Jakarta - Indonesia Masters 2018 yang baru saja berakhir menciptakan hasil yang menggembirakan bagi tuan rumah. Indonesia meraih dua gelar melalui tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting dan ganda campuran, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fermaldi Gideon, Minggu (28/1/2018).
Baca Juga
- Susy Susanti Beri Sorotan Khusus untuk Sektor Tunggal Putri
- Ini yang Membuat Kevin Sanjaya Ngambek di Final Indonesia Masters
- Anthony Ginting Harumkan Indonesia pada Indonesia Masters 2018
Advertisement
Tiga gelar lain dibagi rata tiga negara, yakni China, Jepang, dan Taiwan. Titel tunggal putri menjadi milik Tai Tzu Ying, ganda campuran dimenangi Zheng Siwei/Huang Yaqiong, sedangkan gelar di nomor ganda putri dibawa pulang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.
Meski Istora Senayan telah kembali sunyi, banyak cerita yang tertinggal selama enam hari penyelenggaraan Indonesia Masters yang berstatus BWF World Tour Super 500 (grade 2 level 4).
Setelah setahun absen menggelar turnamen-turnamen bulu tangkis karena sedang direnovasi untuk perhelatan Asian Games 2018, Istora Senayan kembali menjadi rumah bagi para pebulu tangkis Indonesia. Comeback Istora ke turnamen bulu tangkis dunia tak mengecewakan.
Setelah direnovasi, Istora bertambah memesona dan megah. Sarana dan prasarana Istora berubah wajah, seperti tribun penonton yang telah menggunakan kursi tunggal, jumlah lapangan pertandingan ditambah dari tiga menjadi empat, serta toilet menjadi lebih luas dan modern.
Istora yang lama menggunakan lampu gantung. Sekarang, Istora baru menggunakan lampu yang dapat naik-turun pada ketinggian 19-21 meter, jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Namun, ada satu yang tak berubah. Istora tetap angker dan jadi tempat yang intimidatif bagi pebulu tangkis-pebulu tangkis yang jadi lawan Indonesia. Suasana di Istora saat pertandingan disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Tak ada duanya.
Penonton tak pernah lelah memberi dukungan terhadap pemain Indonesia yang tengah berjuang di lapangan. Teriakan yang berisik dari penonton kerap membuat pemain lawan grogi dan akhirnya kalah.
Namun, publik Istora juga tak pelit memberikan dukungan untuk pebulu tangkis negara lain yang tampil apik, terutama jika tak menghadapi pemain Indonesia. Fans bulu tangkis Indonesia juga gemar memberikan hadiah kepada pemain luar negeri yang mereka idolakan.
Tak heran, Istora dan fans bulu tangkis Indonesia meninggalkan jejak yang spesial di hati pemain-pemain dunia, seperti Ratchanock Intanon, Viktor Axelsen, Carolina Marin, hingga Liu Yuchen.
Bagaimana cerita dan kesan pebulu tangkis dunia tentang Istora dan fans bulu tangkis Indonesia? Berikut Bola.com merangkum ceritanya dari berbagai sumber sepanjang Indonesia Masters 2018.
Viktor Axelsen
Tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen, meninggalkan turnamen Indonesia Masters 2018 terlalu dini. Pemain Denmark tersebut mundur di babak kedua saat menghadapi Kazumasa Sakai (Jepang) akibat cedera engkel.
Axelsen mengaku kecewa karena menyudahi petualangannya di Indonesia Masters dengan cara yang pahit. Padahal, Axelsen sangat menikmati bermain di Istora dengan dukungan luar biasa dari fans di Indonesia.
Ungkapan kekecewaan tersebut dituliskan Axelsen melalui Instagram miliknya, tak lama setelah mundur di babak kedua.
"Tak ada kabar bagus dari Jakarta karena saya harus mundur pada gim kedua babak kedua. Pada akhir gim kedua, saya terjatuh buruk dengan bertumpu pada kaki kiri dan engkel saya mulai terasa sakit. Saat rasa sakit bertambah buruk setiap melakukan reli, saya memutuskan berhenti. Saya akan memastikan merawat cedera ini dengan hati-hati dan semoga cedera ini tak membuat saya absen lama."
