Sukses

Revolusi Full Back ala Guardiola di Man City

Guardiola menyebut full back Man City musim lalu terlalu tua.

Liputan6.com, Manchester - Josep Guardiola sungguh-sungguh ketika mengatakan pemain-pemain full back Manchester City musim 2016/17, sudah terlalu tua. Hal itu diungkap pelatih The Citizens ini usai laga derby lawan Manchester United, April lalu.

Guardiola memang tampak kecewa usai laga yang berakhir imbang 0-0 itu. Dua full back Man City, di kiri dan kanan, dianggapnya sama sekali tak memberi kontribusi peluang, apalagi assist.

"Kami tak memiliki full back yang bisa bergerak cepat, maju-mundur, naik-turun," ujar Guardiola, ketika itu. "Pemain full back kami usianya rata-rata 33, 34 tahun."

Soal umur, Guardiola memang tak tepat benar. Sebab di laga itu, Aleksandr Kolarov, yang dimainkan di posisi full back kiri "baru" berusia 31 tahun. Sedangkan Pablo Zabaleta di kanan, 32 tahun.

Cadangan Kolarov, Gael Clichy juga baru berusia 31 tahun. Hanya Bacary Sagna, full back kanan lainnya, yang berusia tepat seperti Guardiola sebutkan, 34 tahun.

Namun begitu, keresahan Guardiola tetap bisa dimengerti. Sebab, untuk posisi full back, yang punya tugas ganda: membantu pertahanan dan mengalirkan serangan, usia di atas 30 tahun memang agak riskan.

Apalagi, Guardiola selalu membutuhkan full back kiri-kanan yang energik lantaran konstan menerapkan pola empat pemain belakang sejajar.

Benjamin Mendy resmi didatangkan dari AS Monaco (Twitter/Man City)

Selain itu, kuartet full back Man City itu juga sangat tidak produktif di mata Guardiola. Keempatnya hanya mampu membuat tiga assists sepajang Liga Inggris 2016/17. Padahal, jelas, Guardiola membutuhkan jauh lebih banyak dari jumlah itu.

Alhasil, empat nama di atas dipastikan tak akan ada lagi line up Man City mulai musim 2017/18. Zabaleta, Clichy, dan Sagna tak diperpanjang kontraknya. Sedangkan Kolarov dijual ke klub Italia, AS Roma.

Komposisi Baru

Sebagai gantinya, Guardiola mendatangkan Kyle Walker dari Tottenham Hotspur, Danilo (Real Madrid), dan Benjamin Mendy (AS Monaco). Satu pemain lagi yang jadi incaran adalah full back kiri Southampton, Ryan Bertrand.

Sepertinya, Guardiola akan memplot Walker dan Mendy sebagai full back kanan dan kiri. Sedangkan Danilo dan Bertrand disiapkan sebagai pelapisnya.

Guardiola tampaknya menaruh harapan besar kepada pemain-pemain barunya ini. Buktinya, untuk mendatangkan tiga pemain saja (Walker, Danilo, dan Mendy), Man City sudah mengeluarkan tak kurang dari 133 juta pound sterling atau sekitar Rp 2,3 triliun.

Kyle Walker didatangkan dari Tottenham seharga 54 juta pound sterling.

Rinciannya: Walker berharga 54 juta pound sterling, Mendy (52 juta), dan Danilo (27 juta). Sementara harga Bertrand ditengarai sekitar 30-40 juta pound sterling.

Jika Bertrand jadi diboyong, Man City dipastikan akan menjadi tim dengan lini pertahanan termahal di dunia. Sebab, untuk posisi full back saja, nilai skuat Man City bisa mencapai lebih dari 150 juta pound sterling!

Belum lagi jika ditambah harga pemain-pemain bek tengah mereka, seperti Vincent Kompany, Nicolas Otamendi, atau John Stones. Harga pasaran pemain-pemain tersebut rata-rata di atas 20 juta pound sterling.

Yang sinis, tentu akan menyebut Guardiola terlalu royal "membuang" uang begitu banyak untuk mendapatkan komposisi full back yang dia inginkan. Bandingkan dengan AC Milan, misalnya, yang dengan jumlah uang yang sama, bisa mendapatkan 10 pemain.

Trade Mark Guardiola

Namun, jika melihat rekam jejak Josep Guardiola di klub-klub yang dia latih sebelumnya, sepertinya wajar jika pelatih asal Spanyol ini bahkan mau habis-habisan demi mendapatkan komposisi full back idaman. Pasalnya, Guardiola memang termasuk pelatih yang mengandalkan kontribusi pemain full back.

Dari permainan full back pula gaya tiki-taka yang jadi trade mark Guardiola jadi bisa lebih hidup. Selain tentu saja untuk ikut membantu serangan, sekaligus penyuplai assist.

Josep Guardiola (AFP/Oli Scarff)

Saat masih melatih Barcelona, misalnya. Guardiola sangat mengandalkan Jordi Alba dan Dani Alves di sisi kiri dan kanan pertahanan untuk menopang irama tiki-taka yang dikomandoi sang dirigen, Xavi Hernandez.

Begitu juga saat melatih Bayern Muenchen. Duet Philipp Lahm dan David Alaba di full back kiri banyak membantu strategi serangan yang dikembangkan Guardiola.

Bisa dibilang, permainan full back yang hidup merupakan salah satu filosofi sepak bola Guardiola, selain tiki-taka. Dia merasa, Walker, Mendy, Danilo, serta Bertrand, jika jadi direkrut, akan mampu menghidupkan permainan Man City, seperti yang diinginkannya.


Menjanjikan

Rekam jejak tiga pemain baru Man City sendiri lumayan menjanjikan. Walker, misalnya. Dalam dua musim terakhir, bisa dibilang, dialah bintang utama Tottenham bersama Harry Kane.

Di Liga Inggris musim lalu, dari total 38 laga 33 kali Walker tampil, 31 di antaranya sebagai starter. Dia juga cukup produktif, dengan membuat lima assists sepanjang Liga Inggris 2016/17.

Begitu juga dengan Mendy, yang musim lalu ikut membawa Monaco jadi juara Ligue 1 Prancis. Total, 11 assists dihasilkannya di semua ajang, sepanjang musim lalu.

Danilo? Musim lalu, dia memang lebih sering jadi pelapis bagi Dani Carvajal. Namun, kemampuannya sebagai pelapis bagi Walker, rasanya sudah cukup. Apalagi, dia juga "tahu" cara memberi assist, lantaran musim lalu, ikut membantu proses gol Real Madrid, dengan dua umpannya.

Ryan Bertrand jadi kepingan puzzle terakhir yang akan melengkapi komposisi full back idaman Josep Guardiola di Man City. (AFP/Glyn Kirk)

Bagaimana dengan Bertrand? Banyak orang bilang, mantan pemain Chelsea ini adalah kepingan puzzle terakhir yang akan melengkapi komposisi full back idaman Guardiola di Man City. Tak heran, Guardiola ngotot meminta manajemen Man City mendatangkannya.

Hal lain yang juga krusial, rata-rata usia keempat pemain ini, tak lebih dari 26 tahun. Walker dan Bertrand berusia 27 tahun, sedangkan Danilo dan Mendy berumur 26 dan 23 tahun.

Jadi, musim depan, Guardiola tak bisa lagi berdalih full back-nya sudah uzur, saat performa Man City macet. Begitu kan, senor? *