Liputan6.com, Jakarta - Berharaplah, bermimpilah, lalu usahakanlah itu dengan sekuat tenaga. Apa pun caranya. Niscaya harapan dan impian itu akan terwujud juga.
Atas usaha sekuat tenaga itu pulalah, akhirnya Virgil van Dijk berhasil mewujudkan keinginannya berkostum Liverpool. Entah mengapa dia begitu ingin ke Anfield, bukan ke Santiago Bernabeu atau Camp Nou yang jelas-jelas lebih memudahkannya meraih trofi bergengsi.
Advertisement
Baca Juga
Sudah banyak pengorbanan yang dilakukan Van Dijk guna mewujudkan mimpinya itu. Dia bahkan rela bersitegang dengan pihak klub Southampton pada musim panas lalu karena berkeras ingin meninggalkan St. Mary's yang telah dihuninya selama 2,5 musim. Sampai-sampai dia tak diikutkan dalam sesi latihan oleh manajer Mauricio Pellegrino.
Van Dijk tadinya berharap bisa seperti Ousmane Dembele yang akhirnya dilepas Borussia Dortmund setelah mangkir latihan. Namun, rupanya dia harus menunggu enam bulan lebih lama hingga Liverpool sepakat membayar 75 juta pounds kepada Southampton.
Terlepas dari segala drama yang sempat tercipta, ketika kesepakatan itu diumumkan selepas Natal, yang ada hanya kebahagiaan. Van Dijk bahagia karena berhasil mewujudkan keinginannya, dengan label bek termahal dunia pula. Liverpool semringah karena sang bek baru adalah asa anyar untuk membenahi lini belakang yang amburadul. Southampton pun senang karena mendapat 75 juta euro yang bisa digunakan untuk membeli pemain belakang lain.
Van Dijk menjadi sensasi jelang penutupan kalender 2017. Orang-orang yang terhenyak langsung melupakan segala hal. Padahal, baru sehari sebelumnya sensasi besar dibuat Harry Kane, striker Tottenham Hotspur. Di Stadion Wembley, Kane menjejalkan tiga gol ke gawang klub Van Dijk dan memastikan diri melewati rekor 36 gol di Premier League dalam satu tahun yang dibuat Alan Shearer pada 1995.
Van Dijk tentu tak mau peduli dengan tiga gol yang dijejalkan Kane ke gawang Fraser Forster dalam laga yang berakhir 5-2 bagi Spurs itu. Dia tak ada di skuat Pellegrino untuk laga tersebut. Dalam dua pertandingan sebelumnya pun dia tak diturunkan oleh sang manajer. Entah atas alasan apa. Mungkin karena sudah ada kepastian dia hengkang dari St. Mary's.
Â
Â
Super-Kane
 Toh, walaupun sensasi Van Dijk memang menarik, kita tak bisa mengecilkan begitu saja sensasi Kane. Bukan hanya melewati rekor Shearer yang telah bertahan lebih dari dua dekade, dia juga menjadi yang tertajam di Benua Eropa.
Tambahan tiga gol ke gawang The Saints menjadikan koleksi total striker timnas Inggris itu mencapai 56 gol sepanjang 2017. Tentu bukan hanya untuk Tottenham, melainkan juga bagi timnas Inggris. Super-Kane!!!
Itu bukan prestasi main-main. Kane mematahkan dominasi dua alien bernama Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo yang dalam tujuh tahun beruntun bergantian menjadi pencetak gol terbanyak dalam setahun. Mematahkan dominasi dua alien ini adalah hal luar biasa. Bahkan striker-striker hebat macam Robert Lewandowski, Pierre-Emerick Aubameyang atau Diego Costa tak sanggup melakukannya.
Kane pun tak bisa menutupi kegembiraannya. Namun, dia tak lantas jemawa, menepuk dada, dan berkoar akan menjadi alien berikutnya. Dia justru mengatakan, dirinya sudah cukup bangga dibanding-bandingkan dengan Messi dan Ronaldo.
