Liputan6.com, Jakarta - Akhir-akhir ini, senyum jadi hal yang sangat langka dari Jose Mourinho di MU. Wajah manajer Manchester United itu semakin terlihat masam. Rangkaian hasil kurang memuaskan yang dituai Paul Pogba cs. adalah penyebabnya. Rabu (5/4/2017) dinihari WIB, hampir saja Setan Merah takluk di kandang sendiri dari Everton, andai tak ada gol penalti Zlatan Ibrahimovic pada injury time.
Hasil imbang tersebut memang masih membuat MU meneruskan jejak tak terkalahkan di Premier League. Itu adalah laga ke-20 sejak kekalahan dari Chelsea pada gameweek ke-9. Namun, hasil itu kian memperberat langkah ke 4-besar. Pasalnya, tiga hari sebelumnya, MU diimbangi West Bromwich Albion tanpa gol. Sialnya, itu juga dituai di Old Trafford.
Kehilangan empat poin dari dua laga itu membuat MU mencetak rekor buruk. Raihan 27 poin dari 6 kali menang, 9 kali imbang, dan sekali tumbang di Old Trafford adalah rekor kandang terendah selama era Premier League. Secara otomatis, ini akan memperberat upaya meraih posisi di 4-besar yang berhadiah tiket ke Liga Champions musim depan.
Baca Juga
Advertisement
Dengan raihan 54 poin, MU memang hanya terpaut empat angka dari seteru sekota, Manchester City, yang berada di posisi ke-4. Bukan selisih yang terlalu jauh. Apalagi The Citizens belakangan ini mejan. Dalam tiga laga terakhir di Premier League, anak-anak asuh Josep Guardiola gagal memetik tiga poin. Namun, mengingat masih ada Chelsea, Arsenal, Man. City, dan Tottenham Hotspur yang harus dihadapi dalam sembilan partai sisa, tentu bukan perkara mudah menggeser The Citizens. Patut dicatat, dalam sepuluh laga terakhir di Premier League, MU hanya meraup empat kemenangan dan enam kali imbang.
Tak heran bila Sir Alex Ferguson, eks manajer MU, tak ragu menyarankan Mourinho mengalihkan fokus timnya ke Liga Europa. "Musim belum habis. Mereka sudah menjuarai Piala Liga dan masih bertahan di Liga Europa dan saya pikir mereka punya kans besar di sana. (Ajang) Itu sekarang jadi sangat penting karena jika juara, Anda akan berlaga di Liga Champions. Saat ini, pertarungan dengan Tottenham, Arsenal, dan Liverpool untuk berada di belakang Chelsea sangatlah sengit. Tak akan mudah untuk finis di 4-besar," kata Sir Alex.
Lebih jauh, pria asal Skotlandia itu mengungkapkan satu alasan khusus. "Klub ini belum pernah juara Liga Europa. Itu akan menjadi tambahan apik di CV dan saya pikir kami punya peluang bagus," tutur dia.
Sir Alex benar. Andai berhasil menjuarai Liga Europa yang merupakan reinkarnasi Piala Fairs dan Piala UEFA, MU akan berada di deretan klub spesial. Saat ini, hanya Juventus, Ajax Amsterdam, Bayern Muenchen, dan Chelsea yang sanggup meraih semua trofi antarklub Eropa. Di tengah keterpurukan MU akhir-akhir ini, hal tersebut akan jadi hiburan tersendiri.
Pilihan Dilematis
Bagi MU, jalan ke Liga Champions via Liga Europa memang relatif tak seterjal jalur Premier League. Di Liga Europa, karena sudah berada di perempat final, mereka hanya tinggal melakoni 5 laga untuk merebut gelar. Lawan-lawan tersisa pun relatif tidak seberat para konkuren di Premier League. MU bahkan paling diunggulkan di bursa taruhan. Pesaing dengan angka taruhan terdekat hanyalah Olympique Lyonnais.
Namun, Mourinho tak bisa begitu saja memilih Liga Europa dan melupakan Premier League. Itu pilihan yang bisa memancing kemarahan sebagian fans Red Devils. Faktanya, di antara para fans, juga para pengamat, tak sedikit yang berpendapat tak seharusnya MU mengubah haluan.
Menurut mereka, fokus ke Liga Europa sama saja dengan mengibarkan bendera putih di Premier League. Itu sangat tidak bisa diterima karena tak sesuai dengan DNA Red Devils. MU sudah terbiasa berkiprah di banyak ajang secara bersamaan dan tak menepikan salah satu di antaranya. Mereka selalu berjuang meraih semua gelar.
