Sukses

MotoGP: Rossi, Tua-Tua Keladi atau Bagian dari Strategi?

Valentino Rossi kembali naik podium di seri kedua MotoGP 2017 meski start dari posisi sulit.

Liputan6.com, Jakarta Tua-tua keladi, semakin tua kian menjadi. Pameo ini sepertinya tepat menggambarkan performa rider Movistar Yamaha, Valentino Rossi, di lintasan balap MotoGP musim ini. 

Rossi memang jadi yang tertua di MotoGP 2017. Saat ini, pria asal Italia itu telah berumur 38 tahun. Sementara rival-rival terberatnya seperti Maverick Vinales (Yamaha Movistar), Marc Marquez (Honda), maupun Jorge Lorenzo (Ducati) terpaut 10-16 tahun.

Namun bagi Rossi usia hanyalah angka. Soal kemampuan mengendalikan kuda besi, The Doctor masih menguasai resep mujarabnya. Bahkan saat dia harus mengawali lomba dari posisi yang terbilang tidak menguntungkan di dua seri pertama MotoGP musim ini. 

Di sirkuit Losail, Qatar, yang jadi seri pembuka MotoGP 2017, Rossi start dari urutan sepuluh setelah tampil tidak begitu meyakinkan di sesi latihan bebas dan kualifikasi. Meski demikian, di akhir lomba Rossi masih mampu naik podium di urutan ketiga. 

Beruntung? Tidak juga. Sebab pada seri berikutnya di Argentina, Rossi kembali berlakon sama. Start dari posisi tujuh, Rossi juga sukses naik podium di posisi kedua. Sedangkan urutan pertama masih dimenangkan oleh rekan satu timnya, yakni Maverick Vinales.

"Tidak ada sihir," kata Rossi mengungkap resep kemenangannya di Termas de Rio Hondo seperti dilansir Sportal, belum lama ini. "Kami bekerja untuk menyelesaikan langkah demi langkah dan melakukan pekerjaan besar. Saya juga cukup stabil selama berada di atas motor. Yang jelas, itu adalah balapan yang bagus," ungkap The Doctor. 

Usia yang melekat pada Rossi bukan masalah. Sebaliknya tahun demi tahun yang dilalui The Doctor juga menjadi perjalanan panjangnya menaklukkan kuda besi. Sembilan kali juara dunia di mana 7 di antarnya gelar MotoGP menjadi bukti tebalnya pengalaman Rossi dalam memacu sepeda motor dalam kecepatan tinggi di atas lintasan. 

"Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya bahwa kartu identitasnya palsu. Dan agak aneh jika semua orang terus berbicara tentang usia," ujar pengamat MotoGP, Carlo Pernat menyindir orang-orang yang mencap Rossi sebagai pembalap tua yang usang. 

Dikutip dari Tiscali Sport, Selasa (28/3/2017), Pernat menyebut Rossi sebagai fenomena yang sulit diterima akal karena jarang sekali muncul di balap motor. "Hal pertama yang harus dikatakan Rossi kepada para pengkritik bahwa mereka tidak mengerti apa-apa.

 

2 dari 3 halaman

Ikhwal Keraguan

Keraguan banyak pihak terhadap kemampuan Rossi sebenarnya bukan tanpa sebab. Hasil tes pramusim yang kurang menggembirakan menjadi salah satu pemicunya. Dibanding rekan barunya, Vinales, kecepatan Rossi memang masih tertinggal jauh. 

Banyak yang bertanya-tanya kenapa Rossi yang sudah 20 tahun berpengalaman di MotoGP lebih lambat dari Vinales yang bau kencur. Padahal kedua pembalap tim Garpu Tala tersebut menggunakan tunggangan dengan spesifikasi yang sama, YZMR1. 

Dugaan sementara terletak pada bagian sasis. Seperti dilansir sport rider, motor YZMR1 milik Vinales dan Rossi musim ini lebih tinggi meski titik grafitasinya tidak berubah. 

Ini bisa membuat keausan ban belakang bisa lebih lambat dan bagus untuk pertarungan menjelang akhir-akhir balapan, salah satu masalah utama Yamaha musim lalu.

Vinales tidak terpengaruh dengan perubahan tinggi sasis ini. Namun Rossi sepertinya tampak kesulitan. Sementara teknisi Michelin, Clemont Ferrand punya versi lain soal krisis Rossi. Dia menilai, ban depan anyar lansiran Michelin di 2017 menyulitkan Rossi.

Rossi hanya tertawa menanggapi hal itu. Menurut pembalap nommor 46 tersebut, Vinales lebih cepat karena lebih lambat mengerem dan punya akselerasi lebih cepat. 

 

3 dari 3 halaman

Bagian dari Strategi

Tak sedikit penikmat balap MotoGP yang terkecoh dengan penampilan Rossi selama ini. Pasalnya, hasil buruk selama latihan bebas dan kualifikasi bukan jaminan dia bakal melempem di balapan sesungguhnya yang jatuh hari Minggu. Itu sebabnya Rossi juga dikenal menyandang julukan sebagai Sunday Rider atau pembalap hari Minggu.

Paolo Beltramo berpendapat, Rossi sepertinya melakukan hal tersebut dengan sengaja. Pasalnya, setiap berada dalam kesulitan besar, Rossi justru tampil lebih menghibur. Strategi ini intuk mengecoh musuh bebuyutannya, pembalap Honda, Marc Marquez.

"Tampil kompetitif, cepat, memberikan sensasi, menyalip, hiburan, dan mendapatkan podium," kata pengamat senior MotoGP iniseperti dikutip dari Tuttomotori.

"Saya menyadari jika The Doctor selalu memelihara persaingan, adrenalin, mencari solusi, dan tidak pernah terpuaskan. Saya pikir itu merupakan fakta yang luar biasa."

 

 

Â