Sukses

Final Piala Afrika: Kamerun Tanpa Beban Hadapi Mesir

Mesir unggul atas Kamerun jika bicara jumlah gelar Piala Afrika.

Liputan6.com, Libreville - Bagi Timnas Kamerun, tampil di final Piala Afrika 2017 saja sudah menjadi sesuatu yang luar biasa. Mereka pun seakan tak peduli dengan hasil laga final melawan Timnas Mesir di Stade d'Angondje, Senin (6/2/2017) dinihari WIB.

Ya, sukses Kamerun melaju ke final Piala Afrika menjadi sebuah kejutan besar. Di awal, tak ada yang menjagokan tim asuhan Hugo Broos bakal melaju sejauh itu. Maklum, Kamerun kerap mendapatkan kesialan kala tampil di Piala Afrika.

Ya, mereka belum pernah lagi memenangkan gelar Piala Afrika sejak terakhir kali meraihnya pada edisi 2002. Tak heran jika semangat Les Lions membara jelang pertandingan final kali ini. Namun, kalau pun mereka kalah dari Mesir, hal tersebut tak akan disesali.

"Tentu saja, ketika Anda sampai ke tahap ini, Anda ingin menang. Tapi, saya pikir setelah melihat kinerja, kami telah melakukannya dengan baik. Saya tak berpikir siapa pun di sini mau bertaruh satu sen pada kami sebelumnya," kata kapten Kamerun Benjamin Moukandjo seperti dikutip Daily Mail.

Kondisi berbeda justru ada di pihak Mesir. Mereka menjadi tim yang dijagokan jika bicara faktor sejarah. Seperti diketahui, Mesir adalah tim pengoleksi tujuh gelar Piala Afrika. Mereka bahkan sempat meraihnya dalam tiga edisi beruntun, yakni 2006, 2008, dan 2010.

2 dari 2 halaman

Unggul Sejarah

Kesuksesan mereka memenangkan Piala Afrika 2008 juga didapat berkat kemenangan atas Mesir. Kala itu, kemenangan 1-0 Mesir atas Kamerun dipastikan Mohamed Aboutrika di menit ke-76. "Mesir tidak akan berbeda dengan apa yang dilihat sejauh ini. Apakah itu berarti kami akan menyerang atau tidak," jelas Hector Cuper, pelatih Kamerun.

Jelang laga melawan Kamerun, The Pharaohs juga tengah diusik badai cedera. Kebugaran Ahmed Hegazy masih diragukan. Sedangkan Ahmed Hassan dan Marwan Mohsen dipastikan absen. Dan, Mohamed Elneny, pemain Arsenal, memiliki masalah betis.

"Kami akan menunggu hingga saat-saat terakhir untuk melihat bagaimana kesiapan para pemain. Mereka sangat lelah, tapi final berbeda dengan laga lain," ungkap Cuper, mantan pelatih Inter Milan, Parma, dan Valencia.