Sukses

Pria Kanada Ingin Ciptakan Kedamaian Dunia Lewat Lari

Suresh Joachim berniat memecahkan rekor dunia untuk acara amal.

Liputan6.com, Jakarta - Pemegang beberapa rekor dunia, Suresh Joachim, kembali ingin mencatatkan namanya di Guinness Book of World Records. Kali ini, pria asal Kanada tersebut memilih berlari melintasi 7 benua, 72 negara, dan 123 kota selama sembilan bulan lamanya atau sekitar 270 hari.  

Suresh mengawalinya dari Bethlehem pada 25 Desember 2017. Sejauh ini, Suresh telah melintasi 15 negara. Dia tiba di Indonesia, Rabu (31/12/2018). Selanjutnya, Suresh bakal bertolak ke Singapura dan melanjutkan upayanya dalam mengukir rekor baru. 

Selama di Indonesia, Suresh menyempatkan diri untuk menyambangi Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Sembari membawa obor perdamaian, Suresh kemudian melanjutkan perjalanannya ke kantor Liputan6.com di SCTV Tower, Senayan, Jakarta. 

"Sore ini saya akan segera terbang ke Singapura untuk melanjutkan perjalanan saya," katanya, Kamis (1/2/2018). "Saya berlari demi mengumpulkan donasi bagi World Vision."

Suresh sebelumnya telah mencatatkan namanya di Guinness Book of World Records lewat berbagai kegiatan. Salah satunya adalah menggiring bola basket sejauh 177,5 km di Vulkanhallen, Oslo, Norwegia, 30–31 Maret 2001. Dia juga pernah pernah bermain drum secara maraton selama 84 jam pada 1-4 Februari di Magic Factory, Zurich, Swiss.

Bertajuk "World Peace Marathon", Suresh ingin mengkampanyekan kehidupan tanpa kemiskinan, tanpa perang, dan dunia tanpa penyakit. "Dunia akan damai bila ketiga unsur ini bisa diraih. Ini yang ingin saya sampaikan lewat berlari. Saya juga ingin membantu lembaga World Vision dalam mengumpulkan dana," kata Suresh. 

Saksikan juga video pilihan di bawah ini:

 

 

2 dari 3 halaman

Terbantu Keramahan Warga

Berlari melintasi puluhan negara tidak selamanya mudah bagi Suresh. Kendala terkadang ditemuinya saat melintasi sebuah negara. Salah satunya, saat berada di perbatasan Palestina. Dia bercerita, saat itu tidak memiliki uang tunai sepeser pun. 

Padahal dia ingin ke perbatasan. Kebetulan, hari itu tepat hari Natal, 25 Desember 2017. Semua orang sibuk dan angkutan umum tidak banyak beroperasi. Kalaupun ada, mereka tidak menerima kartu kredit. "Padahal, saat itu saya hanya ada kartu kredit," katanya. 

Tapi menurut Suaresh, pada dasarnya manusia sebenarnya memiliki sisi baik. "Saat itu saya juga kelaparan karena tidak punya uang tunai untuk beli makan," cerita Suresh. 

"Namun saya akhirnya bisa ke perbatasan karena ada bus yang menuju ke sana dan mereka tidak memungut bayaran. Dan sampai di sana, ada orang yang membagi-bagikan cokelat. Saat pulang jam 03.00, saya juga menumpang taksi tanpa perlu membayarnya," katanya. 

 

3 dari 3 halaman

Terpukau Keramahan Masyarakat Indonesia

Dalam menjalankan misinya, Suresh bertemu dengan banyak orang. Tidak terkecuali saat menyambangi Indonesia. Dia mengaku, sangat terkesan dengan keramahan waga Tanah Air. Bahkan saat berada di kantor imigrasi, sempat mengajak sejumlah petugas untuk berlari sembari memegang obor perdamaian yang dibawanya. Begitu juga saat menyambangi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Suresh juga mendapat sambutan hangat. 

Sore ini, Suresh segera bertolak ke Singapura untuk melanjutkan misinya. Rencananya dia akan berlari hingga September 2018. Dia berusaha memecahkan rekor donasi yang sebelumnya dikumpulkan oleh Terry Fox setelah kehilangan satu kaki akibat kanker pada 1980. Dia berniat memecahkan rekor 5300 mil, tapi meninggal sebelum mencapainya. 

Pria asal Kanada itu hanya mampu berlari sejauh 3339 mil selama 143 hari dalam acara bertajuk Marathon for Hope. Lewat kegiatan itu, Terry mampu mengumpulkan donasi sebesar 23 Juta USD yang digunakan untuk membiayai proyek penelitian kanker. 

"Target saya ingin melewati itu, yakni 26 juta USD. Sampai hari ini sudah terkumpul sekitar 10 ribu USD. Saya harap dana ini bisa bertambah pesat saat melintasi Eropa," kata Suresh.Â