Liputan6.com, Jakarta - Masa sulit tengah dialami AC Milan. Dalam lima pertandingan beruntun, anak-anak asuh Vincenzo Montella hanya sanggup meraup satu poin. Ini krisis yang tak bisa dipandang sebelah mata. Bila ditarik lebih jauh, dalam tujuh laga, Gianluigi Donnarumma dkk. hanya mengemas lima poin. Hasil lebih buruk dari itu, empat poin dari tujuh pertandingan, diperoleh pada Mei 1998 ketika ditangani Fabio Capello.
Di Renato Dall'Ara, kandang Bologna, Kamis (9/2/2017) dinihari WIB, nasib buruk AC Milan sepertinya akan berlanjut. Baru setengah jam laga berlangsung, Alessio Romagnoli harus digantikan Cristian Zapata. Tujuh menit kemudian, Gabriel Paletta diusir wasit Daniele Doveri karena memperoleh kartu kuning kedua. Pada babak kedua, dua kartu kuning dalam tempo enam menit membuat Juraj Kucka menyusul Paletta. Milan pun harus bermain dengan sembilan pemain dalam 30 menit terakhir pertandingan.
Baca Juga
Advertisement
Toh, mendung bukan berarti hujan. Rangkaian insiden buruk itu justru berujung manis. Memasuki menit ke-89, Gerard Deulofeu menyisir sisi kiri pertahanan Bologna. Pemain pinjaman dari Everton itu menusuk ke dalam, lalu melepas umpan ke mulut gawang. Bola yang meluncur di antara kedua kaki bek Emil Krafth lantas disambar Mario Pasalic yang datang tanpa kawalan. Dia dengan mudah meneruskan bola ke gawang Angelo Da Costa.
Satu gol itu bak sinar mentari yang mengakhiri hujan badai. Namun, Montella belum bisa bernapas lega. Cedera Romagnoli dan Andrea Poli serta kartu merah Paletta dan Kucka adalah sebabnya. Dia harus memutar otak lebih keras dalam menyiasati keterbatasan jumlah pemain untuk laga berikutnya menghadapi Lazio yang akhir pekan lalu menghajar Pescara 6-2. Bisa jadi kemenangan di Renato Dall'Ara itu hanya semburat mentari sesaat.
Hal yang membuat eks allenatore Fiorentina dan Sampdoria itu lebih waswas adalah kehadiran Roberto Mancini di tribun Renato Dall'Ara. Sebenarnya itu bisa dimaklumi karena Bologna adalah eks klub Mancini. Bersama I Rossoblu pula Mancini melakukan debut di Serie-A. Namun, kehadirannya menyedot perhatian karena rumor yang mengaitkannya dengan Milan.
Seperti dilansir Corierre dello Sport beberapa hari lalu, Mancini sudah didekati Marco Fassone dan Massimiliano Mirabelli untuk menjadi pengganti Montella. Bila konsorsium asal Tiongkok, Sino Europe, resmi mengambil alih kepemilikan I Rossoneri, Fassone adalah sosok yang akan mengambil alih posisi chief executive, sedangkan Mirabelli merupakan calon direktur olahraga.
Fassone dan Mirabelli sangat mengenal Mancini. Mereka pernah bekerja sama dengan eks manajer Manchester City itu di Internazionale. Keduanya bahkan disebut-sebut sebagai pengagum berat Mancini. Tak heran bila rumor rencana penggantian Montella langsung bergaung kencang. Begitu proses take over selesai, bisa jadi Montella seketika didepak dari kursi pelatih.
Takdir Mancini
Bagi Mancini secara pribadi, merapat ke Milan membangkitkan memori lama. Andai terjadi, itu tak ubahnya takdir yang sudah diguratkan Tuhan, namun dia harus menunggu lama untuk menjemputnya.
Musim semi 1978. Gabriele Cardinaletti, salah seorang direktur Real Jesi, mengadakan trial untuk bakat-bakat terbaik di kotanya. Acara itu dihadiri Luciano Tessari, asisten pelatih Milan, Niels Liedholm. Mancini termasuk di antara para pemain yang mengikuti trial tersebut.
Usai trial, Tessari mengaku terkesan oleh dua pemain. Salah satunya Mancini. Milan kemudian mengirim undangan trial di Milanello untuk empat pemain. Selain Mancini, tiga pemain lainnya adalah Bertarelli, Santoni, dan Ganzetti. Namun, undangan itu salah alamat. Bukannya ke Aurora, klub Mancini, undangan itu dikirimkan ke Real Jesi. Celakanya, tak seorang pun dari Real Jesi yang mau meneruskan undangan itu ke Aurora atau rumah orang tua pemain.
Aldo Mancini, ayah Roberto, mengetahui hal tersebut dari seorang direktur Milan saat bertemu di Terni dalam ajang Piala Adriano Spinelli. Aldo terkejut, lalu kecewa karena akademi Milan sudah menutup pendaftaran. Mancini pun gagal bergabung dengan I Rossoneri.
