Sukses

5 Pemain AC Milan Paling Sukses di Era Berlusconi

Berlusconi cukup sukses ketika memimpin AC Milan.

Liputan6.com, Jakarta Setelah memimpin selama 31 tahun, era Silvio Berlusconi di AC Milan berakhir sudah. Tepat pada hari Kamis (13/4/2017), mantan Perdana Menteri Italia itu menyerahkan kepemilikan klub kepada pengusaha asal Tiongkok, Yonghong Li. 

Namun, Berlusconi akan tetap dikenang. Kakek berusia 80 tahun banyak berjasa bagi I Rossoneri. Membeli Milan senilai 40 juta lira pada 10 Februari 1986 dari Giuseppe Farina, ia telah mempersembahkan 29 gelar bagi AC Milan sepanjang masa kepemimpinannya sebagai presiden klub.

Selama kurun waktu tersebut pula, banyak pemain datang dan pergi. Ada yang hanya singgah sejenak, ada pula yang bertahan dalam waktu yang lama hingga pensiun. Ada yang bersinar, dan ada pula yang gagal.

Liputan6.com merangkum lima pemain paling sukses selama era kepemimpinan Berlusconi di Milan.

 

2 dari 6 halaman

1. Ruud Gullit

1. Ruud Gullit

Awal gebrakan Berlusconi di Milan ditandai oleh perekrutan trio Belanda, Ruud Gullit-Van Basten-Rijkaard. Dari trio tersebut, Ruud Gullit termasuk pemain yang paling sukses, baik dalam catatan individual maupun tim.

Ruud Gullit direkrut dari PSV Eindhoven pada musim panas 1987. Ia membela Milan selama enam musim, dan total menyumbang 53 gol dalam 165 penampilan di semua kompetisi.

Berkat sumbangsihnya itu, Ruud Gullit--yang bermain sebagai playmaker--mengantarkan AC Milan menyabet tiga gelar Scudetto (1987–88, 1991–92, 1992–93), tiga gelar Supercoppa Italiana (1988, 1992, 1994), dua Piala Eropa atau sekarang Liga Champions (1988–89 dan 1989–90), dua Piala UEFA Super Cup (1989 dan 1990), dan dua Piala Intercontinental (1989 dan 1990).

Untuk dirinya pribadi, Ruud Gullit sukses meraih trofi Ballon d'Or pada tahun 1987, atau pada musim perdananya membela AC Milan.

 

3 dari 6 halaman

2. Marco Van Basten

2. Marco Van Basten

Komposisi trio Belanda lainnya yang tak kalah sukses di Milan adalah Marco Van Basten. Bahkan, ia merasakan empat kali juara Serie A (1987–88, 1991–92, 1992–93, 1993–94) dan empat kali juara Piala Supercoppa Italia (1988, 1992, 1993, 1994). Selebihnya, ia juga merasakan gelar yang sama dengan Ruud Gullit.

Gelar yang diraih Van Basten memang lebih banyak dibanding Ruud Gullit karena ia lebih lama bermain bersama I Rossoneri. Tercatat, ia membela Milan sampai pensiun tahun 1995.

Pembelian Van Basten pun dilakukan bersamaan dengan Ruud Gullit, yakni pada musim panas 1987. Waktu itu ia direkrut dari Ajax Amsterdam. Selama tujuh musim membela Milan, penyerang yang kini berusia 52 tahun itu mencetak 128 gol dan menyumbang 5 assist dalam 201 penampilan.

Selama rentang waktu itu pula, Van Basten sukses menorehkan prestasi pribadi yang luar biasa. Ia meraih gelar Ballon d'Or tiga kali, yakni tahun 1988, 1989, dan 1992.

 

4 dari 6 halaman

3. Paolo Maldini

3. Paolo Maldini

Dari seluruh pemain yang pernah bermain untuk AC Milan di era Berlusconi, Paolo Maldini bisa dibilang yang paling banyak mengangkat trofi. Sebab, dia setia sejak pertama kali dipanggil masuk tim senior Milan pada tahun 1985, hingga pensiun tahun 2009.

Tercatat, Maldini mengoleksi tujuh gelar Serie A (1987–88, 1991–92, 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1998–99, 2003–04), satu Coppa Italia (2002–03), lima Liga Champions (1988–89, 1989–90, 1993–94, 2002–03, 2006–07), lima Piala Super UEFA Super Cup (1989, 1990, 1994, 2003, 2007), dua Piala Intercontinental Cup (1989, 1990), satu Piala Dunia (2007), dan lima Piala Supercoppa Italiana (1988, 1992, 1993, 1994, 2004).

Prestasi pribadi Maldini juga tak kalah hebat. Meski tak sampai meraih gelar Ballon d'Or atau pemain terbaik dunia FIFA, pria yang kini berusia 48 tahun itu sering masuk daftar pemain pilihan FIFA setiap tahunnya.

Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya, nomor punggung 3 yang dipakainya dulu pun kini dikeramatkan oleh AC Milan.

 

5 dari 6 halaman

4. Andriy Shevchenko

4. Andriy Shevchenko

Andriy Shevchenko pernah berjaya bersama AC Milan di rentang tahun 1999 hingga 2006. Selama masa itu, mantan striker timnas Ukraina itu menjadi striker paling ditakuti di Serie A dan di kompetisi manapun yang diikuti Milan.

Di Serie A saja, ia sukses membukukan 127 gol dari 226 pertandingan. Pemain yang sewaktu di Milan bernomor punggung 7 ini mampu mencetak gol dengan kaki kanan, kaki kiri, maupun kepala dengan sama baiknya.

Untuk prestasi pribadi, Shevchenko sukses meraih trofi Ballon d'Or pada tahun 2004. Sedangkan untuk klub, ia mempersembahkan satu gelar Serie A (2003–04), satu Coppa Italia (2003), satu Piala Supercoppa Italiana (2004), satu gelar Liga Champions (2003), dan satu Piala Super UEFA (2003).

 

6 dari 6 halaman

5. Ricardo Kaka

5. Ricardo Kaka

Pemain Milan lainnya yang juga sukses di atas tahun 2000-an di era Berlusconi adalah Ricardo Kaka. Dibeli dengan harga relatif murah, yakni 8,25 juta euro, dari Sao Paolo pada tahun 2003, Kaka menjelma playmaker paling berbahaya di Eropa bersama Milan sampai tahun 2009.

Bersama Andriy Shevchenko, Kaka membantu Milan memenangkan gelar Serie A (2003–04), Supercoppa Italiana (2004), UEFA Champions League (2006–07), UEFA Super Cup (2007), dan FIFA Club World Cup (2007).

Selama membela Milan, Kaka membukukan 104 gol dan 55 assist dalam 307 penampilan. Secara pribadi, ia sukses meraih gelar pemain terbaik dunia tahun 2007. (Abul Muamar)