Sukses

KOLOM: Donnarumma Menuai Badai

Donnarumma menuai badai kebencian dari Milanisti gara-gara menolak perpanjangan kontrak dengan AC Milan

Liputan6.com, Jakarta - Dari pahlawan yang dipuja-puja menjadi musuh bersama. Setelah menjadi idola baru di San Siro berkat penampilan fenomenal sejak menjalani debut di AC Milan pada 2015, tiba-tiba saja Gianluigi Donnarumma menjadi sosok yang paling dibenci Milanisti. Label mata duitan dan pengkhianat dilekatkan kepada penjaga gawang belia yang digadang-gadang menjadi penerus Gianluigi Buffon di timnas Italia tersebut.

Gara-garanya sederhana saja, yakni tarik-ulur soal perpanjangan kontrak. Pada awalnya, hampir semua orang yakin Donnarumma akan menandatangani perpanjangan kontrak. Sang pemain terang-terangan mengaku tak punya niat hengkang karena berada di klub yang dicintainya.

Akan tetapi, situasi berubah drastis dan tiba-tiba pada medio Juni lalu ketika Mino Raiola, agen Donnarumma, menghentikan negosiasi. Lalu, beberapa hari kemudian, keluar pernyataan bahwa sang kiper belia dipastikan tak memperpanjang kontrak yang hanya bersisa satu musim lagi.

Melihat penangguhan negosiasi secara mendadak tersebut, publik dengan mudah menuding Raiola sebagai biangnya. Sang superagen diduga telah memberikan nasihat negatif ke kuping Donnarumma. Maklum, musim lalu, dialah yang menjadi otak perpindahan Paul Pogba dari Juventus ke Manchester United dengan label pemain termahal dunia. Kabarnya, dia menerima lebih dari 41 juta pounds atau nyaris Rp700 miliar dari kesepakatan tersebut.

Kecurigaan itu pantas muncul karena I Rossoneri dikabarkan menyodorkan kontrak yang tidak kecil. Dalam kontrak itu, Donnarumma akan menerima gaji 5 juta euro per tahun. Bagi penjaga gawang, apalagi yang masih belia, itu angka fantastis. Hanya Manuel Neuer (Bayern Muenchen) dan David De Gea (Manchester United) yang memiliki gaji lebih dari itu.

Mino Raiola dan Paul Pogba (101 Great Goals)

Tak pelak, hujatan langsung mengalir dari Milanisti yang tak terima sang idola baru berkhianat. Bila dulu Ashley Cole dipelesetkan olah para fans Arsenal menjadi Cashley Cole karena memaksa pindah ke Chelsea dengan negosiasi sembunyi-sembunyi, Milanisti kini menyebut Donnarumma sebagai Dollarumma. Hujan dollar palsu di area gawangnya saat timnas U-21 menghadapi Denmark di Polandia beberapa hari silam seolah menjadi penahbisan nama baru itu.

Aksi itu membuat Donnarumma tak enak hati. Itu terlihat dari mimik mukanya. Entah apakah karena hal itu pula gawangnya tiga kali dijebol penggawa Republik Cheska pada laga kedua Gli Azzurrini. Gara-gara itu, tim asuhan Luigi Di Biagio pun kalah 1-3.

2 dari 3 halaman

Beda Zaman

Sangat mudah memahami reaksi negatif Milanisti. Di mana pun, para suporter selalu berharap, bahkan menuntut kesetiaan tanpa batas dari para pemain. Mereka selalu mendamba pemain yang mau bertahan sepanjang kariernya dan menunjukkan patriotisme dengan menolak tawaran wah serta tak marah saat harus mengalami pemotongan gaji.

Sayangnya, loyalitas tanpa batas itu hanya ada pada suporter. Di kalangan pemain, kesetiaan kepada satu klub nyaris tidak ada lagi. Saat ini, hanya tinggal segelintir pemain yang bertahan di satu klub. Lionel Messi adalah satu di antaranya.

Seiring perubahan zaman, para pesepak bola kini lebih rasional. Mereka sadar, karier sebagai pesepak bola tidaklah lama. Untuk itu, mereka harus memanfaatkan dengan baik semua peluang terkait pendapatan yang nantinya menjadi modal hidup saat karier usai. Mereka belajar dari banyak mantan pemain, bahkan legenda, yang hidup tak karu-karuan pada masa tua karena tak cermat dalam hal yang satu ini.

Pertimbangan-pertimbangan rasional itu juga dipakai Raiola dalam menyikapi perpanjangan kontrak Donnarumma. Pergantian kepemilikan dari Silvio Berlusconi kepada konsorsium asal Tiongkok menimbulkan tanda tanya. Pasalnya, modal take over ternyata utang dari pihak lain. Raiola mencemaskan masa depan kliennya.

