Sukses

4 Bintang yang Pernah Gagal Saat Berseragam AC Milan

AC Milan setidaknya masih terus berupaya merekrut satu penyerang lagi.

Liputan6.com, Jakarta AC Milan dikenal sebagai salah satu klub Italia yang suka mendatangkan pemain-pemain bintang. Tren itu sudah berlangsung sejak lama. Belakangan, meski sempat vakum berbelanja pemain lantaran terlilit utang, Milan kembali mulai bergerilya, sejak kedatangan pemilik baru asal Tiongkok.

Sepuluh pemain sudah dibeli dan belanja masih belum berhenti. AC Milan setidaknya masih terus berupaya merekrut satu penyerang lagi. Pilihan jatuh pada beberapa nama, antara lain Andrea Belotti, Pierre Emerick Aubameyang, dan Nikola Kalinic.

Mengingat nama besar AC Milan, para pemain pun memimpikan dapat bergabung di dalamnya. Namun, membela klub besar seperti Milan tidaklah mudah. Tidak semua pemain yang bergabung dengan I Rossoneri menuai kesuksesan.

Menurut catatan, perbandingan pemain yang gagal dengan pemain yang sukses bersama Milan sama jumlahnya. Bahkan, pemain bintang sekalipun tak luput dari kegagalan. Liputan6.com merangkum empat pemain dengan nama besar yang gagal bersinar saat berseragam AC Milan.

2 dari 5 halaman

Edgar Davids



Legenda Timnas Belanda, Edgar Davids pernah membela tiga raksasa Italia, Juventus, AC Milan, dan Inter Milan. Antara ketiganya, AC Milan adalah tempat pertama kali ia mendarat di Italia. Waktu itu musim panas tahun 1996, di mana ia direkrut dari Ajax Amsterdam dengan status bebas transfer.

Secara keseluruhan, Davids bermain di Serie A selama delapan tahun enam bulan (Juli 1996 - Juni 2005). Pada Januari 2004, pemain yang tampil dengan kaca mata pelindung itu sempat dipinjamkan ke Barcelona oleh Juventus selama enam bulan.

Davids memang dikenal sukses bersama Juventus. Bersama I Bianconeri-lah namanya mencuat sebagai salah satu gelandang bertahan paling tangguh di Eropa kala itu. Ia mempersembahkan tiga gelar Serie A (1997/1998, 2001/2002, dan 2002/2003) dan satu Piala Supercoppa Italiana (2003).

Namun saat berseragam Milan, Davids bisa dibilang gagal total. Selama dua musim, tak satupun gelar diberikan olehnya. Secara personal, catatan penampilannya juga buruk, di mana ia hanya bermain di 31 pertandingan dan mencetak 2 gol.

3 dari 5 halaman

Fernando Redondo

Fernando Redondo juga bukan pemain sembarangan. Veteran Argentina itu pernah bermain sangat baik ketika membela Tenerife (1990-1994) dan Real Madrid (1994-2000). Kemampuannya mengatur tempo permainan serta passing-passing kreatifnya membuat lini tengah dua tim Spanyol itu menjadi kokoh.

Dalam catatan kariernya, Redondo turut membantu Madrid memenangkan dua gelar La Liga (1994/1995 dan 1996/1997), Supercopa de Espana (1997), dua gelar Liga Champions (1997/1998 dan 1999/2000), dan Piala Intercontinental (1998). Sedangkan untuk Timnas Argentina, ia mempersembahkan gelar Copa America di tahun 1993, dan Piala Konfederasi tahun 1992.

Atas pencapaiannya itu, AC Milan pun lantas membelinya di musim panas tahun 2000 dengan harga 17,5 juta euro. Akan tetapi, bersama Milan, performa Redondo menurun dratis dan sangat jarang dimainkan. Empat musim membela I Rossoneri, ia hanya tampil di 33 pertandingan, dan hanya menyumbang satu assist. Hal itu tidak terlepas dari cedera lutut yang dideritanya. Selama masa itu ia bolak-balik masuk ruang perawatan dan dengan kesadaran penuh ia menolak menerima gaji.

Karena frustasi dengan cederanya, Redondo pun menyudahi karier sepakbolanya seusai kontraknya dengan Milan habis pada tahun 2004.

4 dari 5 halaman

Rivaldo

AC Milan dikenal selalu memasukkan pemain asal Brasil ke dalam skuatnya. Hal itu sudah berlangsung lama dan seakan sudah menjadi tradisi. Namun, tak semua pemain asal Negeri Samba itu sukses bersama I Rossoneri. Kaka dan Serginho memang bersinar, tapi tidak demikian halnya dengan Rivaldo. Legenda yang sukses mengantarkan Brasil juara Piala Dunia 2002 di Korea dan Jepang itu gagal menunjukkan kelasnya kepada publik Milan.

Pada saat perekrutannya, para Milanisti tentu sangat girang. Ia diharapkan dapat berkontribusi banyak banyak tim, seperti yang dilakukannya selama berseragam Barcelona (1997-2002). Apalagi, pada saat itu ia juga baru pulang dari Asia, membawa trofi Piala Dunia.

Namun, kenyataannya berbanding terbalik. Rivaldo gagal bersaing dan akhirnya cuma satu musim berada di San Siro. Setelah itu ia pulang ke kampung halamannya, dan bergabung dengan Cruzeiro.

5 dari 5 halaman

Ronaldinho


Bintang Brasil lainnya yang juga gagal bersinar bersama AC Milan adalah Ronaldinho. Dikatakan gagal, terutama jika dibandingkan dengan apa yang dia lakukan selama membela Barcelona (2003-2008) dan Paris Saint-Germain (2001-2003). Apalagi, dengan kemampuan olah bolanya yang berada di atas rata-rata pemain lain membuat fans Milan sangat menaruh harapan tinggi terhadapnya saat itu.

AC Milan merekrut Ronaldinho dari Barcelona seharga 25 juta euro pada musim panas tahun 2008. Selama membela Milan, pemain terbaik dunia tahun 2004 dan 2005 itu menyumbang 26 gol dan 29 assist dalam 96 pertandingan. Kontribusi tersebut jauh di bawah catatan rata-rata yang ia torehkan untuk Barcelona, yakni 91 gol dan 52 assist dalam 198 laga.

Ronaldinho pun akhirnya cuma bertahan dua tahun enam bulan di San Siro. AC Milan menyadari bahwa kehebatan pemain yang suka bergoyang samba itu telah habis, dan menjualnya ke Flamengo dengan harga murah, yakni 3 juta euro, pada musim dingin tahun 2011. (Abul Muamar)