Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi merasa bertanggung jawab atas keputusan klub memainkan pemain asingnya pada pekan pertama Liga 1. Edy mengaku dirinya perlu memutuskan yang terbaik agar kompetisi tak rugi lebih besar.
Baca Juga
Advertisement
Edy paham kebutuhan KITAS (kartu izin tinggal terbatas) bukan hanya milik pesepak bola asing, tapi para pekerja asing yang ingin bekerja di Indonesia. Ketum PSSI periode 2016-2020 tersebut menampik jika keputusannya sudah melanggar regulasi Kementerian Tenaga kerja dan Imigrasi.
"Bukan menyalahi, tapi kami sudah komunikasi. Sambil jalan kita urus semua ini. Tanpa ini berarti Liga 1 mundur dan akan lebih banyak pihak yang merugi," kata Edy usai perayaan HUT PSSI ke-87 di Jakarta, Rabu (19/4/2017) sore.
Isu soal KITAS mencuat saat BOPI mengumumkan kalau 25 pemain asing dari 11 klub belum menyelesaikan syaratnya untuk bekerja di Indonesia. Edy mengatakan awalnya klub-klub profesional itu mengajukan nama pemain mereka kepada PSSI buat dianalisa.
"PSSI mempelajari dan mengajukan pada BOPI untuk direkomendasikan ke kantor keimigrasian. Ada proses waktu yang panjang di Indonesia ini," tutur Edy.
"Kami mohon, mudahkan kami ini. Yang kasih duit (sponsor) mana mau liga diberhentikan sementara. Jangan salahkan klub-klub itu. Semuanya muaranya di saya, karena saya yang mengizinkan. Salahkan saya," tegas Edy.