Kiper AC Milan, Gianluigi Donnarumma, saat tampil melawan Sampdoria pada laga Serie A di Stadion Giuseppe Meazza, Milan, Minggu (5/2/2017). (EPA/Daniel Dal Zennaro)

Jurnalis senior, Gabriele Marcotti, bahkan menengarai justru Milan yang lebih dulu mengkhianati cinta kepada Donnarumma. Mereka tidak bergerak cepat mengamankan aset dengan menyodorkan kontrak baru. Andai saja perpanjangan kontrak itu tak harus menunggu proses take over, menurut Marcotti, kasus Donnarumma tak akan seperti saat ini. Tak akan ada kehebohan karena telanjur digoreng oleh media massa.

Sikap lamban itu dapat diartikan sebagai ketidakseriusan Milan terhadap Donnarumma. Padahal, sejak debut, dia menjadi andalan I Rossoneri. Musim lalu, tanpa penyelamatan-penyelamatan gemilang Donnarumma, Milan tak akan merebut Supercoppa Italiana dan pasti gagal meraih tiket ke Liga Europa.

Milan alpa, saat ini klub tidak lagi superior dalam negosiasi transfer. Sejak gebrakan Jean Marc Bosman, posisi tawar pemain jadi lebih tinggi. Belakangan, berkat kehadiran agen-agen super, pemain bahkan terkesan lebih di atas angin. Mereka dengan mudah bermain hati dengan klub lain meski beberapa hari sebelumnya menandatangi perpanjangan kontrak.

3 dari 3 halaman

Tuntutan Ekspektasi

Dalam kerangka kebebasan menentukan masa depan, langkah Donnarumma tak melanjutkan karier di Milan adalah hak yang patut dihormati. Namun, itu juga bukan jaminan pasti bagi dirinya untuk menjadi kiper yang lebih baik atau bahkan terbaik dalam waktu singkat.

Tak bisa dimungkiri, Donnarumma memiliki semua atribut untuk menjadi kiper hebat. Dia mengingatkan orang pada Neuer dan Edwin van der Sar sekaligus. Namun, dalam umur 18 tahun saat ini, dia bukanlah produk yang tuntas. Masih ada kelemahan-kelemahan yang perlu dibenahinya. Dia perlu lingkungan dan situasi yang tepat untuk menyempurnakan diri.

Gonjang-ganjing saat ini tidaklah menguntungkan bagi Donnarumma. Tetap tinggal di Milan akan membuat dia tak enak hati. Namun, pindah pun tak serta-merta akan membuat dirinya lebih nyaman. Tekanan yang akan dihadapi di klub baru akan luar biasa besar.

Gianluigi Donnarumma (EPA/SIMONE ARVEDA)

Jika hengkang dari Milan, Donnarumma dipastikan hanya akan mendarat di klub besar lain. Nilai transfernya pun sepertinya tidak akan murah. Lalu, gaji yang didapatkan nanti pun pasti tinggi. Ini secara otomatis akan menaikkan ekspektasi publik. Mereka tentu akan menuntut kemunculan Super Gigio. Apalagi dia datang dengan embel-embel kiper masa depan Italia, penerus Buffon yang luar biasa.

Bercermin dari beberapa penggawa Italia yang sempat mengadu nasib di negeri lain, itu bukan hal mudah. Mario Balotelli, Ciro Immobile, dan Simone Zaza adalah bukti bahwa menaklukkan liga elite negara tetangga tidaklah gampang. Lihat pula para jebolan Eredivisie yang hijrah dalam usia muda. Kebanyakan dari mereka mejan, gagal moncer.

Selain menghadapi ekspektasi sangat tinggi, Donnarumma pun akan menghadapi gelombang kebencian yang tak kalah besar. Drama yang muncul saat ini telah mengguratkan luka pada banyak pihak. Milanisti merasa dikhianati, manajemen Milan pun pasti kecewa karena Raiola menyebutkan Milan telah memberikan tekanan dan ancaman kepada kliennya. Itu membuat hidup Donnarumma tak akan lagi nyaman. Cibiran, umpatan, hujatan, bahkan ancaman harus dihadapinya. Secara psikologis, ini tekanan yang tak biasa. Apalagi bagi Donnarumma yang baru 18 tahun.

Penjaga gawang AC Milan asal Italia, Gianluigi Donnarumma. (AFP/Vincenzo Pinto)

Belakangan, Donnarumma dikabarkan bersedia bernegosiasi lagi dengan Milan. Manajemen I Rossoneri pun telah menunda perburuan Mattia Perrin dan Neto sebagai jaminan bagi Donnarumma. Namun, apa pun hasilnya nanti, situasi tak akan lagi sama. Drama yang tersaji beberapa pekan ini telah membuat banyak hati tersakiti. Secara khusus, tidak akan mudah bagi Donnarumma menyingkirkan label Dollarumma. Butuh komitmen kuat hingga beberapa musim ke depan untuk membasuh luka hati Milanisti.

*Penulis adalah komentator dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.