Liputan6.com, Roma - Krisis yang terjadi di tubuh Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) dikabarkan membuat Liga Serie A harus menemukan cara agar tidak terkena dampaknya. Menurut kabar terakhir, kompetisi tertinggi di Italia itu akan mencoba meniru metode Liga Premier Inggris (Premier League).
Dilansir Football Italia, langkah yang dimaksud adalah dengan memisahkan diri dari kontrol FIGC. Jika selama ini masih berada di bawah kontrol federasi sepak bola nasional itu, maka nantinya Serie A akan mengatur sendiri regulasi kompetisi.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini sama dengan yang diterapkan Premier League di tahun 1992. Langkah ini terbilang cukup berani meski cukup rumit.
Sementara itu, Calcio e Finanza melaporkan, Lega Serie A hanya mewakili 17 persen suara saat pemilihan Presiden FIGC. Angka itu jauh lebih kecil dibanding liga amatir yang menyumbang suara sebanyak 34 persen, serta Lega Pro atau Serie C yang juga 17 persen.
Rembuk soal krisis ini masih berlanjut hingga kini. Klub-klub yang berlaga di Serie A terus mencoba mencari solusi yang terbaik.
Â
Pemilihan Presiden FIGC yang Baru
Menyusul kegagalan Timnas Italia lolos ke Piala Dunia 2018, Giampiero Ventura telah dipecat dari kursi pelatih, serta kemudian Presiden FIGC Carlo Tavecchio mundur dari jabatannya.
Komite Olimpiade Italia (CONI) menegaskan bahwa FIGC untuk sementara akan berada di bawah pengawasan komisioner spesial, kecuali jika FIGC dapat menemukan presiden yang baru yang benar-benar layak.
Ada beberapa nama yang kemudian muncul. Presiden Lazio, Claudio Lottito menjadi orang yang paling getol membela Carlo Tavecchio.
Banyaknya yang menentang idenya justru memberinya kekuatan yang berlebihan di dalam federasi tersebut. Karena itu, Lotito kemudian mengusulkan mantan kepala polisi keuangan, Ugo Marchetti sebagai pengganti Tavecchio.
Advertisement
Calon Presiden Baru
Sementara itu, Gazetta dello Sport mengabarkan bahwa ada sejumlah klub yang mendukung Presiden P&G Eropa Selatan, Sami Kahale.
Alternatif lainnya sebagaimana diwartakan La Repubblica adalah klub Serie A akan menolak pemilihan tersebut dan melewatkan tenggat waktu yang diberikan sampai 30 November.
Hal itu pun mendorong percepatan pengenalan para komisioner yang akan mengontrol FICG yang ditunjuk oleh CONI. Ide pembentukan komisioner pengawal FIGC ini juga didukung oleh Menteri Olahraga Italia, Luca Lotti. (Abul Muamar)