Liputan6.com, Manado- Persija Jakarta menggelar seleksi pemain muda U-23 di Manado selama dua hari, Senin–Selasa (23–24/01/2017). Seleksi yang dipimpin langsung asisten pelatih Persija, Jan Saragih, itu mengambil tempat di Stadion Klabat Manado.
“Kami sementara membentuk skema tim Persija yang bakal banyak dihuni pemain muda. Ini juga dampak dari kebijakan PSSI yang baru,” ujar Saragih saat ditemui di sela-sela proses seleksi pemain di Stadion Klabat Manado, Senin, 23 Januari 2017 sore.
Baca Juga
Sebelumnya, PSSI memaksa klub-klub peserta Liga Indonesia untuk bekerja ekstra keras. Di tengah persiapan membentuk tim jelang kompetisi yang akan dimulai pada 26 Maret 2017, mereka disodori rancangan regulasi baru.
Neberapa regulasi tersebut ada yang berbeda dibanding musim lalu. Mulai dari penggunaan pemain asing satu dari Asia, dan dua non-Asia, hingga pembatasan maksimal dua pemain yang berusia 35 tahun. Selain itu, ada tambahan wajib menyertakan lima pemain berusia di bawah 23 tahun. “Kebijakan inilah yang kemudian kami tindaklanjuti dengan berburu pemain muda, termasuk sampai ke Manado,” ujar Saragih.
Dia mengatakan, bibit pesepak bola muda di Manado memang menjanjikan. “Saya sudah memantau talenta para pemain muda ini. Manado sangat potensial. Bahkan sejak dulu ada nama-nama pemain nasional seperti Firman Utina dan Francis Wewengkang. Keduanya juga pernah bermain untuk Persija,” ujar Saragih.
Saragih menjelaskan, pada tahap seleksi awal ada 130 pemain muda di Manado yang mengikuti seleksi tahap pertama. “Sudah kami pilih 28 pemain, dan akan masuk seleksi tahap kedua,” ujar mantan pemain Persikota Tangerang ini.
Namun demikian, Saragih masih enggan membeberkan berapa banyak kuota pemain yang akan dibawa dari Manado. “Yang pasti kami membutuhkan pemain modern, yang kuat dalam menyerang, tapi juga mampu untuk bertahan. Pemain yang terpilih akan kami boyong ke Jakarta untuk ikut seleksi oleh pelatih kepala,” ujar Saragih.
Di era tahun 1990-an, Stadion Klabat Manado yang menjadi homebase Klub Persma Manado terkenal “angker”. Tim tamu hampir selalu takluk jika bermain di stadion yang terletak di tengah kota ini. Sejumlah nama tenar di kancah sepak bola Indonesia juga lahir dari stadion ini. Sebut saja Francis Enal Wewengkang, dua bersaudara Fecky dan Felix Lasut, hingga Firman Utina.
“Di zamannya dulu hingga akhir tahun 90-an, Stadion Klabat begitu angker. Tim besar seperti Persebaya Surabaya dan PSM Makassar juga takluk di sini,” ujar Vendi Lera, salah satu pentolan Persmania, kelompok suporter fanatik Persma Manado.