Sukses

Kisah Bonek Hoofdbureau Mengawal Saudara Mereka di Bandung

Tinggalkan keluarga demi redam aksi bonek hingga mengurus kepulangan jenazah bonek.

Liputan6.com, Surabaya - Sinar matahari seolah malas membangunkan warga Surabaya. Namun, Jumat (6/1/2017) pagi itu, tujuh laki-laki sudah tampak mentereng dengan kaos bertuliskan Persebaya. Di sela itu, istri mereka masing masing, tentunya di rumah masing masing, sibuk menyiapkan bekal seadanya untuk suami tercintanya. Sebab, suami mereka hendak "berjuang" ke Bandung. Perjuangan mereka bukanlah perjuangan remeh temeh. Siapakah sebenarnya mereka?

Di pundak Edy Kresno Birowo, Pandji Hariadi, Yuli Hartanto, Andik Dwi Wibowo, Nanang Sujatmiko, Hendro Sudargo, serta Adek Pujianto ada tugas besar untuk meredam emosi para bonek yang jumlahnya ribuan saat itu. Betapa tidak, perjuangan ribuan bonek bertahun-tahun agar Persebaya Surabaya kembali diakui dan berkompetisi, bertumpu di Bandung, yang ketika itu tengah digelar Kongres PSSI. Tak tanggung-tanggung. Bonek mengusung tema "Gruduk Bandung" saat itu.

Sekitar pukul 07.00 WIB, mereka harus sampai di Stasiun Gubeng Lama. Sebab di stasiun ini, lebih dari 100 Bonek sudah menunggu dan siap bertolak ke Bandung, menggunaka Kereta Api Pasundan.

"Do'akan ya ma. Doakan agar tugas yang kami emban dari pimpinan bisa tuntas tanpa aral," Edy, salah satu dari tujuh laki laki tersebut, bercerita kepada Liputan6.com saat berpamitan kepada istri tercintanya.

Mereka, ketujuh laki laki itu, tampak tegang. Sebab, mereka didaulat untuk menciptakan suasana "Gruduk Bandung" harus tertib, aman dan kondusif. Bersama para bonek, mereka kemudian chek-in. Tepat pukul 08.15 WIB, kereta melaju meninggalkan Gubeng mengangkut di antaranya 150 Bonek.

"Kami semua dilepas oleh Pak Iqbal (Kombespol M Iqbal, Kapolrestabes Surabaya, red), Kabag Ops (AKBP Bambang S Wibowo), Kasatintelkam (AKBP Sutrisno) dan Kapolsek Tambaksari (Kompol David Triyo Prasojo)," tutur Edy, Senin (16/1/2017).

Edy menyebut, dalam perjalanan, mereka berkoordinasi dengan Kapolrestabes Bandung, Hendro Pandowo tentang kedatangan mereka.

2 dari 4 halaman

Tiba di Bandung

Tepat pukul 23.19 Wib, kereta mereka tiba di Stasiun Kiara Condong Bandung. Tujuh laki-laki ini pun ikut larut dalam nyanyian yel yel para bonek yang disambut Viking/Bobotoh di halaman stasiun. Atas koordinasi mereka dengan Polrestabes Bandung. Mereka pun diangkut menuju GOR Pajajaran Bandung. Sebanyak 2 bus dan 1 truk Polisi mengantar mereka dan ratusan bonek tadi.

Sabtu (07/01/2017) sekitar pukul 00.25 WIB, mereka tiba di GOR Pajajaran untuk beristirahat. Namun, Sabtu paginya, dua dari tujuh laki-laki ini sempat mengintip lokasi Kongres PSSI di Hotel Aryadhuta.
Pendukung Persebaya memenuhi ruas jalan Padjajaran saat merayakan kembalinya klub mereka ke kompetisi PSSI, Bandung, Minggu (8/1).  (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Sementara lainnya, bertemu Kapolrestabes Bandung di GOR Pajajaran. Dalam obrolan itu, mereka berkoordinasi terkait pengamanan, teknis pelayanan kebutuhan (makan dan MCK) dan sebagainya.

Menjelang tengah hari, dimulailah drama itu. Mereka mendapat kabar ada bus rombongan bonek mengalami kecelakaan di Lasem dengan kondisi kaca depan pecah. Di tengah kesibukan itu, tujuh laki-laki ini sempat bertemu dengan beberapa manajemen Persebaya Surabaya tentang "bocoran" hasil Kongres. Saat itu, ada kabar dimungkinkan posisi Persebaya "aman".

Namun, baru saja bisa menarik napas panjang, mereka kembali mendapat kabar buruk. Sore hari, ada kabar tiga orang bonek meninggal di Pantura, Pagaden Subang. Mereka pun mencoba menenangkan semua bonek. Hingga selepas Magrib, mereka memutuskan untuk mengadakan doa bersama dan solidaritas atas meninggalnya Bonek di Pantura.

"Tiba tiba ada telepon dari Bu Risma Walikota Surabaya dan beberapa stafnya. Mereka menghubungi kami untuk koordinasi terkait korban meninggal tersebut serta proses evakuasi kepulangan hingga sampai ke Jawa Timur," kenang Edy.

