Buriram - Tak pernah ada yang menyangka seorang anak bernama Marc Marquez yang lahir pada 17 Ferbuari 1993 di Cervera, Catalunya, Spanyol, bakal menjadi bintang balap MotoGP pada era ini. Menjalani debut di kelas Moto3 saat masih berusia 15 tahun, Marquez kini telah menjelma menjadi pemegang enam gelar juara dunia di usianya yang tepat menginjak 25 tahun pada Jumat (17/2/2018).
Baca Juga
- Tes Pramusim MotoGP: Crutchlow Ungguli Marquez, Rossi Tercecer
- MotoGP: Marc Marquez Penasaran dengan Sirkuit Buriram
- Marquez Buka Peluang Pindah ke Tim Lain di MotoGP
Advertisement
Marquez merayakan ulang tahunnya saat menjalani hari kedua tes pramusim MotoGP di Sirkuit Buriram, Thailand. Tak ada pesta mewah yang dilakukan untuk merayakan hari lahir pebalap yang dijuluki The Baby Alien.
Kesederhanaan memang selalu erat dalam diri Marquez. Dengan pendapatan sekitar 11 juta dolar AS (Rp 146 miliar) per tahun, Marquez masih tinggal satu atap bersama kedua orang tuanya di sebuah rumah sederhana di Cervera, Catalunya, yang sudah ditempati sebelum putra pasangan Julia Marquez dan Roser Alenta itu lahir. Bahkan, dia masih tidur di tempat tidur lamanya.
Jika kebayakan pebalap berasal dari keluarga mapan, Marquez justru sebaliknya. Sang ayah hanya seorang pekerja konstruksi, sedangkan ibunya seorang sekretaris. Bahkan, kedua orangtua Marquez kehilangan pekerjaan saat Spanyol dihantam krisis ekonomi.
Pengorbanan kedua orang tua Marquez terbukti tidak sia-sia jika melihat pencapaian sang anak di dunia balap motor. Predikat sebagai pebalap termuda dengan lima gelar juara dunia seakan sudah membayar perjuangan Julia dan Roser.
Gaya membalap yang agresif membuatnya kerap terlibat rivalitas dengan pebalap lain. Salah satunya adalah dengan tujuh kali juara dunia kelas primer (500cc/MotoGP), Valentino Rossi.
Bahkan bisa dibilang, [Marc Marquez]( 2856011 "Marc Marquez") adalah sosok yang kerap membuat The Doctor gagal mewujudkan ambisinya meraih gelar juara dunia ke-10. Ada beberapa faktor yang membuat Marquez menjelma menjadi bocah ajaib.
Sumber: www.bola.com
Konsistensi
Konsistensi menjadi senjata mematikan milik Marc Marquez. Pada MotoGP 2016 dan 2017, konsistensi Marquez sangat terlihat.
Meski tak selalu finis di urutan pertama, Marquez tampil sangat konsisten dalam dua musim terakhir. Hal ini tak lepas dari strategi sang pebalap yang lebih cermat dalam perhitungan poin.
Jika ditarik ke belakang, perjuangan Marquez untuk menjadi juara dunia MotoGP 2016 dan 2017 tak berjalan dengan mulus. Dia harus melewati berbagai rintangan dan drama sebelum akhirnya bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya seperti Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, Maverick Vinales dan Andrea Dovizioso.
Advertisement
Belajar dari Kesalahan
Salah satu perubahan yang paling mencolok dalam diri Marquez adalah kedewasaan diri. Meski memiliki darah muda, mantan pebalap KTM itu sekarang lebih tenang dalam menghadapi persaingan.
Pada MotoGP 2016, Marquez tak lagi ngotot mengejar kemenangan jika situasinya tak memungkinkan. Dia kadang memilih bermain aman agar tetap mendulang poin dan mengamankan jalur menuju gelar juara dunia 2016.
Begitu juga pada musim 2017. Meski sesekali kerap terpancing, namun pebalap yang menjuarai kelas 125cc (sekarang Moto3) 2010 itu tetap terlihat tenang.
Hal tersebut tak dilakukan Baby Alien pada MotoGP 2015. Saat itu dia terlalu sering mengambil risiko dalam setiap balapan, yang justru merugikan diri sendiri. Marquez kerap berakhir terjatuh dan gagal mendulang poin. Dia pun harus puas menyudahi musim 2015 di posisi ketiga, di belakang Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi.
"Kami mengubah strategi pada musim ini karena kami memang sempat mengalami kesulitan pada awal-awal. Kali ini saya lebih tenang ketika membalap dan tak terlalu banyak mengambil risiko, bagi saya konsistensi jauh lebih penting," ujar Marquez dikutip dari Motorsport beberapa waktu lalu.
Dia memang dikenal sebagai pebalap yang mau belajar. Kegagalan tak membuat Marc Marquez terpuruk, justru menjadikannya pebalap yang lebih baik lagi.
Pintar Memilih Strategi
Salah satu kunci di balik keberhasilan Marquez memenangi gelar juara dunia adalah kecermatan dalam memilih strategi. Buktinya adalah kemenangan Marc Marquez pada MotoGP Jerman pada 17 Juli 2016.
Pada MotoGP Jerman, Marquez ternyata menggunakan motor rusak pada fase kedua lomba. Tiga jam sebelum lomba, RC213V milik The Baby Alien rusak akibat crash saat pemanasan. Saat itu motor The Baby Alien terguling beberapa kali di gravel trap hingga hancur.
RC213V yang rusak parah kemudian masuk ke garasi Honda dan para mekanik langusng berupaya keras memperbaikinya. Marquez yang tak mengalami cedera usai terjatuh dari tunggangannya langsung berganti motor untuk menyelesaikan lap terakhirnya sekaligus mendapatkan feeling dengan kuda besi tersebut.
Kecerdikan strategi Marquez terjadi ketika balapan dimulai. Balapan MotoGP Jerman memakai format flag-to-flag karena kondisi trek yang basah akibat hujan. Artinya, pebalap bisa masuk pit untuk mengganti motor dan ban jika trek mulai mengering.
Marquez kemudian berjudi dengan memakai ban slick atau tipe kering saat trek masih basih akibat hujan saat balapan masih tersisa 13 lap lagi. Namun, strategi Marc Marquez terbukti berhasil dan dia mampu meraih kemenangan di MotoGP Jerman.
Advertisement