Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada jalan yang betul-betul lurus dan mulus di dalam kehidupan ini. Selalu ada liku dan tanjakan. Selalu ada batu-batu sandungan. Bukankah Tuhan akan memberikan ujian kepada setiap hamba-Nya?
Rasanya, ujian itu pula yang tengah dihadapi Zinedine Zidane di Real Madrid saat ini. Setelah semuanya berjalan mulus, kini semuanya seolah salah. Kemenangan, bahkan dari tim lemah di kandang sendiri pun, sulitnya minta ampun.
Advertisement
Baca Juga
Banyak orang bertanya-tanya. Ada apa dengan Madrid? Ada apa dengan Zidane? Maklum, Zidane adalah sang fenomena. Sejak mengambil alih Madrid dari Rafael Benitez dua tahun lalu, dia mempersembahkan delapan dari kemungkinan sepuluh trofi yang bisa diraih Los Blancos.
Berbagai analisis muncul. Berbagai teori juga dibuat. Dari soal perekrutan pemain hingga taktik sang pelatih jadi sorotan. Namun, tak satu pun yang bisa menjadi jawaban atas keterpurukan Real Madrid. Bukankah dengan pemain-pemain dan taktik yang sama, mereka berjaya di Piala Super Spanyol dan Piala Super Eropa?
Dua trofi pada awal musim itu tak mengindikasikan adanya masalah di Santiago Bernabeu. Sebaliknya, itu membersitkan optimisme luar biasa untuk kembali menjadi kampiun di Spanyol dan Eropa. Apalagi, Barcelona yang jadi musuh utama justru kehilangan salah satu andalannya. Neymar hijrah ke Paris Saint-Germain.
Akan tetapi, tiba-tiba saja semuanya macet. Cristiano Ronaldo dan Karim Benzrma kesulitan mencetak gol, Gareth Bale terus berkutat dengan cedera, sedangkan Isco dan Marco Asensio meredup begitu saja setelah pada awal musim membuat banyak orang berdecak kagum.
Anehnya, Los Blancos menuai hasil buruk bukan hanya saat tampil buruk. Mereka juga menuai hasil yang sama saat tampil baik. Salah satunya saat kalah 0-1 dari Villarreal di Santiago Bernabeu. Sampai-sampai, bek kiri Real Madrid, Marcelo hanya bisa berujar, "Bola seperti enggan masuk ke gawang lawan."
Â
Â
Serupa Dortmund
Hal yang terjadi pada Madrid saat ini mengingatkan pada Borussia Dortmund di Bundesliga 1. Mereka memulai musim dengan sempurna. Dalam tujuh laga awal, Die Schwarzgelben bukan hanya selalu menang. Mereka juga membuat clean sheet dalam lima pekan awal. Namun, setelah itu, tiba-tiba saja roda berputar 180 derajat hingga akhirnya pelatih Peter Bosz didepak.
Seperti halnya Zidane saat ini, Bosz tak bisa menjelaskan keterpurukan Dortmund kecuali menunjuk faktor ketidakberuntungan. Belakangan, Hendrie Kruezen yang jadi asisten Bosz malah mengungkapkan hal yang agak di luar nalar. "Ini mungkin terdengar aneh. Namun, kami menukik setelah Lukasz Piszczek cedera," kata dia pada akhir Desember lalu.
Kata-kata Kruezen sesuai fakta. Namun, tetap saja itu mengundang tawa. Siapa Piszczek sampai sebegitu menentukan nasib Dortmund? Dia jelas bukan Lionel Messi yang bagi sebagian orang adalah alien. Akan lebih masuk akal bila yang absen adalah Pierre-Emerick Aubameyang.
Piszczek hanyalah seorang bek kanan. Apakah benar kehilangan seorang bek kanan andalan bisa sedemikian fatal? Rasanya, tak akan ada pelatih yang mengatakan bahwa pemain terpenting di timnya adalah bek kanan.
