Sukses

Kaleidoskop 2016: Akhir Tragis Chapecoense

Final melawan Atletico Nacional seharusnya jadi laga terpenting dalam sejarah Chapecoense.

Liputan6.com, Jakarta - Selasa, 29 November 2016 akan selalu diingat sebagai salah satu hari terkelam dalam sejarah sepak bola dunia. Pada hari itu, sebuah kecelakaan pesawat telah merenggut hampir seluruh pemain klub Serie A Brasil Chapecoense.

Pesawat bernomor penerbangan LMI2933 yang dicarter Associação Chapecoense de Futebol--nama lengkap tim ini, jatuh sekitar pukul 22.15 waktu setempat, dengan membawa 77 penumpang. Seluruh pemain dan ofisial Chape saat itu tengah dalam perjalanan menuju kota Medellin, Kolombia, untuk menghadapi pertandingan leg pertama final Copa Sudamericana melawan Atletico Nacional.

Dari seluruh orang yang berada dalam pesawat, hanya enam penumpang yang selamat meski mengalami cedera berat. Tiga di antaranya merupakan pemain Chapecoense, yakni bek Alan Ruschel (27) dan Helio Zampier Neto (31), serta kiper Jackson Follmann (24).

Kecelakaan ini mengingatkan kita pada kejadian serupa pada 1958 saat pesawat yang ditumpangi pemain Manchester United gagal lepas landas di Bandara Munich, Jerman. Kala itu, pesawat MU harus transit untuk mengisi ulang bahan bakar dan baru saja terbang dari Beograd, Yugoslavia dalam rangka melawan Red Star Belgrade di Liga Champions.

Chapecoense mungkin tak setenar MU di Eropa dan dunia atau klub Serie A Brasil semisal Sao Paulo, Santos, Flamengo hingga Palmeiras. Namun pencapaian tim ini dalam dua musim terakhir mirip Leicester City yang tengah menapaki tangga kejayaan.

Sejak tahun 1979, klub berjuluk Verdão atau Si Hijau Besar tersebut berkutat di divisi bawah Brasil. Mereka kembali ke Serie A pada 2014 dan bertahan hingga dapat bermain di kompetisi Copa Sudamericana, selevel dengan Liga Europa.

Final melawan Atletico Nacional seharusnya jadi laga terpenting dalam sejarah mereka, karena inilah final pertama dalam sejarah klub sejak didirikan pada 1973 silam.

2 dari 6 halaman

Reaksi Dunia

Kecelakaan pesawat di penghujung tahun 2016 ini meninggalkan duka untuk masyarakat sepak bola dunia, tak terkecuali tim-tim di Eropa serta pemainnya. Semua elemen bereaksi, mulai dari ucapan belasungkawa hingga inisiatif beberapa klub agar meminjamkan pemain mereka untuk musim 2017-2018.

"Kami semua di Manchester United mengucapakan bela sungkawa pada @ChapecoenseReal dan semua pihak yang mengalami dampak pada tragedi di Kolombia," tulis Manchester United di akun Twitter @ManUtd.

Senada dengan MU, Barcelona, Real Madrid hingga tim Italia AC Milan juga turut berbelasungkawa atas musibah yang dialami Chape ini. Pada pertandingan melawan Crotone di pekan ke-15 Serie A, Milan bahkan mengenakan jersey spesial untuk mengenang korban tragedi Chapecoense.

Kembali ke dalam negeri, klub-klub Liga Brasil sepakat untuk memberikan bantuan berupa; (i) pinjaman gratis pemain untuk musim 2017-2018, dan; (ii) permintaan resmi kepada Federasi Sepak Bola Brasil (CBF) untuk tidak mendegradasi Chapecoense selama tiga musim ke depan.

3 dari 6 halaman

Korban selamat

Enam penumpang yang selamat dari kecelakaan pesawat ini mengalami cedera berat. Tiga dari mereka adalah pemain Chapecoense, yaitu bek Alan Ruschel (27) dan Helio Zampier Neto (31), serta kiper Jackson Follmann (24).

