Liputan6.com, Jakarta- Gennaro Gattuso resmi menjabat pelatih baru AC Milan menggantikan Vincenzo Montella yang dipecat, Senin (27/11/2017). Montella dipecat setelah gagal membawa raksasa Italia itu bangkit meski telah menghabiskan dana 230 juta euro untuk membeli 11 pemain baru di bursa transfer musim panas lalu.
Dari 14 pekan yang sudah berjalan, AC Milan sudah menelan enam kekalahan dan dua hasil imbang melawan tim yang lebih lemah di kandang sendiri di San Siro.Â
Baca Juga
Advertisement
Sehari setelah penunjukannya, Gattuso langsung menggelar latihan perdananya di Milanello, Selasa (28/11/2017). Menurut Gazetta dello Sport, Rino (sapaan Gattuso) akan menerapkan formasi 3-4-3. AC Milan diprediksi bakal bermain lebih defensif dibanding saat dilatih Montella.Â
Bersamaan dengan pengangkatannya sebagai pelatih tim utama, Gattuso diyakini juga akan membawa serta beberapa anak asuhnya di tim Primavera. Dua di antaranya yang menonjol, yakni Tiago Dias dan Raoul Bellanova.
Lantas, mampukah Gattuso Gattuso mengembalikan AC Milan ke jalur yang benar? Jawabannya akan datang seiring bergulirnya waktu. Namun, sebelum memulai tugasnya, banyak kalangan yang memprediksi, pria 39 tahun itu bakal gagal membawa AC Milan bangkit.
Perkiraan itu tentu bukan tanpa alasan. Ada sejumlah faktor yang melandasinya. Liputan6.com merangkum tiga alasan kenapa Gattuso bakal gagal membawa AC Milan bangkit. Berikut informasi selengkapnya.
1. Minim Pengalaman
Pengangkatan Gattuso ini termasuk perjudian. Apalagi jika ia langsung dijadikan pelatih tetap. Pasalnya, Gattuso baru ditunjuk untuk melatih tim Primavera AC Milan terhitung sejak 1 Juli lalu. Artinya, hanya berselang empat bulan, ia sudah promosi ke tim utama.
Tak cuma itu, secara keseluruhan, pengalaman kepelatihan Gattuso juga masih sangat minim, baik dari segi waktu maupun prestasi. Ia mengawali karier kepelatihannya bersama FC Sion di tahun 2013. Di klub Swiss itu, ia cuma bertahan satu bulan (25 Februari-25 Maret 2013). Ia langsung dipecat setelah memimpin tiga pertandingan.Â
Selepas itu, Rino berturut-turut melatih Palermo, OFI Crete, dan AC Pisa. Kecuali bersama Pisa, umur kepelatihannya hanya bertahan beberapa bulan saja. Bahkan saat melatih Pisa, ia gagal menyelamatkan klub itu dari jurang degradasi ke Serie C.Â
Terakhir, saat menukangi tim Primavera, kinerja Gattuso juga tidak terlalu brilian. Dari 12 laga yang sudah dimainkan, Milan U19 kalah tiga kali. Yang paling memalukan saat melawan Sassuolo U19 di pertandingan perdana, di mana mereka kalah 1-5. Hingga sampai Rino ditunjuk sebagai pengganti Montella, tim junior AC Milan itu masih berada di peringkat tiga klasemen dengan 19 poin.
Advertisement
2. Sulit Beradaptasi di Musim Berjalan
Manajemen AC Milan boleh saja menepis anggapan bahwa penunjukan Gattuso adalah langkah terburu-buru dan dipaksakan. Mereka juga boleh membela diri dengan mengatakan bahwa mantan penggawa I Rossoneri itu ditunjuk bukan cuma sekadar sebagai caretaker.
Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri, tidak mudah menemukan pelatih hebat yang mau menerima tawaran kerja di saat musim tengah berjalan. Karena itu, wajar jika Gattuso menjadi solusi cepat untuk menutupi kekosongan kursi pelatih.
Melatih sebuah klub di saat musim sudah berjalan memang bukan perkara mudah. Seorang pelatih biasanya terpaksa hanya mengandalkan pemain yang sudah ada. Beruntung bila komunikasi dengan para pemain bisa berjalan mudah. Jika tidak, umur singkat pun menjadi risiko. Tentu saja ini yang menyebabkan banyak pelatih enggan menerima tawaran seperti ini.Â
Perkiraan ini masih bisa diperkuat lagi adanya rumor bahwa AC Milan masih menginginkan Antonio Conte atau Carlo Ancelotti buat musim depan, seperti diberitakan Gazetta dello Sport. Conte kabarnya mulai tak kerasan di Chelsea dan ingin pulang ke Italia. Sementara Ancelotti, masih menganggur sejak dipecat Bayern Munchen beberapa waktu lalu.
3. Kutukan Eks Pemain
Perkiraan ini barangkali memang bersifat mistis. Namun, dalam sepak bola, kutukan-kutukan semacam ini terkadang tidak dapat dielakkan. Sebelum Gattuso, AC Milan sudah tiga kali menunjuk mantan pemainnya menjadi pelatih. Mereka adalah Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, dan Cristian Brocchi. Ketiganya gagal total dan tak bertahan lama.
Karier kepelatihan Gattuso tak lebih baik dibanding tiga pendahulunya itu. Inzaghi, misalnya. Sebelum jadi pelatih Milan pada 9 Juni 2014, mantan penyerang I Rossoneri itu sempat melatih tim Primavera selama dua tahun (2012-2014). Demikian juga halnya Brocchi. Ia sudah lebih dulu melatih tim junior selama tiga tahun sebelum ditunjuk melatih Diavolo pada 12 April 2016. Sementara Gattuso sendiri, baru empat bulan melatih tim Primavera.
Karena itu, Rino perlu menerapkan taktik yang luar biasa untuk menghindari kutukan tersebut. Ia dituntut mampu membuat inovasi dalam meracik strategi. Sebab jika tidak, bukan tidak mungkin dirinya hanya akan singgah sejenak saja di kursi kepelatihan AC Milan. (Abul Muamar)
Advertisement