Liputan6.com, Jakarta - Bhayangkara FC (BFC) diambang juara Liga 1 2017 usai memetik kemenangan 3-1 atas Madura United (8/11/2017) di Stadion Gelora Bangkalan, Bangkalan. Margin poin BFC dengan pesaing terdekatnya Bali United juga semakin besar akibat putusan Komisi Disiplin PSSI pada Mitra Kukar.
Mitra Kukar sebelumnya ditahan imbang 1-1 dengan BFC dalam laga pekan ke-33, Jumat (3/11) lalu. Tapi tim berjuluk Naga Mekes tersebut dinyatakan kalah WO 0-3 oleh PSSI karena menurunkan gelandang Mohamed Sissoko yang dianggap pemain ilegal.
Advertisement
Baca Juga
Keputusan ini membuat Bhayangkra FC mendapat tambahan tiga poin lagi. Kini mereka melesat ke posis puncak klasemen dengan koleksi 68 poin, unggul tiga angka dari Bali United. Kedua tim menyisakan satu laga penutup di musim ini tapi Bali United sudah kalah secara head-to-head. PSSI masih menunda status juara Bhayangkara FC karena menunggu hasil banding Mitra Kukar.
Kejadian nonteknis lainnya juga mewarnai perjalanan Bhayangkara FC di pentas sepak bola Indonesia. Meski berpeluang juara, skuat asuhan Simon McMenemy tersebut dipastikan absen dari ajang gelaran sepakbola tingkat regional atau benua.
PSSI telah menolak banding Bhayangkara FC dalam proses lisensi klub AFC musim ini. Sebab mereka belum dapat memenuhi 49 poin yang ditetapkan AFC hingga deadline yang ditentukan.
Salah satu poin yang mendapat perhatian AFC adalah kepemilikan stadion. Sebagian besar klub Liga 1, termasuk Bhayangkara FC rupanya masih menumpang ke stadion milik pemerintah masing-masing daerah, termasuk lapangan latihan.
Lebih jauh, Liputan6.com telah merangkum fakta miris yang terjadi di BFC selama berkiprah di sepak bola nasional. Berikut penjelasannya.
1. Putusan Sidang Komdis
Peta persaingan juara Liga 1 berubah-ubah jelang laga penutup yang dimainkan pada Minggu (12/11/2017). Sebelum Putusan Komite Disiplin PSSI (Komdis) diumumkan, Bhayangkara FC hanya unggul satu poin dari Bali United di puncak klasemen sementara.
Namun dua poin tambahan didapat The Guardian usai Mitra Kukar dijatuhi sanksi akibat memainkan pemain ilegal. Gelandang Mitra Kukar Mohamed Sissoko seharusnya tak tampil pada pekan ke-33 melawan BFC karena masih menjalani larangan bermain.
Kini Bali United berada di peringkat dua dengan defisit tiga poin dari BFC. Jika BFC kalah pada laga terakhir melawan Persija Jakarta, mereka tetap keluar sebagai juara karena unggul head-to-head atas Bali United.
Advertisement
2. Basis Suporter Tak Mengakar
Sebagai klub milik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Bhayangkara FC mendapat dukungan dari anggotanya di seluruh pelosok tanah air. Kepolisian daerah berkewajiban mendatangkan anggota dan keluarganya dari wilayah yang disambangi The Guardian dalam laga tandang.
Meski jumlahnya tak banyak, pendukung Bhayangkara FC atau Bhara Mania selalu antusias untuk mendukung Evan Dimas dan kawan-kawan. Mereka kerap datang dengan kaus berwarna kuning dan 'mempersenjatai' diri dengan sejumlah alat musik seperti terompet, perkusi, drum dan lainnya untuk memeriahkan jalannya pertandingan dari tribun penonton.
3. Absen di Piala AFC
Harapan Bhayangkara FC untuk bisa tampil di kompetisi Asia musim depan dipastikan kandas. Sebab PSSI menolak banding mereka terkait lisensi klub profesional AFC.
Bukan hanya Bhayangkara FC, dua tim papan atas Liga 1 Persipura Jayapura dan PSM Makassar juga mengalami nasib serupa. Komite Banding PSSI menolak banding The Guardian lantaran tak memiliki kriteria krusial yang wajib dipenuhi sebagai klub profesional.
Salah satunya adalah infrastruktur. Seperti diketahui BFC masih menumpang markas di Stadion Patriot, Bekasi yang notabene merupakan milik pemerintah daerah.
Advertisement
4. Berasal dari Tim Dualisme
Pergantian nama dilakukan pemilik klub PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) sebanyak empat kali sepanjang musim 2015. Mulai dari Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, kemudian Surabaya United Bhayangkara.
Kepolisian Republik Indonesia yang punya saham mayoritas akhirnya mengubah nama klub menjadi Bhayangkara FC. Nama Bhayangkara FC ini dipakai mulai dari turnamen jangka panjang Torabika Soccer Championship (TSC 2016) hingga Liga 1 2017.