, bek-bek Chelsea bisa mencatatkan angka kesuksesan operan yang fantastis, mulai dari Cahill (88%), Luiz (87%), Cesar Azpilicueta (87%). Ada dua pemain kunci yang dimiliki Conte, yakni peran Victor Mosses dan Marcos Alonso. Sebab, ketika menyerang, keduanya menjadi pemain sayap mematikan.

Namun ketika Chelsea diserang, formasinya menjadi 5-3-2. Ya, Mosses di kanan dan Alonso di kiri berubah menjadi bek sayap. Dibutuhkan tenaga ekstra dan konsentrasi saat menjalankan peran ini.

Kendati begitu, peran itu dijalankan dengan baik oleh keduanya. Moses contohnya, saat menjalani tugas offensive, dia berhasil melakukan 1,7 dribble per laga, 0,8 keypasses, dan 79,2 persen umpan sukses.

Saat bertahan, aksinya sangat baik, dengan melakukan rataan per laga 1,3 tackle, 1,4 interception, 1,5 sapuan bola, dan hanya 0,6 kali melakukan pelanggaran.
Chelsea (EPA/Will Oliver)
Alonso juga tak kalah apik di sebelah kiri. Jika Hazard menjadi winger konvensional dan Alonso menjadi full-back konvensional, full-back lawan pastinya tidak bingung dan tetap menjaga Hazard. Sebab, keduanya saling kombinasi dari sebelah kiri The Blues. Sama halnya Pedro dan Moses di sisi kanan Chelsea.

Peran N'Golo Kante dan Nemanja Matic juga sentral. Matic bertugas untuk mengeksploitasi ruang di lini tengah, bahkan meski umpannya vertikal. Tercatat, rata-rata passing-nya mencapai 88.1 persen. Bahkan, dia sudah mengemas enam assists untuk Chelsea. Cukup apik melihat peran Matic sebelumnya sebagai jangkar.

Kombinasi baik di lini kedua, dan ditopang Hazard serta Pedro membuat peran Costa sedikit mudah. Karena memang, tipikal dia sebagai penyelesai peluang. Statistik membuktikan kalau dia melakukan 2,9 tembakan per laganya. Catatam 13 gol Costa itu membuktikan kalau segala lini Chelsea sangat berjalan baik bak sebuah sistem.
Antonio Conte (AFP/Ian Kington)
Rekor Chelsea dengan 3-4-3 di Premier League
Laga: 12
Kemenangan: 12
Gol: 28
Kebobolan: 2
Clean-sheets: 10
Rataan penguasaan bola: 54%
Rataan umpan sukses: 84%
Rataan tendangan per laga: 15,3
Rataan tendangan mengarah ke gawang per laga: 5.6

I. Eka Setiawan