Di sisi lain, tetap berkeras memburu peringkat ke-4 di Premier League dan juara Liga Europa bukanlah hal mudah. Menilik performa Wayne Rooney cs. yang sangat labil sepanjang musim ini, bisa jadi malah tak satu pun target yang tercapai pada akhir musim nanti. Ini tentu sangat tak diinginkan. Dua musim absen di Liga Champions tidaklah baik bagi klub papan atas Eropa macam MU.
Atas dasar itu, bagaimanapun, Mourinho harus mengambil pilihan jelas. Secara pragmatis, harusnya pria asal Portugal itu mendengarkan saran Sir Alex. Lebih baik MU memprioritaskan Liga Europa.
Di samping alasan yang sudah dikemukakan Sir Alex, ada hal lain yang tak kalah penting. Status juara Liga Europa hampir pasti membuat MU berada di fase grup Liga Champions musim depan. Sementara itu, finis di posisi ke-4 Premier League akan mengharuskan mereka menjalani babak play-off terlebih dahulu.
Seperti digariskan UEFA, juara Liga Europa memang mendapatkan jatah tempat di fase grup Liga Champions. Dalam dua musim terakhir, Sevilla menikmati aturan ini. Pengecualian hanya terjadi bila juara bertahan Liga Champions tidak finis di zona Liga Champions di liga domestiknya. Bila ini yang terjadi, juara Liga Europa harus berlaga di babak play-off.
Advertisement
Menampar Liverpool
Selain itu, ada hal lain yang tak kalah penting. Dalam konteks perseteruan abadi dengan Liverpool, gelar juara Liga Europa punya makna khusus. Pertama, tentu saja itu akan membuat koleksi gelar Red Devils berada di atas Liverpool.
Akhir Februari lalu, MU berhasil menyamai perolehan 43 trofi -di luar Community Shield- yang dipegang Liverpool. Itu berkat kemenangan atas Southampton dalam final Piala Liga.
Rinciannya, MU mengoleksi 20 gelar juara liga, 12 kali juara Piala FA, 4 kali juara Piala Liga, 3 kali juara Piala/Liga Champions, 1 kali juara Piala Winners, 1 kali juara Piala Super Eropa, 1 kali juara Club World Cup, dan 1 kali juara Piala Interkontinental. Sementara itu, 43 gelar Liverpool terdiri dari 18 kali juara liga, 7 kali juara Piala FA, 8 kali juara Piala Liga, 5 kali juara Piala/Liga Champions, 3 kali juara Piala UEFA, dan 3 kali juara Piala Super Eropa.
Tambahan gelar di Liga Europa tentu akan membuat Red Devils bisa kembali menepuk dada karena berstatus klub tersukses di Inggris. Memang benar, Liverpool juga masih berpeluang menjuarai Premier League. Tapi, mengingat performa yang masih saja labil, sulit bagi The Reds untuk menelikung Chelsea yang sekarang berada di puncak klasemen.
Saat ini, Liverpool tertinggal 12 angka dari The Blues dan telah memainkan satu laga lebih banyak dibanding Chelsea di Premier League. Artinya, selisih itu bisa saja bertambah menjadi 15 poin. Tentu hampir tidak mungkin berharap tim asuhan Antonio Conte mengalami lima hingga enam kekalahan dalam delapan pekan terakhirnya. Jikapun itu terjadi, bisa jadi malah Tottenham Hotspur yang mengambil keuntungan karena berada tepat di belakang The Blues.
Secara khusus, keberhasilan MU di Liga Europa akan jadi tamparan tersendiri bagi Liverpool. Patut diingat, kisah MU musim ini bisa dikatakan mirip dengan Liverpool musim lalu yang berhasil menembus final Piala Liga dan Liga Europa. Sialnya, The Reds tak sanggup merebut trofi. Di final Piala Liga, anak-anak asuh Juergen Klopp dikalahkan Man. City lewat adu penalti. Adapun di final Liga Europa, Jordan Henderson dkk. takluk 1-3 di kaki Sevilla.
Musim ini, MU telah berhasil merengkuh trofi Piala Liga. Secara psikologis, andai nanti berhasil menjuarai Liga Europa, MU bisa mengklaim lebih bermental juara dibanding sang seteru abadi. Apalagi Red Devils musim ini secara statistik justru berada di titik terburuk sepanjang era Premier League. Sementara itu, The Reds musim lalu justru tengah menuai puja-puji seiring kedatangan Klopp yang membangkitkan lagi Henderson cs.
Adakah jalur Liga Europa ini yang akhirnya dipilih Mourinho untuk membawa MU ke Liga Champions musim depan? Kita tunggu saja karena secara eksplisit, dia sudah menyiratkan MU tak akan terlalu ngotot bila secara matematis tak lagi berpeluang finis di 4-besar Premier League.
*Penulis adalah pengamat sepak bola dan komentator. Tanggapi kolom ini @seppginz.