Sukses

3 Pemilik Nomor Keramat AC Milan Paling Sukses

Andre Silva ditantang untuk sesukses tiga pendahulunya di AC Milan.

Liputan6.com, Milan - AC Milan baru saja merilis daftar nomor punggung 10 pemain barunya. Pemain Portugal Andre Silva akan mewarisi nomor keramat milik deretan penyerang sukses klub ini.

Silva datang sebagai pemain termahal kedua klub musim panas ini. Dibeli dari FC Porto, Rossoneri harus merogoh kocek 38 juta euro (Rp 589 miliar).

Pemain 21 tahun tersebut merupakan striker masa depan timnas Portugal. Sejak promosi ke tim senior Porto, dia sudah melesakkan 24 gol dari 58 penampilan di berbagai ajang.

Di level timnas, pemuda kelahiran Baguim do Monte tersebut menyumbangkan delapan gol serta empat assist untuk ‎Selecção sejak debut pada September 2016 lalu. Berkat penampilan gemilangnya semusim belakangan pula dia menggondol predikat Pemain Terbaik Portugal.

Kini, dia diharapkan bisa sesubur pemilik nomor 9 di AC Milan. Mulai dari Marco van Basten, George Weah, sampai Filippo Inzaghi. Ketiganya sudah mencicipi banyak gelar bersama klub maupun penghargaan individu.

Berikut tiga penyerang sukses yang memakai nomor keramat di AC Milan.

Saksikan video menarik berikut ini:

 

2 dari 4 halaman

Weah

George Weah bergabung dengan AC Milan pada 1995. Dia langsung mengangkat trofi scudetto setahun kemudian di bawah pelatih Fabio Capello.

Sebagai seorang striker, pemain timnas Liberia itu bermain dengan Roberto Baggio dan Dejan Savicevic di lini depan Rossoneri. Dia menjelma menjadi pencetak gol terbanyak Milan di akhir musim dan kembali membawa timnya juara liga pada 1999.

Selama Weah bermain di San Siro, AC Milan tengah kehilangan dominasinya di Liga Champions. Tapi dia membantu klub mencapai final Supercoppa Italiana dua kali (1996 dan 1999).

Weah patut jadi inspirasi karena dia masih jadi pemain Afrika satu-satunya hingga kini yang bisa memenangkan Ballon d'Or dan Pemain Terbaik FIFA pada 1995. Nama Weah juga diabadikan dalam AC Milan Hall of Fame.

3 dari 4 halaman

Van Basten

Pada 1987 presiden klub Silvio Berlusconi merekrut Marco van Basten, diikuti oleh rekan sekompatriotnya Ruud Gullit dan Frank Rijkaard setahun kemudian. Pada musim pertama Basten, Milan meraih Scudetto pertamanya dalam delapan tahun terakhir.

Pada musim 1988/1989, Van Basten memenangkan Ballon d'Or. Dia mencetak 19 gol di Serie A dan mencetak dua gol di final Piala Eropa (Liga Champions saat ini) saat Milan menang melawan Steaua Bucharest.

Pada 1989/1990, ia menjadi Capocannonieri, pencetak gol terbanyak Serie A. Milan berhasil mempertahankan gelarnya di pentas Eropa setelah mengalahkan Benfica di final lewat skor tipis 1-0.

Van Basten sudah mencicipi lima trofi Serie A, empat Piala Super Italia, dua Liga Champions, dua Piala Super Eropa, dan dua kali juara Piala Dunia Antarklub. Di level individu, dia juga berhak atas tiga trofi Pemain Terbaik UEFA dan predikat pencetak gol terbanyak Serie A dalam tiga musim.

4 dari 4 halaman

Inzaghi

Musim pertama Filippo Inzaghi di Milan tak berjalan mulus. Dia menderita cedera lutut dan melewatkan paruh pertama musim 2001/2002.

Tapi sekembalinya dalam skuat utama Rossoneri, dia menjelma sebagai predator di lini depan bersama striker Andriy Shevchenko. Gelar pertama Inzaghi adalah juara Liga Champions musim 2002/2003 saat diasuh Carlo Ancelotti.

Tak berhenti di situ, Inzaghi juga ikut mencicipi tiga gelar Serie A, satu trofi Coppa Italia, tiga gelar Piala Super Italia, dua gelar Piala Super UEFA sampai satu trofi Piala Dunia Antarklub. Di level timnas sang pemain merupakan generasi emas Italia yang menjuarai Piala Dunia 2006 di Jerman.

Masih lekat dalam ingatan pula dua gol Inzaghi mengantarkan AC Milan juara Liga Champions pada 2007 atas Liverpool. Gelar tersebut menjadi ajang pembalasan setelah 2005 mereka kalah menyakitkan lewat adu penalti dari Liverpool.

Â