Di Madrid, sosok seperti Piszczek boleh jadi adalah James Rodriguez. Marca bahkan mengungkapkan lima hal yang hilang seiring putusan Los Blancos meminjamkan James ke Bayern Muenchen. Dari kontribusi gol dan assist, pergerakan di lapangan, hingga pengaruhnya di ruang ganti.
Mungkin juga dia adalah Alvaro Morata. Bersama James, mantan striker Juventus itu juga kerap menyelamatkan Madrid dari situasi sulit. Sepanjang musim lalu, Morata berhasil mencetak 21 gol di semua ajang. Lima di antaranya adalah gol penentu kemenangan.
Ketiadaan kedua pemain ini, juga Pepe, sempat dikeluhkan Cristiano Ronaldo. Pada November tahun lalu, megabintang asal Portugal itu mengatakan, Madrid kehilangan ketiga pemain tersebut. Dia yakin, Madrid tak akan berada dalam situasi sulit andai ketiganya tak dilepas.
Advertisement
Benahi Mental
Satu hal yang pasti, seperti dikatakan Kruezen, rangkaian hasil buruk selalu menimbulkan efek negatif terhadap mentalitas pemain. Kata dia, itu menurunkan kepercayaan diri dan bahkan bisa menimbulkan friksi di antara pemain.
Hal itu juga mulai dirasakan Zidane. "Mungkin yang membuat kami gagal menang adalah masalah mental," kata Zidane usai timnya dikalahkan Villarreal seraya menambahkan, rangkaian hasil buruk pasti menimbulkan tekanan karena pemberitaan miring nan bombastis.
Hal yang menarik, Zidane tak kehilangan kepercayaan diri. Dia bahkan menolak untuk mendatangkan pemain baru pada Januari ini. Padahal, tak sedikit orang yang menilai Los Blancos harus mendatangkan seorang bintang baru. Entah itu Harry Kane, Mauro Icardi atau Robert Lewandowski.
Zidane masih yakin, badai pasti berlalu. Hal terpenting sekarang adalah tetap bekerja keras dan berjuang dengan segenap kekuatan dalam setiap pertandingan. Setelah kalah dari Barcelona, dia juga meminta anak-anak asuhnya berhenti melihat klasemen La Liga. Terpenting, kata dia, adalah menatap laga per laga. Melihat klasemen hanya akan menambah beban.
Sialnya, optimisme serupa juga ditunjukan semua pelatih yang sempat menghadapi krisis musim ini. Bosz, Carlo Ancelotti, Frank de Boer, hingga Ronald Koeman menunjukkan keyakinan tinggi untuk membangkitkan timnya. Namun, pada akhirnya, mereka tak berdaya.
Itu karena mereka tak mampu menularkan kepercayaan diri itu kepada anak-anak asuhnya. Inilah yang harus diperhatikan oleh Zidane. Dia wajib menumbuhkan keyakinan untuk bangkit ke dada setiap pemain. Dia harus meyakinkan semua orang bisa menjadi pahlawan dan goalgetter.
Keyakinan itu bahkan harus ditanamkan kepada mereka yang selama ini setia berada di bangku cadangan. Kalau perlu, Zidane harus menunjukkan kompilasi aksi Ole Gunnar Solskjaer, Jermain Defoe, Peter Crouch, Alexander Zickler atau Nils Petersen. Mereka adalah orang-orang yang bisa mencetak gol walau hanya diberi waktu kurang dari 15 menit di lapangan.
Tanpa itu, nasib Coach Zizou akan sama dengan Bosz, De Boer, Koeman, dan Ancelotti. Apalagi, Madrid sudah terbiasa melakukan hal itu. Florentino Perez dikenal kejam. Dia tanpa ampun mendepak Jose Mourinho dan Ancelotti walaupun pada musim sebelumnya memberikan trofi bagi Los Blancos.
*Penulis adalah jurnalis dan pengamat sepak bola. Tanggapi kolom ini @seppginz.