3 dari 4 halaman

Cek Bonek di Rumah Sakit

Malam harinya sekitar pukul 19.30 WIB, ada seorang bonek datang ke Posko GOR Pajajaran karena sakit setelah dari Subang. Setelah mendapat kabar ada yang ditangani RS Bandung, mereka mendatangi RS Hasan Sadikin Bandung untuk mengecek satu orang bonek atas nama Ade yang kondisinya kritis.

"Sekitar Pukul 22.00 Wib, atas perintah Pak Iqbal, Kapolrestabes Surabaya, tim kami bersama Joner dan Dadang (berjumlah 6 orang) meluncur ke RSUD Subang. Sekitar 1,5 jam perjalanan, kami tiba di RSUD Subang bersamaan dengan bertambahnya satu korban lagi meninggal," Edy menuturkan.

Setelah itu mereka melakukan pendataan, pengumpulan bahan keterangan dan koordinasi dengan Polrestabes Surabaya, Polresta Sidoarjo, Polsek Pagaden serta Polres Subang. Pukul 04.00 WIB, mereka terpaksa tidur di parkiran RSUD Subang (4 di mobil, 2 di teras ATM) sekedar untuk melepas lelah barang sejenak.
 Pendukung Persebaya berjalan sambil bersorak merayakan kembalinya klub mereka ke kompetisi PSSI di Jalan Padjajaran, Bandung, Minggu (8/1).(Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Tapi lagi-lagi, pukul 05.00 WIB, mereka dikejutkan dengan meninggalnya seorang bonek. Saat itu keluarga korban yang ada di Sidoarjo mulai panik, akan menyusul ke Subang.

Sekitar pukul 09.00 WIB, Kapolres Subang datang ke RSUD Subang. Setelah melihat kembali kondisi korban yang meninggal serta yang kritis, sebanyak 3 mobil ambulans yang membawa 5 jenazah dikawal mobil lalu lintas berangkat ke Pagaden, bersama 13 Bonek lainnya yang sudah membaik berangkat menuju Sidoarjo Jawa Timur.

"Alhamdulillah, seluruh biaya kepulangan 5 jenazah dan 13 Bonek lainnya menuju Sidoarjo ditanggung oleh Pak Bupati dan Pak Kapolres Subang," ucap Edy.

Sekitar pukul 11.30 Wib, mereka berpamitan kepada Kapolsekta Subang dan Kaur Kesehatan untuk kembali ke Bandung. Sebab mereka harus bergabung lagi ribuan bonek di sana. Apalagi Joner dan Dadang sudah mendengar "kemenangan" Persebaya Persebaya untuk kembali berlaga di Divisi Utama sepakbola PSSI.

4 dari 4 halaman

Tak Kenal Lelah

Karena macet, pukul 15.00 WIB mereka baru bisa merapat ke GOR Pajajaran Bandung. Di GOR itu, ternyata sudah ada Kapolrestabes Bandung dan jajarannya. Saat itu, proses pemulangan Bonek yg estafet menuju Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur masih berlangsung. Sebab oleh Pemkot Bandung dan Polrestabes Bandung, disediakan 22 bus untuk mengangkut Bonek estafet menuju ke timur. Sedangkan malam hari, disediakan lagi 10 truk Polisi.

Menjelang sore, mereka berkoordinasi dengan sopir bus yang mengangkut 13 Bonek dari Pagaden menuju Sidoarjo. Saat itu, sudah sampai di Demak dalam kondisi seluruh Bonek aman dan sehat. Namun, malam hari saat masuk Rembang, satu orang Bonek atas nama Yunus meninggal dan tiga lainnya kritis atas nama Syarif, Hendro dan Wahyu.
Bonek Hoofdbureau (Liputan6.com/Ahmad Zaini)
Hari Minggu pukul 03.00 Wib, Bus Parahiyangan yang mengangkut 9 Bonek dan 3 ambulans mengangkut 6 jenazah kembali melanjutkan perjalanan ke Sidoarjo. Sekitar pukul 23.00 Wib, mereka memutuskan beristirahat. Mereka kemudian terbangun pukul 03.00 WIB. Karena suara alarm handphone memaksa mereka untuk bersiap lagi berangkat dari stasiun Kiara Condong kembali ke Surabaya. Dan tepat pukul 05.15 WIB, KA Pasundan membawa mereka dan para bonek, bergerak menuju Stasiun Gubeng Surabaya.

Ya, ketujuh laki-laki itu memang bekerja tak kenal lelah. Mereka pun melakukannya dengan penuh tanggung jawab, tulus. Sebab, mereka merasa, semua bonek adalah saudara.

Tak heran, mereka pun menyebut dirinya sabagai Bonek Hoofdbureau. Hoofdbureau adalah bahasa Belanda yang berarti Markas Besar. Tapi saat ini, Hoofdbureau dikenal dengan nama Polrestabes Surabaya.

Ya, mereka ini memang bonek-bonek anggota Polrestabes Surabaya. Mereka hijau dan membaur dengan bonek selama para bonek berjuang, di Jakarta, dan Bandung. Tak heran, mereka pun tanpa pamrih mengurus dan mengawal saudara-saudar mereka di Bandung.