Liputan6.com, London - Arsenal akhirnya gagal berpartisipasi di Liga Champions. The Gunners harus puas tampil di turnamen kelas dua Benua Biru, Liga Europa, musim depan.
Ini adalah kali pertama Arsenal absen dari kompetisi antarklub Eropa paling bergengsi itu sejak 1998/1999.
Advertisement
Baca Juga
Pasukan Arsene Wenger mengakhiri Liga Inggris musim ini di peringkat 5. Kemenangan 3-1 atas Everton di Emirates Stadium, Minggu (21/5/2017), tidak berarti banyak karena Liverpool juga berjaya.
Mereka tertinggal satu angka di belakang klub Merseyside tersebut di klasemen akhir.
"Jelas saya terganggu dengan fakta ini. Di musim lain, saya kira poin kami (75) cukup untuk membawa kami ke Liga Champions," kata Wenger, dikutip Soccernet.
Ada sejumlah alasan mengapa Arsenal tidak mampu merebut tiket Liga Champions 2017/2018. Berikut beberapa di antaranya.
Perencanaan Skuat
Arsenal mengamankan Granit Xhaka sejak Mei tahun lalu. Namun tidak ada muka baru lain pada pramusim.
Shkodran Mustafi baru dibeli pada akhir Agustus, ketika kompetisi sudah bergulir, dengan Lucas Perez tiba pada hari terakhir dibukanya bursa transfer. Minimnya perencanaan dalam regenerasi skuat ini memengaruhi kinerja tim di awal musim.
Mereka hanya meraih satu angka di dua laga awal Liga Inggris. Meski kemudian meraih enam kemenangan beruntun, Arsenal kembali inkonsisten pada pertengahan musim. Kondisi ini membuat mereka sulit mengejar pesaing.
Advertisement
Faktor Cazorla
Arsenal hanya bisa membayangkan apa yang terjadi seandainya Santi Cazorla fit sepanjang musim. Gelandang asal Spanyol itu memberi keseimbangan dan kreativitas dalam tim. The Gunners tampil lebih baik dengannya.
Sayang, Cazorla dihajar cedera bertubi-tubi. Dia hanya menjadi starter 10 kali di seluruh kompetisi musim ini.
Tanpa Cazorla, Wenger kesulitan menemukan komposisi terbaik lini tengah. Xhaka, Francis Coquelin, Aaron Ramsey, dan Mohamed Elneny juga tampil inkonsisten.
Terpuruk di Laga Besar
Dalam persaingan sengit, Arsenal harus membayar kegagalan meraih banyak angka dari laga melawan rival papan atas. Pada 10 duel melawan Chelsea, Tottenham, Manchester City, Liverpool, dan Manchester United, mereka hanya menang dua kali.
Catatan ini membuat kapasitas Wenger dipertanyakan. Pemain juga dinilai rapuh dan tidak punya karakter kuat.
Kekalahan 0-2 dari Tottenham, akhir April 2017, menunjukkan mereka sudah tertinggal dari tetangga.
Advertisement
Ketidakpastian Wenger
Dengan kontrak selesai akhir musim ini, Wenger menegaskan situasinya tidak memengaruhi kinerja tim. Namun, kondisi tersebut jelas berperan saat tim mencatat periode buruk pada Februari hingga April 2017.
Pada Maret, Wenger menyatakan bakal mengumumkan sikap secepat mungkin. Tapi, tidak ada kabar hingga sekarang.
Arsenal kini tampil di final Piala FA tanpa tahu siapa yang akan jadi pelatih mereka musim depan.
Pertahanan Rapuh
Tidak ada masalah dalam serangan. Musim ini Arsenal mencetak 77 gol, tertinggi sejak 2009/2010.
Penyakit mereka hadir di belakang. The Gunners kebobolan 44 gol, terbanyak dalam empat musim terakhir.
Mustafi dan Gabriel Paulista belum menunjukkan mengapa mereka pantas mendampingi Laurent Koscielny. Sedangkan Per Mertesacker bukan lagi jadi pilihan.
Advertisement