Sukses

Marcus Gideon Nilai Peraturan Baru Bisa Memicu Kontroversi di All England

Marcus Fernaldi Gideon mempertanyakan keputusan BWF memperkenalkan aturan servis baru di All England 2018.

Jakarta - Pebulutangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon, menyebut Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) terlalu terburu-buru dalam memperkenalkan aturan servis baru di All England 2018. Dia menilai hal ini bisa memicu kontroversi.

Baca Juga

  • Kirim 24 Wakil, PBSI Targetkan Satu Gelar di All England 2018
  • PBSI Ungkap Alasan Hanya Targetkan Satu Gelar di All England 2018
  • Ganda Putri Bertekad Meraih Gelar di All England 2018

BWF meluncurkan tiga aturan baru soal bulutangkis. Salah satunya yang akan diperkenalkan di All England 2018 adalah aturan soal perubahan batas tinggi servis yakni dari tinggi rusuk terbawah tiap pemain menjadi satu standard 115 cm dari permukaan lapangan.

Marcus menganggap aturan baru ini masih rancu karena penentuan fault atau tidaknya servis masih tergantung dari service judge yang bertugas. Marcus menilai aturan servis baru ini berpeluang mengundang kontroversi selama pertandingan.

"Kami belum pernah tahu servisnya seperti apa karena dari cara melihatnya pun beda-beda. Semua tergantung dari mata service judge-nya. Misalnya mata service judge-nya silinder, mungkin bisa bermasalah," kata Marcus kepada wartawan dalam konferensi pers di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Marcus berpendapat, jika BWF berkeras ingin memperkenalkan aturan baru tersebut seharusnya didukung dengan penggunakan teknologi sensor. Jadinya, nanti akan terlihat jelas apakah servis yang dilakukan oleh pemain fault atau tidaknya.

"Kalau BWF mau membuat peraturan seperti ini, seharusnya di All England nanti mereka punya alat semacam hawk eye untuk mendeteksi servis seorang pemain atau ada sensornya. Kalau enggak begitu ya enggak fair dong," ucap atlet jebolan PB Tangkas itu.

Sumber: www.bola.com