Liputan6.com, Manchester: Sir Alex Ferguson konsisten membela keluarga Glazer sejak famili asal Amerika Serikat itu mengakuisisi Manchester United pada 2005. Namun sudah cukup lama Ferguson terdiam di saat mayoritas suporter MU giat menunjukkan keresahan mereka terhadap Glazer.
Glazer dianggap biang keladi di balik utang melimpah yang membelit keuangan MU. Sedari musim lalu protes kian galak, dengan kampanye “green and gold” yang merupakan warna kebesaran MU ketika masih bernama Newton Heath. Glazer didesak segera angkat kaki dari Old Trafford terkait ketidakmampuan MU bersaing dengan Manchester City dalam membeli pemain bintang di bursa transfer musim panas ini.
Meski Chief Executive MU David Gill mengutarakan, Ferguson memiliki dana untuk belanja pemain jika dibutuhkan, fans tetap resah. Mereka meyakini tumpukan utang 716 juta pound membatasi Ferguson sehingga manajer gaek asal Skotlandia itu terpaksa mengandalkan pemain yang ada.
Namun Ferguson menyatakan, dewasa ini roda bisnis identik dengan utang. Begitu pun cara yang digunakan Malcolm Glazer dan keluarganya di Old Trafford. “Karena itu sepakbola sekarang menarik perhatian media untuk mengorek sisi negatifnya, pun demikian dengan sebagian fans,” ujar manajer MU yang juga akrab disapa Fergie ini. “Tidak fair rasanya jika kritik terus dilancarkan ke keluarga Glazer. Hal yang sama juga akan dialami pembeli lain.”
Jika dibandingkan dengan City yang menyiapkan belanja 100 juta pound, MU tidak ada apa-apanya. Mereka musim panas ini hanya mengeluarkan 17 juta pound, 10 juta untuk Chris Smalling dan sisanya untuk Javier Hernandez. Namun Ferguson menjelaskan bahwa kebijakan itu murni rencanya.
Ferguson ingin membangun skuad MU dari para pemain muda. Suatu hari nanti, jika mengundurkan diri, ia ingin meninggalkan warisan berupa tim yang solid dan sudah siap. “Kami menimbang dengan sangat harga seorang pemain sebelum membeli,” seru dia.
Ia yakin skuadnya saat ini akan menjadi “generasi emas” berikutnya yang dimiliki MU. Membangun pemain dari bakat-bakat yang belum terpoles sepertinya memberi kepuasan tersendiri buat manajer berusia 68 tahun tersebut.(DIM/The Guardian)
Glazer dianggap biang keladi di balik utang melimpah yang membelit keuangan MU. Sedari musim lalu protes kian galak, dengan kampanye “green and gold” yang merupakan warna kebesaran MU ketika masih bernama Newton Heath. Glazer didesak segera angkat kaki dari Old Trafford terkait ketidakmampuan MU bersaing dengan Manchester City dalam membeli pemain bintang di bursa transfer musim panas ini.
Meski Chief Executive MU David Gill mengutarakan, Ferguson memiliki dana untuk belanja pemain jika dibutuhkan, fans tetap resah. Mereka meyakini tumpukan utang 716 juta pound membatasi Ferguson sehingga manajer gaek asal Skotlandia itu terpaksa mengandalkan pemain yang ada.
Namun Ferguson menyatakan, dewasa ini roda bisnis identik dengan utang. Begitu pun cara yang digunakan Malcolm Glazer dan keluarganya di Old Trafford. “Karena itu sepakbola sekarang menarik perhatian media untuk mengorek sisi negatifnya, pun demikian dengan sebagian fans,” ujar manajer MU yang juga akrab disapa Fergie ini. “Tidak fair rasanya jika kritik terus dilancarkan ke keluarga Glazer. Hal yang sama juga akan dialami pembeli lain.”
Jika dibandingkan dengan City yang menyiapkan belanja 100 juta pound, MU tidak ada apa-apanya. Mereka musim panas ini hanya mengeluarkan 17 juta pound, 10 juta untuk Chris Smalling dan sisanya untuk Javier Hernandez. Namun Ferguson menjelaskan bahwa kebijakan itu murni rencanya.
Ferguson ingin membangun skuad MU dari para pemain muda. Suatu hari nanti, jika mengundurkan diri, ia ingin meninggalkan warisan berupa tim yang solid dan sudah siap. “Kami menimbang dengan sangat harga seorang pemain sebelum membeli,” seru dia.
Ia yakin skuadnya saat ini akan menjadi “generasi emas” berikutnya yang dimiliki MU. Membangun pemain dari bakat-bakat yang belum terpoles sepertinya memberi kepuasan tersendiri buat manajer berusia 68 tahun tersebut.(DIM/The Guardian)