Sukses

Tenaga Kuda Motor Ducati Ancam Marquez dan Rossi

Motor Ducati mampu menghasilkan tenaga lebih dari 245 Tk.

Liputan6.com, Bologna - Bukan rahasia lagi jika tim Ducati cukup terkenal sebagai produsen motor dengan mesin bertenaga kuda. Apalagi jika motor Desmosedici GP3 mengaspal di trek lurus. Hal itu diketahui sejak kemunculan motor versi pertama pada 2003 lalu, di mana mereka mengusung merk dagang mesin V-Twin 90 derajat dan katup desmodromic.

Seiring perkembangan, tim pabrikan asal Italia ini menemukan inovasi berupa penggunaan sayap aerodinamis yang membuat kuda besi mereka semakin sulit dikejar lawan saat di trek lurus. Hal ini tak lepas dari berbagai fitur baru yang menempel pada bagian mesin motor Desmosedici.

Menurut beberapa sumber, Ducati menggendong mesin 1.000 cc Liquid-cooled, V4, four-stroke, DOHC, four valves per cylinder yang menghasilkan tenaga lebih dari 245 Tk. Kecepatan maksimal yang dihasilkan diklaim lebih dari 340 km/jam.

Berarti, kolaborasi juara dunia tiga kali MotoGP, Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso dapat menjadi ancaman serius buat para pesaingnya pada musim depan. Berdasarkan grafik yang dikutip dari Sportrider, Jumat (30/12/2016), kuda besi Ducati sangat berbahaya di musim ini dan itu sudah terlihat sejak seri pertama di Qatar. Pasalnya, Andrea Iannone sukses membukukan top speed, 347km/h di sesi latihan pertama.

Apa yang dihasilkan Iannone bukan suatu keberuntungan semata. Sebab, dia mampu memperbaiki catatan waktunya saat menjalani balapan di Sirkuit Mugello. Hasil penelusuran The Maniac Joe, Iannone sukses memecahkan rekor top speed MotoGP saat memacu motor Desmosedici GP16 hingga 354,9 km/jam atau saat balapan tengah berlangsung.

2 dari 2 halaman

Katup Desmodromic

Yang menjadi keunggulan tim Ducati adalah sistem katup desmodromic yang mampu meningkatkan kinerja kecepatan motornya. Sementara sebagian produsen menggunakan operasi katup pneumatik dengan kompresi udara atau nitrogen menutup katup.

Jika ditarik kesimpulannya bahwa Ducati lebih memprioritaskan masalah aerodinamis. Karena mereka ingin mencari keuntungan dari kedua pembalap mereka, yakni Lorenzo dan Dovizioso memacu kecepatan sekencang-kencangnya saat berada di trek lurus.

(David Permana)