Liputan6.com, Jakarta - Striker Manchester United (MU), Romelu Lukaku, jadi salah satu contoh mengapa false nine tidak akan kembali populer dalam waktu dekat.
Seperti klub besar Eropa lainnya, MU menerapkan sistem penyerang murni sebagai tumpuan dalam mencetak gol.
Advertisement
Baca Juga
Sepak terjang mereka pun mencolok. Lukaku sudah mencapai dua dijit dengan mencetak 10 gol dari sembilan penampilan di seluruh kompetisi.
Sebanyak enam di antaranya hadir di Liga Inggris. Dia pun bersanding bersama Alvaro Morata (Chelsea) dan Sergio Aguero (Manchester City) di puncak daftar top scorer kompetisi.
Hadir pula Harry Kane yang mencetak empat gol. Penyerang Tottenham Hotspur tersebut juga sudah mencatat lima gol di Liga Champions, angka yang menjadikannya pemain tersubur dan mengalahkan Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi pada kompetisi itu.
Inggris bukan satu-satunya negara yang mengedepankan striker utama. Ada Robert Lewandowski, Pierre-Emerick Aubameyang, dan Timo Werner di Bundesliga. Sedangkan Gonzalo Higuain, Mauro Icardi, dan Edin Dzeko bersaing di Serie A. Tidak lupa ketajaman Radamel Falcao dan Edinson Cavani di Ligue 1.
Jejak False Nine
False nine sudah terendus di Piala Dunia 1930. Adalah Juan Peregrino Anselmo yang menerapkannya bersama Timnas Argentina.
Di dunia modern, false nine kembali mencuat, menyusul sepak terjang Francesco Totti bersama AS Roma musim 2006/2007.
Dalam pentas internasional, hadir Spanyol pada Piala Eropa 2012. Dengan David Villa cedera dan Fernando Torres dicadangkan, Vicente del Bosque memercayakan Cesc Fabregas menjalankan peran tersebut.
Hasilnya pun manis. Spanyol mempertahankan gelar sekaligus merebut gelar internasional ketiga secara beruntun, setelah juga menjuarai Piala Dunia Afrika Selatan.
Akan tetapi, tim yang paling sempurna menjalankan false nine adalah Barcelona. Memiliki otak Pep Guardiola dan Messi di lapangan, El Azulgrana meraup berbagai kesuksesan tanpa memiliki penyerang murni.
"Pergerakan Messi di lapangan dalam menjalankan peran false nine tidak ada yang mampu menandingi," kata Guardiola, dilansir Goal.
False nine juga kerap diterapkan ketika tim menerapkan strategi bertahan atau 'parkir bus'. Namun, tidak ada yang menggunakannya secara reguler karena taktik itu digunakan sesuai kebutuhan.
Advertisement