Liputan6.com, Moskow - Para penggemar sepak bola di seluruh dunia kini sudah bisa mengajukan permohonan tiket Piala Dunia FIFA 2018. Tahap pertama penjualan, yang disebut sebagai undian acak, dimulai pada Kamis, 14 September 2017.
Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Sabtu (16/9/2017), fase pertama untuk mendapatkan tiket ini adalah sistem undian.
Tujuannya untuk mengetahui perkiraan jumlah orang yang hendak menghadiri pertandingan akbar tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Aturannya sederhana. Mereka yang berminat cukup mendaftarkan diri di situs FIFA dan mengajukan permohonan tiket paling lambat 12 Oktober 2017. Pendaftar yang berhasil masuk ke dalam situs tersebut akan dipilih secara acak.
Sementara itu, bagi mereka yang ingin membeli tiket pertandingan secara manual dapat membuka situs resmi pada 16 November 2017.
Fase kedua penjualan tiket pun telah dirilis. Pihak FIFA mengumumkan 5 Desember sebagai tanggal kedua penjualan tiket tersebut.
Pertandingan sepak bola terakbar di dunia ini akan dimulai pada 14 Juni hingga 15 Juli 2018. Terdiri dari 64 pertandingan yang berlangsung di 12 stadion di 11 kota di Rusia.
Â
Rusia Terancam Tak Bisa Siarkan Piala Dunia 2018
Piala Dunia 2018 di Rusia kurang dari satu tahun lagi. Namun, masih banyak negara yang belum juga mendapatkan lisensi hak audiovisual untuk menyiarkan pertandingan di wilayah mereka dari FIFA.
Dari sekian banyak negara yang belum mendapat hak siar Piala Dunia 2018, yang paling mengejutkan adalah Rusia. Sebagai tuan rumah, Rusia ternyata belum mencapai kesepakatan dengan FIFA.
Penyedia media Rusia Piervy Kanal (Channel One Russia), Telekanal Rossiya (Rossiya-1), dan Gazprom-owned NTV (HTB) telah membentuk sebuah konsorsium untuk proses tender hak-hak audiovisual FIFA. Akan tetapi, mereka cuma menawarkan sepertiga dari jumlah yang diminta oleh badan otoritas sepak bola dunia itu.
"Mereka menuntut 120 juta dolar untuk menyiarkan keseluruhan turnamen, tapi kami tak memiliki uang sebanyak itu. Paling banyak kita bisa membayar antara 38 dan 40 juta dolar," kata Wakil Perdana Menteri Rusia, Vitaly Mutko
Alexander Faifman, Kepala Produksi di Channel One, menambahkan, "Ini adalah jumlah yang berlebihan dan terlalu tinggi dan sama sekali tidak pantas."
Advertisement