Silvio Cardinali yang pernah bekerja di Aurora sangat yakin Mancini akan mampu menarik perhatian para petinggi I Rossoneri andai undangan itu tak salah alamat. Faktanya, Marino Perani, pelatih tim junior Bologna, hanya butuh 15 menit melihat aksi Mancini untuk memutuskan merekrutnya. Sejarah kemudian mencatat, Mancini melakukan debut di Serie-A bersama I Rossoblu saat belum genap berumur 17 tahun pada 1981.
Kisah nyaris empat dekade silam itu tentu akan kembali bangkit di benak Mancini bila nanti benar-benar menjadi allenatore I Rossoneri. Apalagi dia akan masuk daftar pelatih yang pernah menangani dua klub teras Kota Milan. Sebelumnya, di daftar itu baru ada Alberto Zaccheroni, Giovanni Trapattoni, Giuseppe Bigogno, Ilario Castagner, Joszef Viola, dan Leonardo.
Advertisement
Tanpa Dasar
Hal yang patut dicermati, benarkah Milan membutuhkan pelatih baru? Sebegitu burukkah prestasi Montella? Apakah Montella sudah mentok dan tak bisa berbuat apa-apa lagi?
Saat diangkat sebagai pelatih baru pada awal musim ini, Montella dibebani tiga misi oleh manajemen I Rossoneri. Pertama, melakukan peremajaan terhadap skuat yang ada. Kedua, membawa Milan ke pentas Eropa. Ketiga, merebut trofi Supercoppa Italiana (Piala Super Italia).
Montella tidaklah gagal. Sejak awal musim, dia mengejawantahkan program regenerasi dengan memberikan tempat di tim inti kepada sejumlah pemain muda. Donnarumma (17 th), Romagnoli (22 th), Manuel Locatelli (19 th), dan Suso (23 th) adalah tulang punggung Milan saat ini. Lalu, ada Davide Calabria (20 th) yang mulai mendapat kepercayaan bermain. Sebut juga para pemain pinjaman macam Mario Pasalic (21 th), Deulofeu (22 th), dan Lucas Ocampos (22 th).
Soal trofi Suppercoppa Italiana, Milan berhasil meraihnya pada Desember lalu dengan mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti. Adapun target lolos ke pelataran Eropa musim depan belum sepenuhnya terkubur. Saat ini, Milan hanya terpaut dua poin dari penghuni zona Liga Europa. Misi yang agak berat adalah lolos ke Liga Champions. Sebabnya, I Rossoneri tertinggal delapan angka dari Napoli yang berada di tangga ketiga, posisi minimal untuk berlaga di Liga Champions musim depan.
Lebih dari itu, Montella mampu memberikan identitas pada permainan Milan. Hal itu diakui oleh banyak pihak. Dari segi perolehan poin, Montella juga salah satu yang terbaik setelah era Massimiliano Allegri. Dalam 26 pertandingan, rerata poinnya adalah 1,77. Itu hanya terpaut 0,01 poin dari Sinisa Mihajlovic yang menangani I Rossoneri dalam 37 pertandingan dari Juni 2015 hingga April 2016.
Menilik fakta-fakta tersebut, sebenarnya tak cukup kuat alasan bagi Milan untuk mendepak Montella. Sebaliknya, manajemen I Rossoneri seharusnya lebih mendukung program sang allenatore. Salah satunya dengan lebih berani di bursa transfer. Bagaimanapun, kehadiran pemain bintang sangatlah penting bagi tim. Terutama bintang yang mampu mencetak banyak gol.
Perlu dicatat, kegagalan Milan menembus Liga Champions dalam tiga musim terakhir selalu diwarnai ketiadaan duet pemain yang membuat dua digit gol. Tiga musim itu, selalu hanya seorang pemain yang mengemas belasan gol.
Kabar yang beredar menyebutkan, rencana perekrutan Mancini terkait dengan keinginan mendatangkan Sergio Aguero. Masalahnya kemudian, Mancini yang sempat membawa Inter menjadi Scudetto bukanlah jaminan untuk Milan meraih kejayaan. Dia pun akan menghadapi sejumlah faktor penghambat.
Sepanjang sejarah, belum ada pelatih yang sanggup berprestasi di dua klub Kota Milan. Bila sukses di Inter, dia akan jeblok di Milan. Begitu pula sebaliknya. Lalu, para tifosi Milan tentu masih ingat betul kelakuan Mancini yang mengacungkan jari tengah kepada mereka saat dia menjalani Derby della Madonnina terakhir sebagai allenatore Inter, setahun silam.
Akan tetapi, pada akhirnya, keinginan pemilik tetaplah kunci. Sabda sang empunya adalah titah yang tak boleh dibantah. Bila Sino Europe nanti ingin Mancini menggantikan Montella, itulah yang harus diterima para tifosi I Rossoneri walau dengan konsekuensi proyek peremajaan ala Montella yang terbukti menjanjikan, mangkrak begitu saja.
*Penulis adalah komentator, jurnalis dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.