Liputan6.com, Birmingham - Cus D'Amato langsung menelepon Muhammad Ali ketika ia menemukan bakat tinju luar biasa Mike Tyson. "Petir Menyambar Dua Kali," kata D'Amato kepada Ali.
Kalimat petir menyambar dua kali adalah idiom D'Amato untuk menggambarkan bakat yang dimiliki Tyson bisa membuatnya hebat seperti Ali di ring tinju. Dan prediksi D'Amato tak meleset. Tyson memang menjadi juara dunia tinju kelas berat.
Baca Juga
D'Amato adalah pelatih sekaligus ayah angkat Tyson dan ia dikenal dekat dengan Muhammad Ali. Tanpa pria keturunan Italia itu, Tyson mungkin tidak akan menjadi juara tinju kelas berat dalam usia 20 tahun, juara dunia tinju kelas berat termuda yang pernah ada. Â
Tyson diajak D'Amato berlatih di sasana tinjunya pada 1980 di Catskill, New York. Pada 4 November 1985 D'Amato meninggal akibat penyakit Pneumonia. Ironis, setahun usai D'Amato meninggal, Tyson merasakan pertama kalinya menjadi juara tinju dunia.
Namun, karier tinju Tyson malah meredup, bahkan ia terlibat sejumlah kasus kriminal di luar ring. Ia percaya, bila D'Amato hidup lebih lama, karier bertinjunya akan lebih baik.
Kevin Sanjaya mengingatkan dunia olahraga pada kemunculan Tyson. Kevin Sanjaya bukan petinju. Ia pebulutangkis ganda putra Indonesia kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur.
Advertisement
Pujian untuk Gaya Main Kevin
Kemarin (12/3/2017), bersama Marcus Gideon, ia merebut gelar All England 2017 di nomor ganda putra. All England adalah turnamen bulutangkis tertua di dunia.
Gaya main Kevin Sanjaya banyak mendapat pujian. Atlet berusia 21 tahun ini menjadi aset berharga bagi bulu tangkis Indonesia. Selain menyabet gelar All England, dalam usia 20 tahun, Kevin sudah memenangi titel Super Series. Â
Pencapaian Kevin tentu juga tidak lepas dari tandemnya, Marcus Gideon, yang melengkapi kemampuannya. Kevin memiliki defense luar biasa dan smash yang kuat. Servisnya tidak jarang menyumbang angka. Total sudah 4 gelar Super Series yang sudah dikoleksinya bersama Marcus.
Â
Tapi, pebulutangkis kelahiran 2 Agustus 1995 ini bukan tanpa kelemahan. Dia dikenal temperamen, bahkan, beberapa kali terlihat provokatif, terlepas usianya yang masih belia, Kevin tentu perlu berhati-hati dengan karakternya ini.
Kevin pernah merasakan polesan Sigit Budiarto, legenda bulu tangkis indonesia di nomor ganda putra. Bila di tangan yang tepat, Kevin tentu akan menjelma menjadi pebulutangkis dunia yang disegani lawan-lawannya.
Ketika masih berlatih di Djarum, Kevin dikenal atlet yang tak pernah mau kalah. Pelatih Kepala Djarum, Fung Permadi, mengisahkan bakat dan ambisi Kevin dapat membuatnya menjadi pemain kelas dunia. Mungkin, di usianya sekarang, ia sudah sudah mencapai level itu.
Petir memang menyambar dua kali. Kita patut merawat Kevin Sanjaya, agar kariernya panjang dan terus mengharumkan nama Indonesia dalam persaingan bulu tangkis dunia.
Advertisement