Sukses

Mempersulit Persebaya, Ketua DPRD Semprot Dispora

Persebaya merasa selalu dipersulit saat memakai stadion Gelora Bung Tomo oleh Dispora.

Liputan6.com, Surabaya - Setelah suasana antara Persebaya dengan Pemerintahan Kota (Pemkot) Surabaya memanas, tim Bajol Ijo akhirnya memutuskan untuk Hearing ke Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Surabaya, Armuji.

Setelah manajemen Persebaya curhat dan membeberkan apa saja pada Armuji, Ketua DPRD Kota Surabaya, memberikan peringatan kepada Pemkot, yakni Dispora Surabaya selaku pengelola Gelora Bung Tomo (GBT) dan Lapangan Persebaya yang beralamatkan Karanggayam.

Apa yang dilakukan Ketua DPRD Kota Surabaya, Armuji cukup beralasan. Sebagai ikon Surabaya, keberadaan tim sepakbola berjuluk Bajul Ijo itu harus didukung sepenuhnya.

"Pemkot jangan mempersulit izin untuk Persebaya. Karena Persebaya itu kebanggaan kita semua," ucap Armuji usai mendegarkan keluhan dari pengurus Persebaya di Gedung DPRD Surabaya, Jumat (29/12/2017) sore.

Tidak hanya itu, terkait penutupan lahan sirkuit untuk area parkir dalam laga terakhir Persebaya melawan PSS Sleman, belum lama ini, Armudji meminta Pemkot Surabaya tidak mengulangi lagi.

 

 

 

2 dari 3 halaman

Pakai Uang Rakyat

Persebaya, yang menggunakan Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, sebagai Stadion saat menjamu lawan-lawannya. (Dimas Angga P)

Sebab, fasilitas tersebut dibangun dengan menggunakan dana APBD. "Pemkot jangan takut rusak. Semua fasilitas itu dibangun dengan uang rakyat. Kalau ada apa-apa memang mau Dispora bertanggung jawab," katanya.

Sebelumnya, di depan anggota dewan, pengurus Persebaya mengeluhkan sulitnya mendapatkan izin pemakaian sejumlah sarana olahraga. Mulai dari Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Wisma Persebaya dan Lapangan di Karangayam.

"Kami membawa nama Surabaya, tapi selama bermain di Surabaya, kita merasa menjadi orang asing. Kami simple, sebagai ikon Surabaya, kita ingin diterima seutuhnya," ujar Manajer Persebaya, Chairul Basalamah.

Terkait penggunaan fasilitas olahraga, manajemen sebenarnya tidak masalah jika diberlakukan uang sewa, asalkan ada kepastian dalam penggunaan fasilitas yang disewakan.

"Kita tidak masalah jika disamakan dengan penyewa umum. Kita siap membayar," katanya.

3 dari 3 halaman

Puncak Kekesalan

Bek Persebaya Surabaya, Fandry Imbiri (tengah), saat latihan timnya di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya. (Bola.com/Aditya Wany)

Puncak kekesalan Persebaya terjadi saat pertandingan melawan PSS Sleman dalam laga bertajuk "Selebrasi Game" di Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya, beberapa waktu lalu.

Saat itu, manajemen Persebaya merasa dikerjai Pemkot Surabaya karena secara mendadak areal sirkuit Gelora Bung Tomo yang disiapkan sebagai lahan parkir ditutup beberapa jam sebelum pertandingan.

Akibatnya, parkir dialihkan di sepanjang akses menuju Gelora Bung Tomo yang membuat macet total karena akses jalan menunju stadion juga sempit.

"Pertandingan terakhir itu pukulan telak bagi kami. Selama main di Surabaya, manajemen tidak pernah sepeserpun mengambil uang parkir," tandasnya.

Sementara Kepala Dispora Kota Surabaya, Afghany Wardhana masih saja merasa tidak bersalah dengan Persebaya. Dia mengaku tidak pernah mempersulit Persebaya.

"Kita tidak pernah mempersulit. Siapapun yang ingin menyewa tinggal mengajukan surat permohonan ke Dispora," katanya (Dimas Angga P)