Liputan6.com, Milan - AC Milan terus menuai hasil positif di serie A. Usai menang lawan Inter Milan pada perempat final Copa Italia pada 28 Desember 2017, AC Milan belum lagi terkalahkan.
Pasukan Genarro Gattuso sukses merebut satu kali hasil imbang dan tiga kemenangan. Teranyar, AC Milan mengalahkan tim kuat Lazio 2-1 di San Siro. Satu gol dari Patrick Cutrone dan satu lagi dari Giacomo Benaventura sukses membungkam Lazio yang sebenarnya sedang bagus-bagusnya di serie A.
Advertisement
Baca Juga
Dengan kemenangan ini, AC Milan perlahan-lahan mulai merangkak di klasemen serie A. Milan kini hanya berjarak 3 poin dari zona Liga Europa yang dihuni Sampdoria di peringkat enam dengan 37 poin.
Meski begitu, AC Milan masih jauh dari Inter Milan yang ada di zona Liga Champions. AC Milan masih berjarak 10 poin dari Inter Milan.
Sinyal positif ini tentu bakal disambut gembira fans AC Milan. Namun masalahnya, bisakah ini terus berlanjut? "Gattuso sudah membuat tim ini lebih solid. Kini kami terus bersaing dengan rekan sendiri agar bisa tampil bagus. Saya senang berada di tim ini," kata kapten AC Milan, Leonardo Bonucci usai pertandingan melawan Lazio.
Sejak 2013/14, AC Milan bak diombang-ambing ketidakpastian. Liga Champions yang biasanya menjadi tradisi mereka seakan jauh dari jangkauan. Prestasi AC Milan terbaik hanya menembus Liga Europa seperti yang dirah musim ini. Lalu benarkah tiga kemenangan beruntun ini jadi titik balik kebangkitan AC Milan?
Gattuso mengaku cukup bosan dengan pembicaraan soal kebangkitan AC Milan. Dia merasa Milan seperti selalu diremehkan kemampuannya usai meraih deretan hasil positif.
"Saya tak suka pembicaraan soal ini yang menyebut setiap laga menjadi titik balik bagi AC Milan. Kami memang harus menatap per laga, tak peduli apa pun situasinya," ujar Gattusso.
Â
Â
Â
Beban Belanja Besar
AC Milan habiskan 160 juta pounds atau sekitar Rp 3 Triliun. Milan memborong 10 pemain baru seperti Nikola Kalinic, Andre Silva, Fabio Borini, Hakan Calhanoglu, Franck Kessie, Lucas Biglia, Andrea Conti, Ricardo Rodriguez, Leonardo Bonucci dan Mateo Musacchio.
Perombakan besar-besaran ini tentu dengan tujuan mengangkat kembali gengsi AC Milan, peraih 7 titel Liga Champions. Investor asal Tiongkok yang dipimpin Li Yonghong ingin mengangkat kembali pamor Milan di dunia.
Namun, harapan itu tak juga terjadi hingga akhirnya Vincenzo Montella dipecat dari kursi pelatih pada 28 November lalu. Ini menjadi puncak kekesalan pemilik AC Milan atas prestasi Rosoneri di kancah serie A.
Uniknya, AC Milan malah menunjuk Gattuso sebagai pengganti. Meski sempat dikaitkan dengan pelatih top seperti Carlo Ancelotti, Gattuso malah muncul ke permukaan sebagai pengganti.
Hujatan dan nada pesimisme pun ditujukan kepada AC Milan. Banyak pihak yang menyebutkan, Milan berjudi dengan menunjuk Gattuso dan seakan mengulang kisah lama kala menunjuk pelatih-pelatih semenjana.
Gattuso sendiri tak acuh dengan keraguan yang ditunjukkan kepadanya. Dia tetap fokus bekerja meski tahu Milan saat ini terbebani dengan belanja besar yang sudah dikeluarkan. Masih ada 16 pertandingan lagi, Milan wajib teruskan tren positif di serie A sehingga bisa merebut kembali Liga Champions.
"Klub ini sudah habiskan banyak uang untuk investasi pemain. Ada beberapa kesulitan, tapi kami sekarang berada di kondisi mental yang bagus," kata Gattuso seperti dilansir Football Italia.
Advertisement
Prospek Selanjutnya
Dengan optimisme yang dirasakan Gattuso, AC Milan kini bakal diuji konsistensinya. Football Italia pun mempertanyakan, apakah AC Milan bisa benar-benar melanjutkan tren positif tiga kemenangan di serie A pada laga-laga selanjutnya?
Dalam waktu terdekat, AC Milan bakal fokus kembali melawan Lazio kembali di leg pertama semifinal Copa Italia. Setelah itu, Milan bakal tandang ke markas Udinese dan SPAL sebelum menjamu Sampdoria pada 19 Februari nanti.
Di sela-sela laga itu, AC Milan juga bakal menghadapi leg pertama 32 besar Liga Europa menghadapi Ludogorets. Pengamat sepak bola Italia banyak yang pesimistis dengan konsistensi AC Milan.
Banyak yang menduga, AC Milan bakal membuang semua torehan ciamik mereka saat tandang ke Friuli, markas Udinese 4 Februari mendatang. Lalu Milan menghadapi SPAL yang mungkin tak sulit dikalahkan.
Setelah itu, apakah Milan mengulang torehan paruh pertama serie A di mana setelah mengalahkan SPAL, Milan malah kalah tiga kali beruntun melawan Sampdoria, AS Roma dan Inter Milan. Menjelang akhir Februari, Milan juga bakal menguji keberuntungan melawan AS Roma sebelum membuka perang baru melawan Inter Milan pada 5 Maret.
Di luar pesimisme pengamat, ada secercah harapan. Kemenangan melawan Lazio salah satu harapan yang bisa dijadikan pijakan. Tak banyak tim yang bisa mengalahkan Lazio yang diisi gabungan pemain muda dan berpengalaman.
Milan sukses meredam keganasan Lazio yang sudah mencetak 13 gol di tiga laga terakhir. Bisakah ini dijadikan modal bagi Milan untuk mengakhiri musim di serie A di posisi tertinggi? Jangan dilupakan pula AC Milan masih berpeluang di Liga Europa. Di mana jika menjadi juara, AC Milan juga bisa lolos langsung ke Liga Champions musim depan. Konsistensi AC Milan bakal jadi berkah bagi Gattuso yang dipandang sebelah mata musim ini.