Liputan6.com, Jakarta- Era baru di d dunia sepak bola telah dimulai berkat teknologi Video Assistant Referee (VAR) yang diperkenalkan pada Juni 2016. Dua turnamen akbar,i Piala Dunia Antarklub 2016 dan Piala Konfederasi 2017 telah menerapkan teknologi VAR.
Dalam pertandingan sepak bola, wasit kerap menjadi kambing hitam apabila membuat keputusan kontroversial. Padahal, banyak hal yang dapat memengaruhi sang wasit untuk mengambil suatu keputusan. Â
Baca Juga
Advertisement
Guna mengurangi kontroversi, International Football Association Board (IFAB) sebagai organisasi yang bertanggung jawab mengatur 'Laws of the Game', melakukan berbagai inovasi. Awalnya, penggunaan asisten wasit di belakang gawang dianggap sebagai solusi. Namun, beberapa keputusan kontroversial masih terjadi, seperti gol Sulley Muntari yang dianulir saat menghadapi Juventus pada ajang Serie A, 25 Februari 2012.
Oleh sebab itu, IFAB kembali melakukan inovasi. Mereka mulai mengembangkan teknologi VAR. Butuh waktu sekitar tujuh tahun hingga teknologi tersebut siap diuji.
VAR atau video tayangan ulang adalah teknologi yang dimaksudkan untuk membantu tugas wasit dalam mengambil keputusan mengenai sebuah gol, penalti, kartu merah, dan kesalahan identifikasi. Teknologi itu diharapkan mampu membantu wasit untuk mengurangi keputusan kontroversial.
Partai persahabatan antara Italia menghadapi Prancis pada 1 September 2016 menjadi pertandingan internasional pertama yang menggunakan teknologi VAR. Laga tersebut berakhir dengan skor 3-1 untuk kemenangan Prancis.
Setelah itu, FIFA mulai mengadopsi VAR saat Real Madrid menang 4-2 atas Kashima Antlers pada laga final Piala Dunia Antarklub 2016. Pada dua pertandingan tersebut, VAR berhasil membantu wasit menghindari berbagai kontroversi.
Alhasil, FIFA memutuskan penggunaan VAR pada Piala Konfederasi 2017. Hal tersebut bermaksud untuk menjadi uji coba teknologi tersebut jelang pelaksanaan Piala Dunia 2018.
Kelemahan
Akan tetapi, kelemahan VAR justru terlihat saat diuji pada Piala Konfederasi 2017. Dari empat pertandingan yang sudah berlangsung, terdapat dua keputusan kontroversial yang melibatkan penggunaan VAR.
Pertandingan Cile menghadapi Kamerun di Grup B menghasilkan dua keputusan kontroversial yang melibatkan VAR. Satu keputusan merugikan La Roja, sementara yang lain justru memberi keuntungan.
Keputusan pertama terjadi ketika Eduardo Vargas menjebol gawang Kamerun pada babak pertama. Saat itu, wasit menunggu beberapa menit untuk memutuskan gol Vargas sah atau tidak. Setelah mendapat bantuan dari tayangan ulang, wasit memutuskan gol Vargas tidak sah karena telah berada dalam posisi offside.
Hal tersebut berbeda dengan keputusan kedua jelang pertandingan berakhir. Saat itu, Vargas menerima bola liar hasil sepakan Alexis Sanchez. Setelah menceploskan bola ke gawang, Vargas langsung melihat ke arah wasit dan kecewa karena dinyatakan offside. Namun, beberapa menit kemudian wasit justru mengesahkan gol Vargas.
Meski Cile menang, namun Juan Antonio Pizzi, merasa tidak puas. Pelatih Cile tersebut merasa teknologi VAR belum siap untuk diterapkan pada pertandingan internasional.
"Menurut saya, teknologi VAR masih butuh waktu untuk diterapkan. Kami harus membiasakan diri dengan aturan baru tersebut. Seharusnya, kami mampu unggul pada babak pertama, namun gol Vargas dianulir beberapa menit kemudian. Jujur saja, hal tersebut mempengaruhi mental kami," kata Pizzi.
Terbongkarnya keburukan teknologi VAR ternyata sudah diramalkan mantan direktur IFAB, David Elleray. Oleh sebab itu, Elleray sempat ingin menunda peluncuran teknologi tersebut.
"Teknologi VAR mengevaluasi banyak hal dalam satu insiden, sehingga terkadang tidak terfokus kepada satu insiden. Menurut saya, teknologi itu belum matang," ujar Elleray.
Berdasarkan pengakuan Pizzi, Cile kehilangan momentum saat gol pertama Vargas dianulir setelah beberapa menit. Hal tersebut dapat memengaruhi konsentrasi pemain, karena sempat terlanjur merayakan gol tersebut.
VAR
Apabila hal seperti itu terus berlanjut, penggunaan VAR justru bisa memberikan keuntungan secara tidak langsung kepada salah satu tim. Situasi tersebut justru menimbulkan kondisi bertanding yang tidak ideal.
Akan tetapi, di sisi lain, penggunaan VAR dapat mengurangi kontroversi dalam pertandingan sepak bola. Hal tersebut dapat membantu wasit mengurangi keputusan kontroversial yang terkait gol, penalti, kartu merah, dan kesalahan identifikasi.
Apakah penggunaan VAR lebih banyak memberikan keuntungan atau justru merugikan? Patut dinanti perkembangan teknologi tersebut.
(Artikel asli ditulis Budi Prasetyo Harsono/diedit Aditya Wicaksono/Bola.com)