Satu-satunya cela Kane hingga saat ini adalah gagal membawa Spurs meraih trofi. Musim lalu, berkat torehan 29 golnya, dia membawa Spurs finis di sebagai runner-up Premier League. Selain menjadi posisi tertinggi Tottenham dalam 54 tahun, itu juga menjadikan mereka untuk kali pertama finis di atas sang seteru utama, Arsenal, dalam 22 tahun.
Tentu saja semua itu diraih berkat kerja keras luar biasa. Kapten Tottenham, Hugo Lloris, tahu betul akan hal itu. Kane memang berbakat. Shearer sudah mengakui hal itu beberapa tahun lalu. Namun, kata Lloris, hal terpenting dari Kane adalah ketekunan berlatih dan kepecayaan diri yang luar biasa.
Maka tak heran bila Kane bisa melewati rekor Shearer. Lloris yakin, rekan seklubnya itu mampu memecahkan rekor-rekor lainnya. Terdekat, tentu saja rekor gol Teddy Sheringham bagi Spurs. Saat ini, Kane sudah mencetak 96 gol bagi Spurs di Premier League. Itu hanya berselisih satu gol dari koleksi Sheringham yang merupakan mantan tandem Shearer di timnas Inggris.
Advertisement
Mencari Trofi
Memasuki tahun baru, Kane tentu berharap melanjutkan kedigdayaannya. Bukan hanya bersama Tottenham, melainkan juga dengan timnas Inggris. Secara khusus, dia pasti menginginkan trofi. Juara Premier League mungkin jauh panggang dari api karena Manchester City berlari bak dikejar setan hingga rasanya sulit untuk dihentikan. Namun, juara Liga Champions dan Piala Dunia masihlah terbuka.
Jika trofi lagi-lagi urung diraih, bukan striker berumur 24 tahun itu yang pusing. Justru Tottenham yang dilanda rasa waswas. Bagaimanapun, itu adalah peluang bagi para raksasa untuk merampok sang bomber. Rayuan gelar juara akan jadi andalan mereka.
Shearer sudah mewanti-wanti hal itu. Menurut dia, hanya tinggal menunggu waktu bagi Spurs dan Kane dihujani tawaran-tawaran menggiurkan. Alasannya simpel saja, karena Kane memang luar biasa. Klub mana pun pasti menginginkan pemain sebagus dia. Apalagi serial goalscorer memang kebutuhan mutlak untuk juara.
Shearer pernah menghadapi hal itu. Menurut dia, selama sepuluh musim di Newcastle United, tawaran tak pernah henti berdatangan. Apalagi selama waktu itu, dia dan The Magpies tak meraih gelar. Hanya keteguhan hati untuk membela klub idola yang membuat dia bertahan dari godaan-godaan itu.
Shearer yakin, andai Tottenham sanggup merebut satu saja trofi, sang striker akan bertahan. Bila tidak, kemungkinan Kane pindah sangatlah besar. Apalagi bila manajemen Spurs tak mampu memberikan gaji setimpal dengan kontribusi besarnya. Saat ini, Kane hanya dibayar 100 ribu pounds per pekan. Itu seperlima dari gaji Messi dan 15 ribu lebih rendah dari bayaran Edinson Cavani di Paris Saint-Germain.
Melihat kontribusinya saat ini, memang sangat sah bila Kane dibayar lebih. Sah pula jika dia tak sabar merengkuh trofi dan lantas meninggalkan Spurs. Jika Anda sudah tampil luar biasa, tapi tak juara, masalah tentu bukan pada diri Anda, kan? Masalah pastilah tim Anda, rekan-rekan Anda. Isu inilah yang menghantui Tottenham pada akhir musim nanti.
Hal yang tentu menarik adalah menanti sikap sang pemain. Adakah dia akan seperti Shearer yang tetap bergeming? Ataukah dia bakal meniru jejak Dembele dan Van Dijk yang memaksa pergi demi alasan tertentu? Para fans dan manajemen Tottenham tentu saja akan berharap dia meniru Shearer. Namun begitu, bukankah cinta sejati itu justru ketika kita mampu melepas sang terkasih demi melihatnya bahagia?
*Penulis adalah jurnalis dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.