Ruschel harus menjalani operasi pada tulang belakang dan Neto mengalami cedera di tulang kepala, dada, dan paru-paru. Sedangkan Jackson Follmann, kiper nomor dua Chape, dikabarkan telah menjalani operasi amputasi pada kaki kanannya.

Beruntung, Alan Ruschel tidak mengalami cedera yang amat serius bahkan sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Dia bahkan bersedia hadir dalam pertandingan amal yang diinisiasi pemain Argentina, Andres D'Alessandro untuk para korban kecelakaan pesawat itu.

"Perasaan ini sangat istimewa, bisa kembali berada di lapangan. Tuhan memberi saya kesempatan kedua. Untuk itu saya harus kuat menghadapi semua tantangan ke depan," kata Ruschel dikutip The Sun.

4 dari 6 halaman

Penyebab Kecelakaan

Penduduk Chapeco, basis klub Chapecoense ini berasal, merasakan amarah berbaur duka saat mengetahui penyebab kecelakaan pesawat di Kolombia, yang merenggut pemain kesayangan mereka. Harian lokal O Globo memastikan kejatuhan pesawat akibat kekurangan bahan bakar.

Pesawat yang membawa 71 penumpang tersebut mengalami keterlambatan jadwal saat lepas landas dari Sao Paulo. Oleh karena itu mereka batal transit di Cobija, Bolivia untuk mengisi bahan bakar lantaran bandara tidak beroperasi di malam hari.

"Kerusakan total sistem elektrik. Tidak ada bahan bakar," begitulah pesan pilot Chape dalam rekaman pembicaraan dengan petugas di menara bandara. Saat itu, menara pengawas hanya memberi instruksi untuk menunggu selama tujuh menit.

"Saya merasa marah. Itu adalah kesalahan yang mengakhiri kehidupan, mengakhiri Chapecoense," ucap Nataly Ferranty, pemain tim putri U-17 Chapecoense.

5 dari 6 halaman

Pemberian Gelar Juara


Predikat juara Chape dalam kompetisi Copa Sudamericana akhirnya diberikan sebagai penghormatan atas korban pesawat jatuh yang membawa seluruh pemain dan ofisial tim. Suasana haru bercampur suka cita menyelimuti penyerahan trofi tersebut.

Presiden baru klub Plinio David de Nes Filho mengangkat trofi juara, sebelum perwakilan Atletico Nacional Daniel Jimenez naik panggung mengenakan syal Chapecoense. Dalam rangkaian acara pengundian (drawing) Copa Sudamericana dan Libertadores 2017 tersebut, Jimenez dan De Nes Filho tak kuasa menahan haru saat saling menyapa dan memeluk.

Setelah acara penerimaan trofi, skuat Chapecoense yang tersisa dijadwalkan akan bertanding melawan Campeonato Catarinense, tim Serie D Liga Brasil. Pertandingan ini akan digelar pada 29 Januari 2017, empat hari setelah pertandingan amal antara Brasil melawan Kolombia.

6 dari 6 halaman

Laga Amal

Federasi sepak bola Brasil (CBF) bakal menggelar laga persahabatan antara Brasil melawan Kolombia pada 27 Januari 2017 mendatang di Rio de Janeiro. Pertandingan testimoni tersebut digelar di Estadio Nilton Santos, Rio de Janeiro untuk menghormati wafatnya sebagian besar pemain serta staf klub Chapecoense.

Awalnya, CBF akan memakai stadion bersejarah Maracana, namun alasan operasional, Estadio Nilton Santos dianggap lebih kecil dan efisien.

"Tanggal itu dipilih karena bukan tanggal internasional FIFA. Kami pun akan bekerja sama dengan para pemain dari klub di Brasil," kata koordinator timnas Brasil, Edu Gaspar.

"Hal itu dimaksudkan agar tidak mengganggu klub atau pemain yang menolak pemanggilan timnas karena masih adanya kompetisi," ujarnya. Selain laga Brasil versus Kolombia, beberapa klub dari Eropa dan Amerika Selatan juga bersedia meminjamkan pemainnya untuk Chapecoense.