Liputan6.com, Jakarta - Asap yang muncul dari kembang api penampilan Black Eyed Peas masih mengumpul tertahan atap Millennium Stadium ketika wasit Felix Brych meniup peluit tanda dimulainya final Liga Champions 2016/2017.
Pendukung Juventus dan Real Madrid menyemangati tim masing-masing. Suara tifosi La Vecchia Signora kencang terdengar karena pasukan Massimiliano Allegri mengambil inisiatif.
Advertisement
Baca Juga
Namun, mereka terdiam saat Cristiano Ronaldo meneruskan umpan Dani Carvajal untuk menaklukkan kiper Gianluigi Buffon. Ketika itu pertandingan baru berusia 20 menit.
Kemurungan suporter Juventus tidak bertahan lama. Mario Mandzukic menciptakan gol indah melalui tendangan salto dalam keadaan membelakangi gawang tujuh menit berselang. Aksi spektakuler pemain asal Kroasia itu menumbuhkan kembali keceriaan suporter.
Harapan fans Juventus yang sempat tumbuh punah di babak kedua. Pertahanan juara Italia yang begitu kokoh, dengan kebolan tiga kali dalam perjalanan menuju final, dijebol dua kali Casemiro ('61) dan Ronaldo ('64) dalam waktu singkat.
Gol kedua Ronaldo di laga ini, atau ke-12 sepanjang kompetisi, meruntuhkan semangat Paulo Dybala dan kawan-kawan. Winger Juventus Juan Cuadrado, yang baru masuk menggantikan Andrea Barzagli, terpancing provokasi Sergio Ramos sehingga menerima dua kartu kuning.
Putus asa pun menghampiri pendukung. Satu per satu mereka meninggalkan stadion, termasuk fans yang duduk dekat Liputan6.com, meski partai belum selesai. Sudah banyak kursi kosong ketika Marco Asensio ('90) melengkapi pesta gol Real Madrid.
Los Blancos akhirnya mengamankan titel ke-12 sepanjang sejarah, atau ketiga dalam empat tahun terakhir. Sebaliknya, Juventus kembali patah hati. Mereka menderita kekalahan ketujuh dari sembilan penampilan di final.
Kekecewaan suporter Juventus begitu terasa. Tidak banyak tifosi yang masih berada di tempat, menunggu hingga upacara penyerahan hadiah selesai, untuk memberi apresiasi bagi pemain.
Di ujung jauh lapangan, Real Madrid berpesta merayakan keberhasilan. Lapangan ramai karena anggota keluarga pemain, staf, dan pelatih ikut turun.
Kegembiraan turut terlihat di luar stadion. Pendukung Real Madrid tumpah ruah merayakan kesuksesan tim kesayangan. Mereka bercampur bersama pemuda pemudi lokal yang hendak menikmati malam Minggu. Hanya segelintir fans Juventus yang berkeliaran memberi selamat kepada suporter rival.
Berakhirnya final Liga Champions 2016/2017 menandakan selesainya tugas Liputan6.com.
Cardiff yang Tidak Normal
Tercatat sebagai kota terbesar ke-11 di Inggris Raya, Cardiff tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jakarta. Ukurannya sekitar Jakarta Utara.
Namun, Liputan6.com tidak terlalu bisa merasakan dinamika kehidupan di sana karena penyelenggaraan final Liga Champions. Sebab, event tersebut membuat Cardiff tidak normal.
"Ada peringatan pusat kota akan begitu ramai pengunjung pada hari pertandingan. Mempertimbangkan kepadatan dan keamanan, penduduk tinggal di rumah. Padahal Cardiff biasanya macet pada Jumat dan Sabtu. Tapi pada pekan ini kendaraan sepi," kata Mohammad, supir taksi di Cardiff yang berasal dari Irak.
Liga Champions pun terkesan terlalu besar bagi Cardiff. Namun, Liputan6.com meninggalkan kota ini dengan kesan mendalam. Cardiff sudah menjadi tuan rumah yang baik. Ini selaras misi yang diusung panitia setempat ketika UEFA menunjuk mereka sebagai penyelenggara final Liga Champions 2016/2017 pada Juni 2015.
"Kami yakin masyarakat Cardiff bakal memberi kesan positif, sehingga pengunjung kembali di masa depan dan bukan sekedar untuk menyaksikan sepak bola," ujar duta besar final Liga Champions, Ian Rush.