Liputan6.com, Jakarta - Roda kehidupan akan berputar. Peribahasa itu tampaknya bisa disematkan kepada para pesepak bola dunia yang merangkak dari kehidupan yang miskin. Mereka yang awalnya miskin, kini punya kehidupan yang berbalik 180 derajat.
Baca Juga
Advertisement
Sepak bola memang merupakan surga tersendiri yang diciptakan dunia. Permainan si kulit bundar tersebut sangat digemari oleh seluruh masyarakat dunia.
Maka itu, sepak bola sudah beralih menjadi sebuah industri. Imbasnya tentu saja, membawa kabar bahagia bagi mereka, pemain berbakat. Mereka yang meskipun hidup miskin sebelum jadi pesepak bola, hidupnya berubah saat bergabung klub-klub besar karena mendapatkan gaji besar.
Hal itu tampaknya yang dirasakan enam pemain di bawah ini. Mereka awalnya berasal dari keluarga yang sulit, lalu sekarang punya segalanya.
Siapa saja mereka? Berikut rinciannya seperti dirangkum dari berbagai sumber:
Luca Modric
Bintang Real Madrid, Luka Modric secara luas dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di sepak bola Eropa. Pemain asal Kroasia itu tumbuh di zona perang.
Ketika perang Kroasia dimulai kembali pada tahun 1991, Modric baru berusia lima tahun. Itu adalah waktu yang mendebarkan untuk setiap masyarakat Kroasia. Apalagi Modric yang ayahnya gugur dalam perang tersebut.
Modric menghabiskan seluruh bulan di kamp-kamp pengungsi, dikelilingi oleh tekanan militer dan granat. Luka Modric terus bermain sepak bola di kamp-kamp dan hotel di sekitarnya, meskipun dalam keadaan suram.
Sebelum takdir mempertemukan Modric pada dengan Tomislav Basic, kepala tim muda Zadar, saat usianya menginjak 10 tahun. Basic-lah yang membawanya bergabung dengan Dinako Zagreb pada 2003 silam dan mengubah hidup sang pemain.
Advertisement
Yaya Toure
Siapa sangka, gelandang manchester City memiliki masa kecil yang suram. Dia berjuang sendirian dan bahkan bermain sepak bola tanpa beralaskan sepatu.
Sebelum usia 10 tahun, Yaya Toure sudah memiliki sepatu sepakbola sendiri setelah sebelumnya hanya menendang bola tanpa sepatu selama bertahun-tahun di jalanan tempat tinggalnya.
Pantai Gading dahulu merupakan negara yang miskin. Namun, itu tak menghentikan niatnya menjadi seorang pesepak bola. Dia menjemput mimpi dengan bergabung bersama klub Mimosas ASEC.
Namanya mulai tenar dan kehidupannya berubah setelah bergabung bersama klub Belgia, Beveren. Hingga sekarang, Yaya bisa jadi pemain yang paling berharga dan bermain di klub sekaya, Manchester City.
Alexis Sanchez
Alexis Sanchez melewati masa kecil yang serba kekurangan. Di Chile sana, dia merupakan tulang punggung keluarganya sejak kecil.
Sang ibu yang bekerja sebagai petugas kebersihan memaksa Sanchez berjuang mengubah nasib. Suatu waktu dia pernah berkata, “Ketika ibu sedang membersihkan lingkungan di sekolah, saya bersembunyi karena saya tidak ingin melihat ibu di sana."
Pemain Arsenal ini juga pernah menjadi buruh cuci mobil. Tapi, hal itulah yang membawanya terjun ke dunia sepak bola.
Ya, Sanchez diizinkan untuk tetap bermain bola di sela-sela mencuci mobil Darisanalah kehidupan sang pemain terwujud hingga mimpi terbang ke Eropa untuk bergabung bersama Udinese dan puncaknya direkrut Barcelona serta Arsenal menjadi kenyataan.
Advertisement
Angel Di Maria
Di Argentina, Di Maria kecil bisa dibilang sangat sederhana. Ayahnya yang bekerja sebagai penambang batu bara membuatnya berjuang.
"Di Maria suka membantu ayahnya di pertambangan batu bara, suami saya memintanya mengisi tas dengan sekop. Angel (Di Maria) pulang dengan batu bara menutupi kepala sampai kakinya," ungkap ibunda Di Maria, Diana Hernandez kepada AS.
Pertemuan pertama pemain Paris Saint-Germain dengan sepak bola terjadi pada berusia 6 tahun. Dia bermain untuk klub lojak, El Torito. Kariernya perlahan menanjak dan dia akhirnya dibawa terbang ke Benfica dan meniti kariernya di Eropa.
Luis Suarez
Suarez ternyata punya perjalanan panjang mengenai masa kecilnya. Kehidupannya saat masih kanak-kanak tak bisa terbilang mudah.
Penyerang Barcelona tersebut merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Keluarganya bisa dibilang sangat miskin, hingga dia sempat bingung mencari sesuap nasi.
Ada kalanya pula ketika Suarez kecil harus bermain sepak bola telanjang kaki. "Boro-boro membeli sepatu, makan saja sulit. Bahkan, ketika usia 11 ," begitu mungkin ujar-ujar yang sempat membayangi Suarez kecil.
Akan tetapi, nasib baik datang. Ini setelah dia diundang dari Akademi Asosiasi Sepak Bola Uruguay. Dia berlatih dan bakatnya tercium oleh Nacional yang kemudian membawanya ke Eropa dengan bergabung bersama Groningen 2006 silam.
Advertisement
Cristiano Ronaldo
Ronaldo kecil adalah seorang anak biasa yang tinggal di Madeira, Portugal. Ayah dan ibunya adalah seorang tukang kebun.
Pada usia yang ke-16, Ronaldo harus membantu sang kakak, Hugo Aveiro dari kecanduan narkoba. Ibunya, Dolores Aveiro hanya menjadi tukang bersih-bersih dengan penghasilan 400 pound per bulan.
Ada satu hal menarik yang membuat Ronaldo ogah meminum alkohol sampai saat ini. Dia trauma mengosumsi minuman keras karena sang ayah meninggal lantaran menenggak terlalu banyak alkohol.
Kini, Ronaldo tak bisa dipandang remeh. Pemain yang baru saja didaulat jadi yang terbaik 2016, kini punya penghasilan 70 juta dolar per tahunnya.
I. Eka Setiawan