Liputan6.com, Yangon - Banyak yang belum mengenal Muhammad Rafli Mursalim sebelum timnas Indonesia U-19 menghadapi Brunei pada laga Grup B Piala AFF U-18. Beberapa media bahkan menulis namanya "Nursalim", bukan Mursalim".
Namun, tiga gol Rafli ke gawang Brunei untuk membantu timnas Indonesia U-19 meraih kemenangan, Rabu (13/9/2017), semakin menancapkan namanya di pentas sepak bola Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Padahal, sebelum gabung timnas, Rafli sudah lebih dulu mencatatkan prestasi sebagai top scorer Liga Santri 2016, turnamen yang digelar Kemenpora RI.
Ia mencetak total 15 gol, delapan di antaranya dihasilkan pada putaran nasional Liga Santri 2016. Selain itu, Rafli berhasil membawa Pondok Pesantren Al Asy'Ariyah di Banten menduduki peringkat ketiga Liga Santri 2017.
Gara-gara itu, Rafli bangga disebut sebagai santri, yang selain peduli agama juga jago bermain sepak bola.
"Saya sempat lima bulan nyantri di Ponpes Al Asy'Ariyah, waktu itu sebelum Liga Santri 2016 diputar. Teman yang mengajak saya, mengatakan bila ponpes itu punya semacam perkumpulan anak muda yang aktif di olahraga, khususnya sepak bola," kata Rafli mengawali pembicaraan.
"Jadi selama sekitar lima bulan itu saya belajar ilmu agama. Misalnya tiap malam Jumat saya Yasin-an. Di sela-sela itu, saya main bola. Kebiasaan itu terbawa hingga sekarang meski saya tak lagi di pondok," lanjutnya.
Setelah tampil apik di Liga Santi 2016, sulung dari tiga bersaudara itu mendapat panggilan dari Kemenpora untuk mengikuti seleksi timnas Indonesia U-19 untuk area DKI Jakarta. Hasilnya, ia lolos seleksi hingga masuk pemusatan latihan di Cijantung, Jakarta Timur.
Sisa ceritanya, tentu sudah diketahui. Rafli jadi satu dari dua striker andalan Timnas Indonesia U-19, khususnya di Piala AFF U-18 2017.
Ingin Bela Klub Profesional
Sejak awal bermain sepak bola, Rafli memang bermain di posisi striker. Ia terinspirasi penyerang idolanya, Luis Suarez. Tentu, bukan terinspirasi "gaya menggigit" yang sempat menghebohkan dunia sepak bola yang diperagakan mantan striker Liverpool itu. "Saya suka gaya mainnya ketika di depan gawang lawan. Ia seperti predator," ucap Rafli.
Namun, ada hal lain yang jadi inspirasi besar dalam kariernya di dunia sepak bola yang baru seumur jagung. Inspirasi itu adalah sang ayah.
Rafli lahir dari pasangan ayah yang berdarah Bugis dan ibu Minang. Sebelum menetap dan membuka usaha di Tangerang, ayah Rafli yang bernama Rizal Kulle, tinggal di Makassar.
Semasa muda, Rizal Kulle bermain untuk PSM Junior. Rafli menceritakan bila sang ayah punya ambisi jadi pesepak bola. Hingga insiden kebakaran rumah memaksa Rizal Kulle meninggalkan Kota Daeng dan merantau ke Tangerang. Imbasnya, Rizal Kulle terpaksa meninggalkan dunia sepak bola.
"Bisa dibilang sekarang saya berjuang untuk meneruskan ambisi ayah jadi pemain bola. Makanya, ayah dan ibu mendukung penuh saya bermain bola. Mereka ingin melihat saya sukses di bidang ini," kata Rafli yang mengikuti ujian UN SMA dalam masa TC di Cijantung itu.
Saat ini, pemain kelahiran Tangerang, 5 Maret 1999, itu fokus membela timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-18 2017, dan mungkin pada kualifikasi Piala AFC U-19 2018 serta Piala AFC U-19 2018.
Namun, Rafli punya secuil keinginan. Selepas ini, Rafli bisa gabung klub-klub profesional di Indonesia atau bahkan di luar negeri. "Ya kalau keinginan sih, pingin main di Persija atau PSM. Semoga saja bisa," kata Rafli.
(Laporan jurnalis Bola.com Aning Jati dan fotografer Liputan6.com Yoppy Renato dari Yangon, Myanmar)
Advertisement