Liputan6.com, Jakarta Raut wajah Gianluigi Buffon tak lagi terlihat "garang" seperti saat Mario Mandzukic mencetak gol sensasional ke gawang Real Madrid. Mimik muka pria kelahiran Carrara, Italia ini, tampak sendu ketika wasit asal Jerman, Felix Brych, meniup peluit tanda laga final antara Juventus melawan Real Madrid di Millennium Stadium, Minggu (4/6/2017) sudah berakhir.
Buffon pantas bersedih. Bunyi peluit wasit seperti menandakan mimpinya mengangkat trofi Liga Champions pupus.
Baca Juga
Juventus gagal jadi juara setelah takluk 1-4 dari Real Madrid. Ini adalah ketiga kalinya kiper 39 tahun itu gagal di laga puncak bersama Juventus setelah 2002/2003 dan 2014/2015.
Harapan publik sepak bola dunia ingin melihat kapten sekaligus kiper Juventus ini, mengangkat trofi Liga Champions pertamanya sebelum pensiun, sirna sudah. Padahal, gelar itu bakal melengkapi prestasi Buffon selama kariernya di lapangan hijau.
Nama Bufon dan Juventus banyak disebut-sebut sebelum laga puncak digelar. Hanya kebobolan tiga gol, tidak pernah kalah, dan sempat menghancurkan Barcelona di perempat final, jadi alasannya. Juve pun dianggap bisa mengalahkan Madrid untuk mengakhiri puasa gelarnya di turnamen ini.
Namun, kenyataan berbicara lain. Gawang Buffon dibobol empat kali oleh Real Madrid. Dia pun heran dengan kekalahan di Cardiff. Padahal, menurutnya, Juventus tidak memberikan ruang kepada Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan untuk melakukan ancaman.
"Saya pikir kami melakukan pendekatan yang sempurna di babak pertama, Real Madrid tidak punya keuntungan sama sekali. Tapi, Anda dibuat terbelalak dengan hasilnya," ujar Buffon.
Kiper asal Italia itu menilai, mental tim besutan Massimiliano Allegri tersebut masih jauh tertinggal dari penggawa Real Madrid. Terlebih lagi, Los Blancos sudah memenangkan tiga gelar Liga Champions dalam empat tahun terakhir.
Advertisement
Kesempatan Terakhir
Meski begitu, Buffon tak merasa patah arang. Musim depan diakuinya bisa menjadi kesempatan terakhir untuk mencoba.
Peluang Buffon mengangkat trofi Liga Champions memang semakin tipis. Praktis hanya ada satu musim lagi mengingat kontraknya dengan Juventus hanya sampai musim depan atau pada 2018.
Buffon sebelumnya sempat mengungkapkan rencana pensiun setelah Piala Dunia 2018 di Rusia.
"Saya masih punya satu tahun dalam kontrak saya. Jadi itu berarti saya punya satu kesempatan lagi untuk memenangi Liga Champions," ujar Buffon.
Karier kiper yang sudah membela Juventus sejak 2001 ini, sebenarnya sangat cemerlang. Total, Buffon telah tampil 488 kali di bawah mistar gawang Juventus. Sembilan belas trofi berhasil dipersembahkan peraih empat kali penghargaan kiper terbaik dunia tersebut.
Tak hanya difavoritkan suporter Juventus, sosok Buffon yang ramah pun membuat lawan segan padanya. Tengok bagaimana Iker Casillas menyanjung Buffon sebagai kiper terbaik dunia.
"Ketika saya tumbuh, saya mencontohnya dan kami berevolusi bersama dan punya karier yang sama. Kami sama-sama memenangi banyak trofi dan sering bertanding satu sama lain," ujar Casillas.
Advertisement
Debut Timnas
Buffon memulai debutnya untuk tim nasional sepak bola Italia pada 29 Oktober 1997 dalam usia 19 tahun. Dia tampil sebagai pengganti Gianluca Pagliuca yang cedera saat akan menghadapi play off Piala Dunia 1998 melawan tim nasional sepak bola Rusia.
Selama putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman, Buffon tampil dalam form yang luar biasa karena ia hanya kebobolan dua gol dan mencatat lima kali clean sheet. Catatan lain Buffon di PD 2006 adalah ia tidak kebobolan selama 453 menit.
Setelah pensiunnya Fabio Cannavaro dari Timnas, Buffon menjadi kapten (sepak bola) baru tim nasional. Pada tanggal 9 Februari 2011, setelah pulih dari cedera punggung, Buffon memainkan pertandingan pertamanya sebagai kapten resmi di pertandingan persahabatan melawan Jerman yang digelar di Dortmund.