"Saya sangat kecewa karena berharap finis dengan cara lain di Jakarta. Saya tetap berterima kasih kepada seluruh fans di Indonesia atas dukungan luar biasa di Istora. Atmosfer di stadion dan kecintaan terhadap olahraga ini sulit ditemukan di tempat lain. Semoga saya bisa tampil baik di Indonesia open."
Advertisement
Ratchanok Intanon
Salah satu pebulu tangkis asing yang memiliki banyak fans di Indonesia adalah tunggal putri Thailand, Ratchanok Intanon. Dia beberapa kali terlihat berinterikasi dengan pebulu tangkis Indonesia di media sosial. Ratchanok juga memberikan selamat di Instagram pelatih ganda putra Indonesia, Herry Iman Piengradi, saat Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, juara di Malaysia Masters 2018.
Ratchanok juga terlihat menikmati bermain di Indonesia Masters 2018. Dia memuji Istora Senayan yang menjadi tempat penyelenggaraan turnamen Indonesia Masters. Menurut dia, Istora Senayan yang baru lebih indah daripada sebelum direnovasi.
Pemain yang kalah di babak semifinal tersebut juga terlibat interaksi yang menyenangkan dengan fans bulu tangkis Indonesia. Dia pernah mengunggah hadiah-hadiah yang diterimanya dari fans Indonesia melalui Instagram Story miliknya.
Bahkan, dia mengucapkan terima kasih kepada fansnya dengan menggunakan bahasa Indonesia, yang diunggah melalui Instagramnya, Minggu (28/1/2018).
"Terima kasih semua penggemarku dan ketemu lagi lain kali? (benar kan?)"
Liu Yuchen
Pemain ganda putra andalan China, Liu Yuchen, juga jadi satu di antara pebulu tangkis yang antusias bermain di Indonesia. Meskipun kerap mendapat tekanan berat dari penonton saat dirinya dan Li Junhui menghadapi ganda Indonesia, termasuk saat kalah dari Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Liu tetap gembira.
Dia tiga kali mengunggah fotonya sepanjang tampil di Indonesia Masters 2018. Salah satu yang diunggah adalah foto tentang hadiah-hadiah yang diterimanya dari fans di Indonesia.
Liu Yuchen juga tetap berterima kasih atas dukungan fans tak lama setelah kalah di final kontra Kevin/Marcus.
Advertisement
Christinna Pedersen / Kamilla Rytter Juhl
Ganda putri Denmark, Christinna Pedersen/Kamila Rytter Juhl, juga sangat terkesan dengan kehangatan fans di Indonesia. Mereka tak menyangka tetap mendapat sambutan hangat setelah belum lama ini keduanya mengaku sebagai sepasang kekasih.
Pedersen/Juhl kerap mengunggah kesan mereka tentang fans di Indonesia melalui akun Istagram mereka. Bahkan, ada satu foto mereka bersama fans yang datang ke Istora.
"Kembali ke Istora dan kembali ke fans kami yang fantastis. Terima kasih banyak atas cara kalian menyambut kami di negara Anda," kata Perdesen/Juhl di Instagram.
Mereka juga mengaku tak sabar kembali ke Istora lagi untuk tampil di Indonesia Open 2018. Langkah Pedersen/Juhl terjegal di babak semifinal setelah kalah dari ganda Jepang, Misaki Matsumoto/Ayaka Takahashi.
"Kami bertarung dengan hati kami kemarin (di semifinal), tapi itu tak cukup untuk mengalahkan juara Olimpiade, Misaki dan Takahashi. Kredit untuk mereka yang bermain solid. Sekarang saatnya pergi ke India, yang merupakan turnamen terakhir kami di tur Asia. Terima kasih atas dukungan sepanjang pekan ini, kami sangat menghargainya dan tak sabar kembali untuk Indonesia Open," kata Pedersen/Juhl.
Cou Tien Chen
Langkah tunggal putra Taiwan, Cou Tien Chen, di Indonesia Masters 2018 terhenti di babak perempat final setelah kalah dari pemain tuan rumah, Anthony Sinisuka Ginting.
Meski kalah dan mendapat tekanan penonton saat melawan Anthony, Chou mengaku sangat menikmati bermain di Indonesia.
"Terlepas dari dukungan memengaruhi pertandingan atau tidak, saya senang bermain di Istora Senayan. Masyarakat di sini tampak sangat menyukai bulu tangkis dan mendukung sepenuhnya pahlawan mereka," kata Chou.
Advertisement