Liputan6.com, Manchester - MU mungkin menjadi mimpi bagi setiap pesepak bola. Namun tak sedikit pula yang kariernya berakhir di klub berjuluk Setan Merah tersebut
Contoh teranyar dialami Richard Eckersley, bek MU pada periode 2005-2009. Pada usianya yang kini baru 28 tahun, Eckersley sudah memutuskan pensiun dan malah membuka toko ramah lingkungan di Devon, Inggris.
Advertisement
Baca Juga
"Saat merasakan sepak bola hanya sebuah olahraga, bukan lagi segalanya. Sedikit demi sedikit, saya bersemangat meninggalkan sepak bola. Saya siap memutuskan pensiun dan tidak lagi memikirkan mimpi," ujar Eckersley.
Eckersley telah merajut mimpi menjadi pesepak bola saat masuk akademi MU pada usia tujuh tahun. Kerja kerasnya selama latihan berbuah manis saat merasakan debut senior di Manchester United saat melawan Tottenham Hotspur pada 24 Januari 2009.
Saat itu, Eckersley sempat merasakan latihan bersama beberapa pemain papan atas, seperti Wayne Rooney, Cristiano Ronaldo, Paul Scholes, maupun Ryan Giggs. Akan tetapi, kariernya tidak meningkat dan hanya merasakan empat kali bermain untuk Setan Merah di berbagai ajang.
Eckersley memutuskan pindah ke Burnley dan dipinjamkan ke beberapa klub seperti Plymouth Argyle, Bradford City, serta Bury. Pada 2011, dia menyeberang menuju Major League Soccer demi bergabung dengan Toronto FC dan kemudian New York Red Bulls. Kariernya pun berakhir di Oldham Athletic pada 2016.
"Saya tidak akan pernah menjadi seperti Rooney atau Cristiano Ronaldo. Tetapi, saya memang bermain bersama mereka dan masuk ke dalam tim yang menakjubkan," kata Eckersley.
Rupanya, perbedaan budaya pesepak bola Inggris dan Amerika Serikat mengubah cara hidup Eckersley. Pemain kelahiran Salford itu mengatakan kebanyakan pemain dari Negeri Paman Sam lebih menghargai penghasilan mereka.
"Saya pergi ke Amerika Serikat dan melihat bagaimana hidup para pesepak bola. Mereka sangat berhati-hati menggunakan uang. Mereka tidak peduli dengan pakaian atau apa yang mereka kendarai. Hal itu mengubah saya," tuturnya.
"Saya merasa jenuh bermain sepak bola saat berada di New York. Kemudian, saya mulai menonton film dokumenter, membaca buku, dan membuka semua mata saya," lanjut Eckersley.
Banting setir
Kini, Eckersley dan istrinya, Nicola, membuka sebuah toko ramah lingkungan. Di toko tersebut, dia mengharuskan para pelanggan membawa keranjang sendiri dan membeli bahan baku atau makanan tanpa kemasan.
Eckersley mengaku tidak lagi berhasrat menjadi pesepak bola profesional. Dia juga tidak segan untuk menyapu dan mengepel lantai tokonya.
"Sepak bola sungguh luar biasa karena ada hubungan antarmanusia. Ada begitu banyak penggemar di seluruh dunia. Namun, jika kita tidak memiliki planet (bumi) untuk ditinggali, sepak bola tidak penting lagi. Itulah perbedaannya," tutur Eckersley.
Eckersley juga tidak ingin menunjukkan kepada pelanggan bahwa dia adalah mantan pesepak bola profesional. Dia tidak ingin orang-orang menganggap karier lamanya itu sebagai taktik mendongkrak usahanya saat ini.
"Jika seseorang bertanya masa lalu kami, istri saya akan mengatakan saya adalah mantan guru. Kemudian, kami bertanya balik kepada pelanggan agar mereka lupa dengan pertanyaan kepada saya," ujarnya.
Lantas, pernahkah mantan rekan-rekannya di MU berkunjung ke toko Eckersley?
"Belum," kata Eckersley. "Setelah ini, mungkin saja salah satu dari mereka akan ke sini dalam waktu dekat.
Sumber: BBC
Advertisement