Sukses

Faktor Mental, Timnas Indonesia U-22 Harus Hindari Adu Penalti

Timnas Indonesia U-22 akan berhadapan dengan Malaysia di babak semfinal SEA Games.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Peluang adu penalti terbuka cukup lebar dalam duel semifinal SEA Games 2017 antara tuan rumah Malaysia dan Timnas Indonesia U-22. Terkait hal itu, bomber blai United Yandi Sofyan memiliki pendapatnya sendiri.

Yandi menjadikan pertemuan antara Malaysia dan Timnas Indonesia U-22 di SEA Games 2013 sebagai patokan. Saat itu, kedua tim juga bertemu di semifinal dan harus melewati drama adu penalti.

"Saya berharapnya bisa menang dalam waktu normal ya. Tidak perlu sampai ada adu penalti. Cuma kalau misalnya sampai harus adu penalti, hal utama yang harus dipersiapin adalah mental." ujar Yandi.

Pemain berusia 25 tahun ini juga menambahkan, mungkin tidak semua pemain siap untuk mengambil tendangan penalti. Situasi serupa juga terjadi pada saat laga pembuka Grup B melawan Thailand.



Kala itu, Garuda Muda diberikan hadiah penalti setelah Osvaldo Haay dilanggar oleh salah satu pemain belakang Thailand. Tampak para penggawa Timnas Indonesia U-22 sempat kebingungan.

Mereka saling melempar siapa yang akan mengambil tugas sebagai penendang penalti. Sampai beberapa waktu kemudian, Septian David maju untuk menjadi algojo.

Jika sedikit melihat ke belakang, perjalanan Indonesia di SEA Games tidak terlepas dari drama babak adu penalti. Tercatat, dari SEA Games 1991 hingga SEA Games 2013, Indonesia sudah lima kali melakoni babak adu penalti.

Dari kelima babak adu penalti, Indonesia berhasil memenangkan tiga pertandingan dan menerima dua kekalahan. Pada babak adu penalti tersebut, Indonesia bertemu dengan Malaysia sebanyak dua kali. Yaitu pada SEA Games 2013 di semifinal dan pada babak final SEA Games 2011 yang akhirnya dimenangkan oleh Malaysia dengan skor 4-3.

(Nabila Muniva)